Yeremia 29: 3-4
(3) Surat itu dikirim dengan perantaraan Elasa bin Safan dan Gemarya bin Hilkia yang diutus oleh Zedekia, raja Yehuda, ke Babel, kepada Nebukadnezar, raja Babel. Bunyinya:
(4) ”Beginilah firman Tuhan semesta alam, Allah Israel, kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel:
Menjadi Perantara
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus.
Perantara adalah orang yang bertindak untuk mengirimkan pesan atau berita, menjadi penghubung untuk menyampaikan sesuatu yang penting. Konteks sekarang dalam soal mengirim surat atau barang yakni kantor pos, dan jasa perantara dengan berbagai nama. Juga perantara di sebut sebagai mediator, fasilitator: broker dan agen. Ada juga yang menyebutnya sebagai makelar atau calo. Dalam menjalankan tugas sebagai perantara ada yang bertanggungjawab, jujur tapi ada juga yang menyimpang dan tidak jujur.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan!
Sejarah mencatat bahwa pada tahun 594 SM, kerusuhan terjadi di internal bangsa Babel membuat negara-negara di bawah kekuasaan kerajaan Babel melapor ke raja Nebukadnezar. Tujuannya untuk menegaskan kembali kesetiaan mereka kepada raja Nebukadnezar. Hal yang sama juga berlaku bagi raja Zedekia. Oleh karena itu, ia mengutus Elasa bin Safan (saudara pelindung
Yeremia: Ahikam: Yer. 26:24) dan Gemarya bin Hilkia kepada Raja Nebukadnezar. Saat mereka berdua hendak berangkat ke Babel, nabi Yeremia menitipkan surat untuk diberikan kepada orang-orang Yehuda di sana, (ay.3). Surat ini dimulai dengan menyatakan siapakah Allah itu. Pertama, Ia adalah Tuhan semesta alam. Kemahakuasaan Allah mencakup seluruh dunia, tidak terkecuali Babel. Itu sebabnya meski bersabda dari Yerusalem, firman-Nya akan terwujud di Babel. Rancangan Tuhan, dan bukan rancangan Babel, yang sedang mengendalikan sejarah dunia. Kedua, Tuhan adalah Allah Israel, (ay.4). Hal ini menegaskan bahwa pembuangan tidak berarti Tuhan berhenti menjadi Allah Israel. Ia tetaplah Allah mereka, dan akan membebaskan mereka dari tangan Babel. Umat Allah dibuang dari Yerusalem kota Allah ke Babilonia, kota yang indah, “pintu gerbang Allah.” Umat Allah kini menjadi orang buangan, berarti pendatang yang tidak memiliki status. Dengan demikian umat hidup tidak tentram, takut, tidak bebas dan mendapat tekanan. Menjadi tantangan yang berat saat itu ialah bagaimana orang percaya dapat hidup di negeri pembuangan, ketidakbebasan, hidup dalam penindasan. Yang menarik justru dalam status dan keadaan seperti itu, umat dipanggil untuk memberi kesaksian sebagai umat percaya yang memiliki Allah yang hidup.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan!
Kita mendapati bahwa semua telah diawali dengan firman Tuhan yang ditujukan kepada semua orang buangan yang diangkut ke dalam pembuangan dari Yerusalem ke Babel. Umat menghadapi hidup penindasan sehingga mereka tak berdaya. Firman Tuhan menjadi dasar pelaksanaan kehidupan, Allah yang hadir bekerja dan berfirman. Allah tidak pernah tidak hadir dalam kehidupan umat. Allah adalah Allah yang hidup dan bekerja dan yang berkemauan agar umat juga hidup dan mengerjakan hal-hal untuk kehidupan. Hidup tidak tergantung kepada situasi dalam keadaan apapun, melainkan tergantung kepada Allah. Maka kitapun diajak, menjadi agen-agen dan perantara untuk menyampaikan firman Tuhan dalam keluarga, jemaat dan masyarakat. Tujuannya agar orang percaya memiliki kekuatan dan keyakinan yang kokoh dalam menghadapi kehidupan yang tak pernah lepas dari persoalan dan permasalahan sehingga kita dapat memenangkannya. Amin.
Doa:Ya Tuhan, jadikan kami alat-Mu dan perantara kepada sesama untuk menyampaikan Firman-Mu dalam kehidupan. Amin.