Mengapa Harus Marah?
Yunus 4:1
Marah dan kesal adalah ekspresi manusia ketika meng-alami hal yang tidak disenangi, tidak disetujui dan tidak puas. Dalam bacaan hari ini, Yunus marah dan kesal ketika tahu Allah mengasihi Niniwe. Adapun penduduk kota Niniwe terkenal dengan kejahatan bahkan tindakan yang kejam dan tidak berbelas kasihan (Nahum 3:1-4,19). Ketika bangsa Niniwe bertobat, Allah membatalkan penghukuman-Nya. Inilah dasar kemarahan dan kekesalan Yunus. Dia tidak senang kalau Allah mengubah rencana-Nya dan mengampuni bangsa yang jahat itu.
Dalam kehidupan ini seringkali kita berpikir dan bertindak seperti Yunus. Kita kesal dan marah ketika Tuhan Allah menyatakan belas kasih-Nya kepada orang berdosa. Mengapa harus marah? Bukankah Allah kita adalah Allah yang bebas menyatakan kuasa dan kasih-Nya? Bukankah Allah kita telah berbelas kasih dengan kita, dengan dosa-dosa kita, mengapa kita tidak mau orang lain mengalami belas kasih yang sama?
Belajar dari Firman ini kita diingatkan bahwa Allah berbelas kasihan bagi semua orang yang mau sungguh minta ampun dan bertobat dari kesalahannya. Tuhan Allah tidak hanya mengasihi bangsa Israel saja, atau gereja saja tapi kasih setia-Nya, pengampunan dan keselamatan yang dari pada-Nya juga tersedia bagi semua orang.
Marilah kita sebagai keluarga Kristen belajar untuk tidak marah dan kesal menghadapi kenyataan yang tidak disenangi. Bila ada orang yang bertobat mari bersyukur, bukannya kesal dan marah. Mengapa harus marah, janganlah marah. Amin.
Doa: Tuhan Yesus tolong kami untuk tidak marah melihat mereka yang bertobat tapi bersukacita ketika pertobatan terjadi. Kiranya kasih Allah ada pada kami dan bagi semua orang. Amin.