Manusia Penuh Kelemahan
Ibrani 5:1-4
Di dunia ini banyak hamba Tuhan yang melayani secara luar biasa. Baik sebagai seorang pengkhotbah yang dipenuhi dengan karunia-karunia khusus maupun juga sebagai gembala dan pengajar. Siapapun dia, dia hanyalah alat yang dipakai Tuhan, walaupun memiliki keterbatasan dan kelemahan.
Menurut hukum Yahudi, jabatan Imam diberikan kepada keturunan Lewi, mulai dari keluarga Harun (Im.8:1-13). Ada tiga syarat bagi seorang Imam: Pertama, seorang Imam harus dipanggil oleh Allah sendiri. Kedua, Imam seorang manusia yang ditahbiskan untuk mewakili manusia di hadapan Allah untuk membawa persembahan dan korban. Ketiga, Seorang Imam harus melayani dengan perasaan yang terkendali, mampu menguasai dirinya, tidak masa bodoh.
Kendati diberikan jabatan keimaman, mereka bukan manusia sempurna karena memiliki kelemahan. Oleh karena itu seorang Imam juga harus mempersembahkan korban untuk dirinya sendiri. Berbeda dengan Yesus Kristus, Dia bukan Imam yang biasa, karena Yesus tidak bercela dan tidak berdosa. Ia tidak perlu mempersembahkan korban bagi diri-Nya sendiri. Melainkan Dia sendirilah yang menjadi korban untuk keselamatan manusia. Yesus sebagai Imam besar menunjukkan kepedulian-Nya, kelemahlembutan-Nya dan kesabaran-Nya terhadap mereka yang tersesat karena kesalahan, kelemahan dan dosa.
Sebagai keluarga Kristen, kita juga diajak untuk mampu menghargai kelebihan tetapi juga mampu menerima kekurangan orang lain. Tidak ada satupun di antara kita yang sempurna. Seperti Tuhan yang menunjukkan kepeduliannya kepada kita, marilah kita memahami dengan penuh kesabaran kekurangan orang-orang yang kita cintai. Janganlah melihat kelemahan mereka tetapi milikilah kasih yang mampu melihat kelebihan di dalam kekurangan. Amin.
Doa: Ya Tuhan, teguhkan hati kami untuk hidup dalam kekuatan iman dan tidak terpuruk oleh kelemahan dan kekurangan kami. Ajarilah kami untuk mampu menerima keterbatasan dan kelemahan orang lain. Amin.