Disampaikan, bahwa Ibadah dilaksanakan sebagai berikut: Liturgos oleh yg dijadwalkan BPMJ dengan Tata Ibadah sesuai kreativitas jemaat, dan khotbah oleh BPMS (Video akan dikirim besok).
Disampaikan bahwa mekanisme pelaksanaan ibadah yang awalnya dipimpin full oleh BPMS berubah seperti disampaikan di atas karena beberapa pertimbangan antara lain Proses perekaman vidio dan mengedit khotbah video ke teks sampai selesai butuh butuh waktu panjang, sementara banyak jemaat meminta secepatnya dikirim. Selain itu mendownload materi ibadah full vidio juga bth menyiapkan kuota data.
Demikian informasi. Atas kerja samanya diucapkan terima kasih.
Selamat melayani. Salam sehat. Ayo sama-sama kita putuskan mata rantai pandemi COVID-18 dengan tetap berdoa, hidup sehat dan ikuti petunjuk pemerintah.
Teks Khotbah Minggu 26 April 2020
Pembacaan Alkitab: Ester 6:1-14
Tema: Ketulusan Mendahului Penghargaan
Pembicara:
Pdt. Anthonius Dan Sompe, M.Th., M.Pd.K.
BPMS GMIM – Wakil Ketua Bidang Ajaran, Pembinaan dan Penggembalaan
Editor:
Matthew Doringin, S.Pd.
Tim Multimedia GMIM
Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, salam sejahtera buat kita semua. Hari
ini, Minggu 26 April 2020, kita sangat bersyukur kepada Yang Mahabesar Tuhan karena
oleh perkenanan-Nya hari ini kita boleh beribadah bersama. Walaupun situasi kita berbeda
dengan hari-hari Minggu biasa yang kita lakukan yaitu ibadah bersama di gedung Gereja,
tapi kali ini kita masih beribadah bersama-sama di rumah kita masing-masing. Oleh
perkenanan Tuhan kepada kita semua dalam ibadah pada saat ini, kita akan bersama belajar
bagian Alkitab secara khusus dari kitab Ester. Dalam kitab Ester, kita dapat melihat
bagaimana pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang luar biasa. Dalam kitab Ester, kita dapat
melihat bagaimana pertolongan Tuhan kepada umat-Nya sekalipun mereka berada dalam
penderitaan ataupun ketika mereka berada dalam pergumulan. Umat Tuhan yang dimaksud
dalam kitab Ester ini menunjuk kepada orang Israel yang terbuang di tanah Persia yaitu
mereka yang tidak kembali ke Yerusalem, dan sebagian itu diceriterakan dalam kitab Ester
ini dalam pemerintahan raja Ahasyweros, raja Persia. Secara umum kita dapati bahwa kitab
Ester juga menceritakan satu pergumulan yang sangat besar, satu pergumulan yang sulit
untuk diterima, satu pergumulan yang sulit untuk dikatakan secara rasional, dan lebih
khusus pergumulan yang mereka rasakan ini terjadi pada berbagai aspek kehidupan mereka.
Di bidang pemerintahan, kita temukan bahwa pada masa itu sedang terjadi pergolakan yang
luar biasa. Ada orang-orang tertentu yang ingin menjatuhkan raja Ahasyweros bahkan
mereka ingin membunuhnya. Dari aspek perekonomian dan dari aspek sosial, kita dapat
belajar dalam kitab Ester ini dimana terjadi persaingan dan terjadi pergesekan antara orang
Persia dan orang-orang Yahudi. Dari aspek keagamaan kita dapat belajar lebih khusus dari
aspek keimanan orang Israel yaitu mereka sementara berseru-seru: Adakah pertolongan
Tuhan di masa sulit ini? Adakah pertolongan Tuhan di masa ketika mereka sementara
bergumul antara hidup dan mati? Kitab Ester menceritakan secara gamblang keseluruhan
pergumulan-pergumulan ini.
Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, cerita dalam kitab Ester pasal 6 ini
menunjukkan bagaimana ketulusan hati dari seorang yang bernama Mordekhai yang telah
mengantarnya mendapatkan penghargaan dari raja. Itulah sebabnya tema MTPJ di minggu
ini berbicara tentang “Ketulusan Mendahului Penghargaan”. Ketulusan berbicara tentang
keikhlasan, ketulusan berbicara tentang kesungguhan, ketulusan berbicara tentang kerelaan,
ketulusan berbicara tentang integritas, ketulusan berbicara tentang kredibilitas, dan
penghargaan berbicara tentang penghormatan. Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati
Tuhan, kalau kita belajar dari bagian Alkitab dalam Ester pasal 6 ini berkaitan dengan tema
kita yaitu berbicara tentang ketulusan dan penghargaan, maka ada beberapa hal yang dapat
kita refleksikan dari bagian Alkitab ini. Pertama, ketulusan hati patut dicatat dalam sejarah
kehidupan. Dalam pasal 2 ayat 23 dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Mordekhai
telah dicatat di dalam kitab sejarah di hadapan raja. Oleh sebab itu dalam pasal ini
diceriterakan kitab itulah yang dibaca oleh raja Ahasyweros ketika ia tidak dapat tidur. Di
dalam kitab itu dia menemukan nama Mordekhai. Siapa Mordekhai? Nama Mordekhai
sebenarnya tidak berarti apa-apa. Ia hanya seorang buangan yang tidak kembali ke
Yerusalem. Ia hanya seorang yang datang di tempat itu untuk hidup tapi juga ia hanya
seorang yang kecil dibadingkan dengan orang Persia. Ia hanya seorang yang dianggap
rendah, apalagi di mata seorang yang bernama Haman. Mengapa Mordekhai dicatat
namanya, statusnya, pekerjaannya, jabatannya, pendidikannya, marganya, dan bangsanya
yang kecil? Akan tetapi perbuatan dan jasanya yang didasarkan pada ketulusan, itulah yang
membuat dia menjadi seorang yang patut dicatat dalam sejarah bangsa Persia. Mencatat
nama seseorang bagi kita sekarang ini sangatlah penting. Kita perlu mencatat nama-nama
orang yaitu mereka yang pernah melakukan kebaikan, apalagi orang-orang yang pernah
melakukan ketulusan dan pernah menolong kita dalam perjalanan hidup kita. Nama-nama
mereka perlu kita catat dalam hati sanubari kita. Hal kedua yang dapat kita belajar dari
bagian Alkitab ini adalah bahwa ketulusan ternyata dapat meluputkan orang dari kematian.
Sebenarnya ada banyak alasan Mordekhai untuk membiarkan raja Ahasyweros terbunuh
oleh orang-orang kepercayaannya sendiri, tetapi itu tidak dilakukannya. Yang dilakukannya
adalah dengan ketulusannya dia menceriterakan perkara rencana jahat itu kepada Ester
untuk disampaikan kepada raja Ahasyweros dan pada akhirnya kedua orang itu yaitu Bigtan
dan Teresh, mereka pada akhirnya dihukum mati. Dalam bagian Alkitab ini ternyata dicatat
bahwa Mordekhai menyampaikan berita yang benar dan bukan hoaks. Mordekhai
menyampaikan suatu kebenaran, ia menyampaikan berita yang jujur, tidak berpura-pura
apalagi ada kemunafikan. Mordekhai melakukan itu karena ada panggilan iman yang
dihayatinya dan ketulusan yang disebut direfleksikan sebagai panggilan iman. Itulah yang
disebut dengan ketulusan, itulah yang disebut dengan keikhlasan, itulah yang disebut
dengan kerelaan, itulah yang disebut dengan integritas dan itulah yang disebut dengan
kredibilitas. Berbicara tentang ketulusan memang tidak mudah untuk dilakukan apalagi
ketulusan yang hendak kita lakukan adalah ketulusan terhadap orang yang pernah
menyakiti kita, ataupun mungkin yang pernah memusuhi kita, atau mungkin yang pernah
mengkhianati kita, terkadang tidak mungkin kita melakukan ketulusan seperti itu. Tetapi
Mordekhai mampu untuk melakukan hal itu. Dalam pengalaman hidupnya, dia pernah
mengalami sejarah yang kelam bersama dengan bangsanya. Bangsanya terbuang ke tanah
Persia, mereka diperbudak dan mereka tidak memiliki kebebasan untuk hidup. Cukup
banyak alasan bagi Mordekhai untuk merasakan kepahitan hidup untuk tidak melakukan
ketulusan kepada raja Ahasyweros. Tetapi ternyata itu tidak membatasinya untuk
melakukan ketulusan. Ketulusan seperti inilah yang perlu kita lakukan apalagi kita sekarang
dalam keadaan masa-masa yang sulit. Sekalipun orang-orang di sekitar kita mungkin saja
berbeda pendapat bahkan memusuhi kita untuk melakukan kebaikan, apakah dalam
pelayanan gereja, di bidang pemerintahan, di tengah keluarga, dan dimana pun kita pergi
dan berada, janganlah hal itu menjadi alasan bagi kita untuk tidak melakukan pekerjaan
dengan ketulusan. Dan kita tahu bahwa ketulusan adalah panggilan iman untuk kita lakukan
dalam perjalanan hidup kita selanjutnya.
Saudara-saudara, bagian Alkitab yang kita baca ini ada hal ketiga yang dapat kita
refleksikan. Ternyata ketulusan dapat mengalahkan tirani kuasa dan keserakahan. Haman
adalah seorang yang dikaruniakan raja dengan jabatan yang tinggi dan dengan kuasa yang
besar, tapi ternyata dia tidak pernah puas. Semua orang dituntutnya untuk memberi hormat
kepadanya, bahkan dia telah berikhtiar untuk membunuh semua orang Yahudi lebih khusus
orang yang bernama Mordekhai yang dibencinya itu. Pribadi Haman menggambarkan
seorang yang tidak pernah puas, dia haus kehormatan, dia haus kekayaan, dia haus kuasa,
dia haus untuk memuaskan segala keinginan-keinginannya termasuk dengan cara apapun,
termasuk dengan cara membunuh orang-orang yang tidak sependapat dengannya. Dan oleh
sebab itu pribadi Haman adalah pribadi yang menggambarkan sosok dimana orang yang
tidak pernah puas dalam perjalanan hidup. Itulah yang disebut dengan tirani kekuasaan dan
keserakahan. Setiap orang termasuk kita masing-masing, apakah dalam pelayanan gereja
atau di bidang pemerintahan, kita semua membutuhkan adanya penghargaan. Dan ternyata
penghargaan itu adalah salah satu kebutuhan hidup manusia. Dari teori Abraham Maslow,
dia menyebutkan ada lima kebutuhan pokok manusia dimana salah satunya adalah
kebutuhan untuk dihargai. Dan kalau kita belajar dari bagian Alkitab ini, firman Allah
dengan tegas mengatakan bahwa untuk mendapatkan penghargaan itu, lakukanlah
ketulusan. Dan jikalau orang melakukan ketulusan, dia tidak akan pernah dikalahkan oleh
manusia termasuk mereka yang tidak sependapat atau mereka yang memusuhi atau yang
menyerang pribadi seseorang yang melakukan ketulusan. Firman Allah bagi kita pada saat
ini dengan tegas menyebutkan betapa pentingnya hidup yang melakukan pekerjaan dengan
ketulusan. Oleh sebab itu dalam perjalanan hidup kita selanjutnya, penting sekali kita terus
untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kita baik di tengah keluarga, di tengah jemaat, di
tengah masyarakat dalam bidang pemerintahan, lakukanlah semua itu dalam ketulusan. Dan
kita tahu, walaupun ada orang yang tidak setuju dan yang tidak berpihak dengan kita, tetapi
kita tahu bahwa Tuhan berada di pihak kita. Orang yang melakukan dengan tirani kuasa
dan keserakahan tidak akan pernah mengalahkan orang yang bekerja dengan ketulusan
dalam perjalanan hidup mereka. Hal yang keempat yang dapat kita belajar dari bagian
Alkitab ini yaitu penghargaan atau kehormatan didapatkan karena diawali dengan adanya
ketulusan. Atau dengan kata lain ketulusan mengawali penghargaan. Inilah yang didapatkan
oleh Mordekhai yaitu karena ketulusannya ia mendapatkan penghormatan raja, dia
mendapatkan jubah kebesaran, dia boleh mendapatkan fasilitas dalam pelayanannya,
bahkan juga lebih daripada itu dia mendapatkan nama besar, dia diarak di kota dan orang
berteriak serta orang berseru-seru di hadapannya. Inilah yang dilakukan oleh raja kepada
orang yang dihormatinya. Berbicara tentang penghargaan dan berbicara tentang ketulusan
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Orang yang melakukan ketulusan pasti
mendapatkan penghargaan. Dan secara khusus kalau kita merenungkan secara dalam
bagian Alkitab ini, memang untuk melakukan ketulusan tidaklah mudah. Sekali lagi
melakukan pekerjaan dalam ketulusan tidak mudah karena taruhannya adalah kerendahan
hati dan keikhlasan. Begitu juga untuk melakukan penghormatan seperti menghormati
orang lain kadang tidak mudah untuk dilakukan. Orang lebih suka mencari kelemahan,
orang lebih suka menceriterakan kekurangan-kekurangan orang lain daripada berbicara
tentang kelebihan-kelebihannya, dan perilaku seperti ini terlihat dimana-mana. Dalam
pelayanan keluarga, ada perilaku yang tidak tulus dan kurang menghargai satu sama lain,
suami isteri, orang tua dan anak, kakak beradik dan saudara bersaudara. Dalam kehidupan
pemerintahan kita juga melihat dimana-mana, banyak hal yang baik yang sudah dilakukan
oleh Pemerintah tetapi yang diekspos oleh orang-orang adalah kekurangan, keterbatasan,
kelemahan, bahkan juga mungkin kealpaan dan keberdosaan orang. Begitu juga dalam
pelayanan Gereja, banyak hal yang sudah dilakukan oleh Gereja yaitu kebaikan dalam
program pelayanan, persekutuan dan kesaksian, tetapi ada saja orang yang mengatakan atau
mencari kelemahan, ada saja yang mencari kekurangan-kekurangan dalam pelayanan
Gereja, bahkan ada yang mengatakan Gereja tidak melakukan apa-apa. Sekali lagi,
melakukan ketulusan dan melakukan penghargaan itu bukan suatu pekerjaan yang mudah,
tetapi bukan tidak mungkin. Alkitab mengatakan dimana ada ketulusan, di sana ada
penghargaan. Oleh sebab itu penting sekali kita melakukan ketulusan karena kita tahu
mungkin saja manusia tidak menghargai kita, tetapi kita yakin kalau kita melakukan
ketulusan, bukan hanya manusia yang menghargai kita tapi Tuhan juga pasti menghargai
kita.
Saudara-saudara yang dikasihi dan diberkati Tuhan, sebagai Gereja Masehi Injili di
Minahasa, bagi kita yang berada di tanah Minahasa, di Provinsi Sulawesi Utara, yang
berada di Provinsi Sulawesi Selatan, yang berada di Wilayah Jabodetabek, Bandung dan
sekitarnya, yang berada di Medan, yang berada di Melbourne, yang berada di Hongkong,
yang berada di Jepang, yang berada di Amerika, dan warga gereja GMIM dimana pun
berada. Mari, walaupun di masa-masa sulit seperti ini, dengan kesetiaan dan ketulusan,
mari kita tetap melaksanakan panggilan iman kita untuk bersekutu, bersaksi dan melayani.
Ingatlah dalam perjalanan hidup kita selanjutnya, mari kita mengingat orang-orang yang
telah melakukan kebaikan di antara kita dan catatlah mereka dalam hati sanubari kita.
Kalau kita mau melakukan kebaikan, lakukanlah itu dengan ketulusan. Kalau kita ingin
dihargai, kita ingin mendapatkan penghargaan, atau termasuk kita ingin mengubah
keadaan, jangan lakukan itu dengan motivasi prestasi, prestise, atau dengan motivasi iri hati
apalagi ingin membalas dendam atau dengan motivasi untuk menjatuhkan orang.
Lakukanlah itu dengan motivasi ketulusan. Dan bagi kita yang sementara bekerja dalam
pelayanan, kita tahu bahwa kasih karunia Yesus Kristus yang terus menuntun dan
memberkati kita sampai saat ini akan tetap terus memberkati kita. Dan kita yakin Gereja
Masehi Injili di Minahasa, segenap orang percaya di minggu-minggu dalam perayaan
Paskah ini, kita yakin bahwa Yesus Kristus Sang Kepala Gereja akan terus menyertai kita
sampai pada akhir zaman. Dan siapa yang melakukan pekerjaan-Nya dalam ketulusan dan
dalam kesetiaan kepada-Nya, kepada kita semua dikaruniakan mahkota kehidupan. Tuhan
Yesus menyertai dan memberkati kita semua dari sekarang ini, besok dan selalu terus
dalam perjalanan hidup kita selanjutnya. Terpujilah nama Tuhan. Amin.