2 Timotius 4:6,
Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
Hidup Sebagai Persembahan Bagi Tuhan
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Di tengah-tengah perjalanan hidup ini, seringkali orang percaya terjebak dalam rutinitas sehari-hari dan melupakan tujuan utama yaitu setia dan taat pada panggilan Kristus. Sebab orang percaya seringkali larut dalam mengejar kesuksesan duniawi, kenyamanan pribadi, atau pengakuan sosial. Namun, sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk memiliki perspektif yang berbeda tentang makna dan tujuan hidup. Bagaimana seharusnya kita memandang dan menjalani hidup ini dalam terang kebenaran Alkitab?
Penulis menulis, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.” Ayat 6 ini menggambarkan pandangan penulis tentang hidupnya sendiri. Ia menggunakan metafora “darah dicurahkan sebagai persembahan,” yang mengacu pada praktik persembahan atau korban dalam ritual Yahudi. Ini menunjukkan bahwa penulis memandang seluruh hidupnya sebagai suatu persembahan kepada Tuhan. Lebih lanjut, ia berbicara tentang kematian yang sudah dekat, menunjukkan kesadarannya akan kefanaan hidup dan kesiapannya menghadapi akhir hidupnya.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus,
Pandangan penulis ini memberi perspektif yang berharga untuk kehidupan orang percaya, dengan memperhatikan beberapa hal: Pertama, menantang kita untuk memandang hidup ini bukan sebagai milik pribadi, tetapi sebagai persembahan kepada Tuhan. Setiap aspek kehidupan yang mencakupi waktu, talenta, sumber daya dapat menjadi sarana untuk memuliakan Tuhan. Kedua, pentingnya menjalani kehidupan dengan penuh makna dan tujuan yang tepat. Tantangannya adalah bagaimana kita dapat menerapkan pandangan ini dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti mengevaluasi kembali prioritas kita, menggunakan waktu dan sumber daya dengan lebih bijaksana, atau bahkan mengambil keputusan berani untuk melayani Tuhan dengan cara yang lebih mendalam. Hal yang penting bagi kita adalah bertanya pada diri sendiri: “Apakah hidupku saat ini telah mencerminkan persembahan yang total kepada Tuhan?” Dengan demikian, dapat menjalani hidup yang benar-benar bermakna dan berdampak, meninggalkan warisan iman yang dapat menginspirasi generasi mendatang.
Doa: Ya Tuhan Allah, kami rindu mempersembahkan seluruh kehidupan kami ini sebagai persembahan di hadapan-Mu. Pakailah hidup kami yang fana ini untuk menjadi alat berkat-Mu, dalam tujuan-Mu yang mendatangkan damai sejahtera bagi banyak orang. Amin.