Lukas 10:29
(29) Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: ”Dan siapakah sesamaku manusia?”
Kasih Sejati, Rela Berkorban Menolong Sesama
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Tidak sedikit orang yang memiliki kemampuan dalam memainkan kata atau menguraikan kata-kata tertentu. Kemampuan ini dapat membuat sesuatu menjadi lebih jelas atau justru membuat menjadi lebih rumit. Hal ini sangat bergantung pada niat dan motivasi seseorang. Jawaban Yesus Kristus yang membenarkan jawaban sang ahli Taurat tentang perintah yang terutama ternyata tidak menjadi akhir dari diskusi teologi di antara keduanya. Perintah Yesus Kristus agar ia pergi dan melakukan perintah terutama untuk mengasihi Tuhan Allah dan sesama justru dipakai sang ahli Taurat untuk memulai polemik baru. Ia bertanya kepada Yesus Kristus, “Dan siapakah sesamaku manusia?” Injil Lukas menyatakan bahwa pertanyaan ini muncul dari keinginan sang ahli Taurat untuk membenarkan dirinya. Itulah sebabnya kata “sesama” dan pengertian dari kata tersebut dijadikannya sebagai pertanyaan lanjutan dan bahan perdebatan dengan Yesus Kristus. Orang Yahudi memang sangatlah membatasi pemahaman siapa “sesama”. Bagi kebanyakan orang Yahudi, sesama yang dimaksud adalah sesama orang Yahudi, yakni bagian dari bangsa yang dipilih Tuhan Allah menjadi umat kesayangan-Nya. Hal ini membuat kebanyakan orang Yahudi memandang orang-orang di luar mereka sebagai bukan sesama, orang-orang yang harus dihindari, atau bahkan dimusuhi. Kategorisasi ini pada akhirnya membuat kebanyakan orang Yahudi menerapkan kasih yang bersifat eksklusif dan berakhir pada marginalisasi terhadap orang lain.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Hukum Taurat sangat jelas menyatakan bahwa kasih terhadap sesama adalah perintah terutama yang sama dengan perintah pertama yakni kasih kepada Tuhan Allah. Namun bagi orang Yahudi kata “sesama” dibatasi hanya bagi sesama orang Yahudi. Ahli Taurat ini memiliki kerangka berpikir seperti itu. Yesus Kristus hendak mengoreksi kerangka berpikir tersebut. Jawaban Yesus Kristus hendak menantang konsistensi ahli Taurat tersebut. Jika ia sungguh-sungguh mengasihi Tuhan Allah, bersediakah ia mengasihi sesamanya manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Tuhan Allah? Termasuk mereka yang dalam benaknya bukanlah umat pilihan Tuhan Allah? Tantangan Yesus Kristus mendorong ahli Taurat tersebut memikirkan kembali dengan sungguh-sungguh tentang perintah Tuhan Allah untuk mengasihi orang lain, baik sesama Yahudi maupun orang asing. Tantangan Yesus Kristus terjawab dengan sikap orang Samaria yang murah hati menolong sesama yang membutuhkan pertolongan dengan tanpa pamrih.
Sebagai keluarga Kristen, kita dipanggil untuk menyatakan kasih tanpa pamrih kepada semua orang yang membutuhkan pertolongan, kasih yang tidak eksklusif, yakni kasih yang universal. Yesus Kristus sendiri mengajar dan meneladankan kepada kita kasih yang benar itu, yakni mengasihi sekalipun orang yang berbuat jahat kepada-Nya. Maukah kita mengikuti ajaran dan teladan Yesus Kristus?
Doa: Ya Tuhan Yesus Kristus, tolonglah kami untuk mengasihi orang lain dengan tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan budaya dan tidak membuat-buat alasan untuk menghindari panggilan melakukan perintah yang terutama ini. Amin.