Masa Tua Samuel dan Perilaku Buruk Anak-Anaknya
1 Samuel 8:1-3
Kerinduan Samuel untuk mengakhiri masa tugasnya dengan sukacita, serta menikmati masa tua dengan gembira, seperti harapan kebanyakan orang harus pupus karena kedua anaknya Yoel (Tuhan adalah Allah) dan Abia (Tuhan adalah Bapaku). Samuel sebagai pemimpin dengan jabatan terhormat dan rohani, ternyata tidak menjadi ukuran untuk diikuti oleh anak-anaknya, sebab sebagai hakim, keduanya anaknya ternyata berperilaku kurang terpuji. Mereka melakukan tindakan yang merugikan banyak orang. Jabatan hakim yang dianugerahkan Allah, justru dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi, artinya sebagai hakim, mereka telah mencederai kewibawaan pemerintahan Allah; melakukan korupsi (suap) untuk memperkaya diri, mengejar laba dan bersekongkol untuk melemahkan hukum dengan memutarbalikan keadilan, serta memeras orang miskin dan membebaskan orang kaya. Perilaku semacam ini justru akan menjadi batu sandungan bagi karya selamat Allah bahkan meruntuhkan kepercayaan orang terhadap kekuasaan Allah.
Sebagai keluarga Kristen kita diingatkan untuk memba-ngun komunikasi yang harmonis di antara sesama anggota keluarga. Pemimpin dalam keluarga, orang tua (bapak/ibu) wajib memberikan teladan kepada anak-anaknya, tetapi bukan hanya sebatas ucapan, melainkan dengan perbuatan atau berprilaku positif, mengajarkan dan mendidik anak-anak untuk hidup saling mengasihi, memperlakukan orang lain dengan hormat, serta memperlengkapi mereka dengan bekal kerohanian yang tinggi, supaya mereka dapat menjauhi apa yang jahat dan tetap menjaga nama baik serta kehormatan orang tua serta keluarga. Dengan demikian keluarga kita dihormati, diberkati Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama. Amin.
Doa: Ya, Tuhan jauhkan kami dari perilaku yang tidak terpuji, tidak mementingkan keluarga, teman dan kelompok kami sendiri, sehingga keluarga kami benar-benar menjadi berkat bagi banyak orang. Amin.