Teks Khotbah Minggu 10 Mei 2020
Pembacaan Alkitab : Yunus 4:1-11
Tema : Allah Mengasihi Semua Bangsa
Pembicara: Pdt. Petra Yani Rembang, M.Th
BPMS GMIM – Wakil Ketua Bidang Pengembangan Sumber Daya
Saudara-saudaraku yang dikasihi dan diberkati Tuhan, pada prinsipnya Yunus adalah
seorang nabi yang percaya kepada Allah sekaligus mengetahui dengan pasti sifat-sifat atau
karakter Allah yang sesungguhnya. Yunus mengetahui bahwa Allah adalah Tuhan yang
pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya. Tuhan adalah Allah
yang selalu menyesali terhadap malapetaka yang hendak didatangkan-Nya bagi umat-Nya.
Allah adalah Tuhan yang menghendaki agar manusia hidup dalam kesejahteraan sebab
Allah adalah Tuhan yang penuh dengan kasih. Ia selalu bertindak untuk membebaskan
manusia dari berbagai tekanan-tekanan kehidupan. Ia selalu datang mengangkat manusia
dari berbagai kesukaran hidup bahkan dalam perbudakan. Sebab Ia adalah Tuhan yang
penyayang. Allah adalah Tuhan yang sangat rindu mengangkat manusia dari dosanya,
sebab Allah tidak menghendaki manusianya terus berkanjang dalam dosa. Itu sebabnya
Allah adalah Allah yang pengampun. Dan keinginan Allah yang paling utama ialah bukan
menghukum orang yang berdosa tetapi pada prinsipnya Ia sangat merindukan atau Ia mau
menanti-nantikan pertobatan manusia. Itu sebabnya Allah dikenal sebagai Tuhan yang
panjang sabar. Ia adalah Tuhan yang selalu setia pada perjanjian yang pernah diikat-Nya
sekalipun perjanjian tersebut seringkali dilanggar oleh manusia. Dia selalu menjangkau
orang berdosa dan membawa kembali dalam hubungan pribadi yang intim dengan-Nya.
Itulah sebabnya Allah adalah Tuhan yang penuh dengan kasih setia.
Namun sesungguhnya Yunus adalah nabi yang hanya percaya kepada Tuhan dalam
pikirannya saja. Ia tidak memiliki sifat dan karakter Allah dalam hatinya, sebab hatinya
diselubungi oleh sifat atau karakter yang eksklusif dan partikularis yaitu hati yang merasa
bahwa dirinya atau kelompoknya atau agamanyalah yang paling benar. Tapi juga yang
merasa bahwa dirinya, kelompoknya atau agamanyalah yang paling patut menerima segala
sesuatu yang baik dari Allah. Ia memiliki perasaan yang tidak senang bahkan iri hati dan
dendam terhadap orang Niniwe sebagai ibu kota Asyur, karena pada tahun 722 SM Asyur
pernah mengalahkan Israel bagian utara yang berpusat di Samaria dan itu berarti Samaria
pernah diperintah oleh Niniwe sebagai ibu kota dari Asyur. Yunus pun menjadi marah
sebab nubuat-nubuat yang pernah disampaikannya kepada orang Niniwe ternyata
dibatalkan Tuhan oleh karena ternyata terjadi pertobatan dari kalangan orang Niniwe
sekalipun orang Niniwe itu tidak disukai oleh Yunus. Realita ini membuat Yunus
mengalami konflik batin yang mendalam sehingga ia bereaksi dengan emosi yang tak
terkendali. Ia meminta kepada Tuhan supaya ia mati dan bersikeras menantikan dan mau
menyaksikan kehancuran kota Niniwe seperti yang pernah dinubuatkan sebelumnya. Ia
menyingkir ke luar kota, membuat pondok dari dahan-dahan untuk menaungi dirinya dari
sengatan matahari. Tetapi ternyata persoalan baru pun muncul ketika pohon jarak yang
tumbuh atas perkenanan Tuhan dan menaungi Yunus dari sengatan matahari tersebut tiba-
tiba mati karena sengatan ulat yang kemudian mengusik ketenangannya sehingga matahari
menyengatnya atau menyakitinya kembali. Yunus kembali marah dan untuk kedua kalinya
meminta untuk mati. Dalam kondisi seperti ini, Allah mempertanyakan sikap Yunus,
mengapa hamba-Nya bisa begitu tidak saleh? Mengapa seorang nabi memiliki sifat
eksklusif, partikularis dan hanya tertuju kepada kepetingan pribadi? Jika Yunus merasa
sayang kepada pohon jarak yang menaunginya tersebut, bukankah Allah lebih sayang
terhadap orang-orang ciptaan-Nya termasuk mereka-mereka yang ada di kota Niniwe yang
kemudian membatalkan hukuman-Nya karena pertobatan orang-orang Niniwe? Allah
adalah Tuhan yang membenci dosa, tetapi sangat mengasihi orang yang berdosa. Ia terus
menerus membuka tangannya bagi pertobatan manusia dan Ia menanti datangnya manusia-
manusia yang bertobat dan tidak ada seorang pun yang berhak untuk mempertanyakan atau
membenci pencurahan kasih setia Allah dalam penyelamatan manusia karena semua itu
adalah hak prerogatif dari Allah sendiri. Dan orang Niniwe sesungguhnya adalah orang-orang
yang patut dikasihani. Mereka adalah orang-orang yang membutuhkan hal tersebut
sebab mereka adalah orang-orang yang tidak tahu apa-apa tentang petunjuk moral yang
benar karena tidak ada orang yang menuntun mereka ke dalam jalan yang benar.
Saudara-saudaraku yang dikasihi dan diberkati Tuhan, firman Tuhan yang kita renungkan
hari ini sesungguhnya mengajar kita tentang beberapa hal. Yang pertama bahwa hendaknya
setiap hamba atau pelayan Tuhan bahkan setiap orang yang percaya atau Gereja memiliki
tanggung jawab yang besar untuk membawa setiap orang pada pertobatan, keselamatan dan
kesejahteraan. Gereja memiliki kewajiban dan tanggung jawab itu untuk menghadirkan
kepada dunia tentang kehendak Allah dalam rangka mewujudkan pertobatan, keselamatan
dan kesejahteraan. Yang kedua hendaklah setiap hamba, pelayan Tuhan, orang percaya atau
Gereja memiliki kesadaran bahwa Allah adalah Tuhan yang memiliki hati dan sifat-sifat
yang baik yang bertujuan untuk mengangkat ciptaan-Nya secara khusus manusia dari dosa.
Dan tentunya sifat dan karakter Allah itu harus dimiliki oleh setiap hamba-hamba-Nya,
harus dimiliki oleh setiap pelayan-pelayan Tuhan, harus dimiliki oleh setiap orang yang
percaya, harus dimiliki oleh Gereja, karena pada prinsipnya semua mereka yang
dipercayakan tanggung jawab oleh Tuhan adalah sahabat Allah yang memiliki kedekatan
khusus dengan Allah. Yang ketiga adalah setiap hamba, pelayan Tuhan dan setiap orang
yang percaya atau Gereja untuk tidak senang melihat orang susah dan tidak susah melihat
orang senang. Sebaliknya Gereja, orang percaya, pelayan Tuhan atau hamba Tuhan selalu
bersedia untuk menangis dengan orang yang menangis dan bersukacita dengan orang yang
bergembira. Dengan kata lain bahwa Gereja memiliki tanggung jawab untuk bersimpati
bahkan berempati secara nyata dengan persoalan-persoalan yang terjadi di sekitar terutama
yang sedang dialami oleh orang-orang yang sedang bergumul dalam kehidupan ini
siapapun dia dan agama apapun yang ia yakini.
Saudara-saudaraku yang kekasihi dalam Tuhan kita Yesus Kristus, di tengah pandemi Virus
Corona atau COVID-19 yang melanda dunia sekarang ini yang menjadi sebuah momok
yang menakutkan, situasi ini sesungguhnya mengingatkan kita bahwa saat ini
eksklusifisme, partikularisme dan permusuhan adalah “musuh” kita bersama karena pada
prinsipnya hal-hal tersebut sangat menghambat ternikmatinya sebuah keselamatan bersama.
Sebaliknya, tatanan kehidupan yang bermoral dan berpadanan dengan sifat-sifat Allah
adalah sebuah kekuatan yang menghentar kita semua pada keselamatan dan kesejahteraan.
Sebab itu marilah kita lakoni peran kita masing-masing dalam satu tujuan yaitu untuk
membawa setiap orang kepada pertobatan, keselamatan dan kesejahteraan. Tuhan
memberkati saudara sekalian. Amin.