CELAKALAH! Ungkapan ini biasanya dipakai untuk mengutuk dalam Alkitab. Kemungkinan berita malapetaka ini ditujukan kepada orang Babel yang sombong yang akan dihukum sesuai dengan apa yang mereka lakukan dalam ayat- ayat selanjutnya. Kutuk dalam ayat 6 – 8 ini adalah kutuk pertama dari jawaban Tuhan. Kutuk ini mengenai keserakahan penjajah. Atau dalam ungkapan lain bisa menunjuk pada lintah darat. Orang Babel/ Kasdim merampas milik orang lain akan menjadi berhutang kepada orang yang lain itu. Begitulah nanti nubuatan tentang mereka pada gilirannya menjadi umpan bangsa- bangsa yang telah thrampasinya dahulu dan yang sekarang menjadi berpiutang terhadap orang Babel. Dalam hukum Imamat, ada hukum tentang pengambilan barang jaminan yang bernilai lebih besar daripada yang diperlukan untuk tanggungan. Dan orang Babel telah merampas dari kaum miskin, dengan menimbun segala yang dapat diperolehnya dengan cara yang tidak halal.
Sobat Obor, celakalah! Kata Tuhan dalam kitab Habakuk ini jangan- jangan juga ditujukan kepada kita saat ini. Dalam konteks yang modern bahkan post modernisme ini, jangan – jangan kita masih bertindak serakah dan mengambil keuntungan dari yang bukan seharusnya menjadi milik kita. Kita bisa menyebut di zaman sekarang ini praktek korupsi juga mendapat kecaman: Celakalah! Karena korupsi adalah jenis menggaruk hak orang lain yang bukan untuk kita. Bukankah banyak contoh keserakahan seperti ini dalam kehidupan saat ini. Bukan hanya di bidang pemerintahan sebetulnya, bahkan yang lebih berbahaya kalau praktek seperti ini ada di gereja. Tak terdeteksi dan tak teraudit karena dianggap sebagai lembaga rohani yang bersih. Pada akhirnya Firman Tuhanlah yang menegur kita kalau ada kecenderungan kita bersifat tamak dan serakah seperti tersebut dalam ayat ini. Celakalah! Bertobatlah kita semua dan berjuanglah untuk hidup kudus di hadapan Tuhan. Amin! (DLW)