2 Korintus 10:1,
Aku, Paulus, seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.
Kristus Yang Lemah Lembut Dan Ramah
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Di Minggu sengsara kedua ini, kita merenungkan hidup, teladan dan pengorbanan Yesus Kristus. Salah satu teladan yang dapat dipelajari dari Yesus Kristus adalah sikap-Nya yang lemah lembut, ramah, penuh kebaikan hati, terlebih kepada orang-orang yang dipinggirkan dalam masyarakat. Di tengah dunia digital, di mana informasi simpang siur, teladan Yesus Kristus ini relevan dalam kehidupan kita. Teks 2 Korintus 10:1 mencatat, “Aku, Paulus…aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.” Paulus, meskipun memiliki otoritas rohani, memilih pendekatan yang lemah lembut (Yun: prautetos, lemah lembut, rendah hati) dan ramah (Yun: epieikeias, ramah, kebaikan hati, pengendalian diri) ketika memperingatkan (Yun: parakalou) jemaat. Kata parakalou berarti menasihati, mendesak, mendorong, memberi semangat. Ia meneladani Yesus Kristus yang, lemah lembut, ramah, rendah hati dan penuh pengendalian diri. Paulus melakukannya karena Yesus Kristus atau demi kepentingan Yesus Kristus. Jadi, Paulus menegur bukan karena dirinya, melainkan karena Yesus Kristus, oleh karena itu, ia mengikuti cara/teladan Yesus Kristus. Dengan kata lain, peringatan Paulus tersebut bukan untuk mempermalukan melainkan untuk membangun jemaat. Cara Paulus tersebut bukanlah bentuk kekalahan, melainkan kekuatan. Ini menunjukkan bahwa kerendahan hati, kelemahlembutan, keramahan dan pengendalian diri justru adalah kekuatan sejati yang lahir dari kasih dan mampu mengubah hati yang keras dan menerangi kegelapan dunia.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Dalam era digital ini, gereja dipanggil untuk mengajar dan menggembalakan umat-Nya dengan terang Yesus Kristus. Bagaimana kita dapat menyuarakan kebenaran di tengah riuhnya dunia maya? Bagaimana kita dapat menjangkau hati yang terluka dan tersesat dalam lautan informasi? Paulus memberi kita jawabannya, yakni dengan kerendahan hati kelemah-lembutan, keramahan dan pengendalian diri. Kita tidak dipanggil untuk memaksakan kebenaran, melainkan untuk membagikannya dengan kasih. Kita tidak dipanggil untuk menghakimi, melainkan untuk merangkul. Kita tidak dipanggil untuk meninggikan diri, melainkan untuk merendahkan hati.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Sebagai keluarga Kristen, mari kita belajar untuk mendengarkan dengan sabar, berbicara dengan lemah lembut, dan mengampuni dengan tulus. Demikian juga di tempat kerja, mari kita menjadi teladan dalam integritas dan kerendahan hati. Di media sosial, mari kita gunakan media sosial untuk menyebarkan kasih dan pengharapan, bukan kebencian dan perpecahan.
Doa: Bapa di Sorga, terima kasih atas teladan kerendahan hati dan kelembutan Anak-Mu Yesus Kristus. Mampukan kami untuk hidup dalam terang-Nya dan menjadi garam dan terang bagi dunia. Amin.