
Kini, kita sedang berada dalam perjuangan bersama untuk mengatasi berbagai persoalan akibat pandemi COVID 19. Perjuangan ini hanya bisa berhasil jika didasarkan pada keyakinan, persatuan dan kesatuan yang kokoh, yang tercipta karena kita saling menyapa sebagai warga bangsa(-bangsa ) di dunia. Bagaimana refleksi kita dari bagian Alkitab ini ?
Pertama : Kesamaan Sejarah adalah Dasar Ikatan Bathiniah. Maria dan Yesus serta murid yang lain memiliki pengalaman sejarah yang sama di dalamnya ikatan sebagai bangsa Yahudi, ikatan kekeluargaan dan ikatan perjuangan “keagamaan”. Secara khusus Maria, daripadanya Yesus pernah mengusir 7 setan. Semua ini membuat mereka terikat secara bathiniah satu sama lain. Itulah sebabnya Maria menangis dan mencari Yesus yang menderita dan mati sampai di kubur Yesus. Sebagai bangsa-bangsa di dunia, dan sebagai bangsa Indonesia yang lahir dari suatu sejarah yang sama, di dalamnya ada keragaman keagamaan dan keluarga, kita memiliki ikatan-ikatan bathiniah yang sangat kuat. Mari kita pakai semua ini sambil bergandengan tangan untuk mencari dan mengatasi berbagai persoalan, kesedihan bahkan penderitaan terutama akibat pandemic COVID 19 .
Kedua : Malaikatpun akan Menyapa Orang yang Mengasihi Sesama. Malaikat adalah bala tentara Sorgawi. Mereka bukan hanya melayani Allah, tetapi mereka juga menolong manusia. Demikianlah yang dilakukan 2 orang malaikat di kubur Yesus. Merekapun menyapa Maria “Ibu, mengapa engkau menangis?” Sapaan ini datang kepada Maria yang mengasihi Yesus yang menderita dan mengalami kematian. Kitapun yakin, kalau kita saling mengasihi sebagai sesama anak bangsa dalam menghadapi berbagai penderitaan dan kematian, Tuhanpun pasti mengutus malaikat-Nya untuk menolong kita. Juga bukankah kita bisa menjadi “malaikat” penolong yang dipakai Tuhan untuk menolong orang lain ? pasti kita semua ingin dipakai Tuhan untuk menolong sesama kita.
Ketiga : Melihat tidak Berarti Tahu. Hal ini terjadi pada Maria, ia melihat Yesus tapi tidak mengetahui bahwa itu adalah Yesus (ayt 14). karena ia melihat Yesus dengan pancainderanya, bukan dengan iman. Pengetahuan berdasar pada pancaindera adalah pengetahuan terendah. Yang lebih tinggi adalah pengetahuan ilmiah, filosofi dan yang paling tinggi adalah pengetahuan berdasarkan penyataan Tuhan atau kebenaran Tuhan. Oleh sebab itu sangat disayangkan kalau orang menuntut kebenaran, termasuk melalui kritik, hanya berdasarkan pancaindera apalagi hanya berdasar pada apa kata orang tanpa menganalisa secara rasional, secara bijaksana, sistematis dan komprehensif apalagi tidak berdasarkan kebenaran Tuhan. Selama proses ini tidak terjadi, tidak ada seorangpun yang dapat mengenal Tuhan dan kehendak-Nya.
Keempat : Sapaan Memperkokoh Keyakinan, Persatuan dan Kesatuan. Ketika Yesus menyapa Maria dengan memakai sapaan yang umum ibu/perempuan (woman), Ia menyapa keberadaannya sebagai perempuan yang sedang menangis tanda memiliki pergumulan. Maria menjawab dengan sapaan tuan, karena dikiranya tuan itu adalah penunggu taman. Sapaan itu sebagai tanda menghormati sekaligus tanda permohon untuk mendapatkan informasi dimana mayat Yesus diletakkan. Selanjutnya Yesus menggunakan sapaan yang lebih khusus lagi dengan menggunakan sapaan yang bersifat pribadi ,yakni nama Maria. Sapaan pribadi ini membuka mata iman Maria sehingga ia yakin bahwa itu adalah Yesus, sehingga Maria menyapa Yesus dengan memakai istilah Ibrani “Rabuni” artinya Guru. Dengan menggunakan istilah Rabuni dalam bahasa Ibrani, Maria bukan hanya menunjukkan keyakinannya, tetapi juga menunjukkan persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa Yahudi. Dengan demikian jika ada sapaan atau saling menyapa, maka keraguan, kesedihan dan ketakunan serta berbagai masalah dapat teratasi.
Kelima : Keyakinan, Persatuan dan Kesatuan harus diwujudkan dalam hubungan dengan orang lain. Maria yang telah yakin pada kebangkitan Yesus, walaupun ia dilarang untuk memegang Yesus karena belum pergi kepada Bapa, ia diutus kepada saudara-saudaranya untuk mengatakan apa yang dikatakan Yesus, terutama tentang kebangkitan Yesus yang telah dilihatnya. Ini dimaksudkan supaya mereka yakin / percaya dan supaya mereka tetap hidup dalam persatuan dan kesatuan mengatasi hari-hari hidup mereka selanjutnya.
Berita kebangkitan Yesus dalam perikop ini, sungguh memotivasi kita untuk saling menyapa sebagai sesama anak bangsa dengan pengikat Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, tetapi juga sebagai bagian integral dari kehidupan di bumi ini, untuk yakin, untuk percaya pada kuasa Tuhan ; ada persatuan dan kesatuan untuk bergandengan tangan, bahu membahu, saling menopang dalam menjalani hari-hari hidup dengan segala tantangan dan pergumulan hidup, termasuk dalam menghadapi berbagai masalah yang diakibatkan pandemi COVID 19. Tuhan Yesus selalu menolong kita. Soli Deo Gloria.