Matius 18:1,
‘ Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: ”Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” ‘
Siapakah Yang Terbesar Dalam Kerajaan Sorga?
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus
Banyak orang ingin menjadi yang “terbesar” dalam hal status dan kedudukan. Mengapa? Karena kehendak manusia untuk menjadi “terbesar” berakar pada dorongan, keinginan dan ambisi untuk dihormati serta pengakuan diri, atau dianggap lebih penting dari orang lain. Ambisi adalah keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan atau keberhasilan yang mendorong seseorang untuk bekerja keras dan terus mengembangkan diri agar dapat meraih impian atau cita-citanya. Namun, jika ambisi dilakukan dengan cara yang tidak bermoral dan beretika sehingga merugikan diri sendiri atau orang lain sering disebut ambisius.
Ambisius adalah sesuatu yang berbahaya karena akan menyeret kita ke dalam dosa-dosa yang lain! Ambisius bisa terjadi dalam bermacam-macam hal, baik hal-hal yang bersifat materi/duniawi misalnya: ambisi menjadi kaya, terkenal, kedudukan tinggi, maupun dalam hal-hal yang bersifat rohani misalnya: ingin menjadi orang kristen yang paling hebat, ingin menjadi orang yang memberi persembahan paling besar, ingin menjadi pengkhotbah top dan lain-lain dengan menghalalkan segala cara. Selain itu, faktor-faktor seperti pengakuan sosial, kekuasaan, keuntungan ekonomi dan pengaruh bisa juga menjadi penyebab seseorang mengejar posisi “terbesar”. Kultur dan masyarakat sering mendukung dan mempromosikan gagasan bahwa keberhasilan dan perolehan materi bisa membawa kebahagiaan dan rasa puas. Atau dipandang sebagai tanda orang diberkati Tuhan Allah.
Keluarga Kristen yang dikasihi dan diberkati Tuhan Yesus
Murid-murid bertanya kepada Yesus Kristus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Pertanyaan ini bermaksud untuk mencari tahu siapa orang yang berhak untuk duduk sebagai orang kedua disebelah-Nya dalam Kerajaan Sorga karena telah berjasa berperan aktif dalam pelayanan bersama-Nya. Hal ini memicu perdebatan sengit di antara para murid. (bdk. Mrk. 9:33-34; Luk. 9:46). Pemikiran itu muncul karena kegelisahan para murid mengenai kelangsungan misi Kerajaan Allah andaikata Yesus Kristus binasa di Yerusalem. Sebab itu, mereka mencoba mencari jalan keluar ‘pengganti’ guru-Nya.
Tidak jarang kita melihat atau mungkin terlibat berlomba-lomba, bersaing untuk kedudukan dan jabatan. Karena dunia menghormati kekuasaan dan dapat memberikan keuntungan. Untuk mencapai yang “terbesar” itu, banyak cara yang dilakukan oleh seseorang. Ada orang yang dengan sengaja mengabaikan etika moral, aturan dan hukum bahkan nilai-nilai iman demi meraih yang “terbesar”. Ada yang menggunakan cara suap, memanfaatkan kerabat dan keluarga serta menjual harga diri, bahkan iman.
Untuk itu, marilah sebagai keluarga Kristen kita terus mengajarkan iman, etika dan moral kepada anak-anak, cucu dan generasi kita sehingga memiliki karakter dan mental yang kuat sebagai generasi yang takut Tuhan Allah. Amin.
Doa: Ya Yesus Kristus, ajarkanlah kami sebagai orang tua agar fokus tidak hanya terarah untuk mengejar yang “terbesar” tetapi bagaimana kami menanamkan nilai-nilai iman, etika dan moral kepada anak-anak. Amin.