Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus
Pembacaan ini menceritakan setelah Yesus mengajar di Galilea, pada waktu hari sudah petang Yesus mengajak murid-muridnya untuk bertolak ke seberang melewati Danau Galilea. Danau Galilea disebut juga danau Genesaret, Danau Kineret, Danau Tiberias yang memiliki luas sebesar 166 kilometer, dan kedalaman 43 meter. Danau Galilea merupakan muara dari sungai Yordan yang mengalir dari arah utara. Dalam keadaan biasa danau Galilea tampak tenang, tetapi sewaktu-waktu bisa terjadi badai. Danau Galilea memang terletak di lembah yang dikelilingi bukit-bukit, sehingga memungkinkan angin bertiup secara tiba-tiba dari atas bukit.
Yesus dan murid-murid sudah berada dalam perahu di danau itu, dan Alkitab menceritakan, “lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air” (ayat 37). Pada waktu itu Yesus sedang tidur, mungkin kelelahan setelah melayani orang banyak hingga sore, dan mereka membangunkan Yesus.
Mengapa para murid membangunkan Yesus pada saat badai? Karena mereka begitu takut. Mungkin mereka sungguh-sungguh berada dalam keadaan hidup atau mati. Mereka menghadapi suatu badai yang paling terbesar dan mengejutkan. Juga karena badai yang dihadapi tidak biasanya. Sehingga kata binasa menjadi hal yang sungguh-sungguh mereka khawatirkan. Padahal kalau dilihat bahwa hampir sebagian murid-murid Yesus adalah nelayan yang sangat berpengalaman dan orang-orang yang sudah terbiasa di laut dan tahu betul betapa mengerikannya bahaya yang menghadang mereka, jika berdasarkan struktur geografi danau Galilea, angin dan badai yang muncul secara tiba-tiba sudah sering terjadi, akan tetapi kali ini murid-murid sangat ketakutan.
Mereka juga frustasi, ketika hanya mengikuti apa yang diperintahkan Tuhan. Ketika Tuhan berkata, “Marilah …” maka mereka pun pergi bertolak ke seberang. Tapi apa daya ketika mereka mematuhi perintah Yesus, taufan itu datang. Kadang kala kita juga demikian ketika mendengarkan dan taat melakukan perintah Tuhan, lalu mengapa tiba-tiba kesulitan datang menerpa hidup kita? Kita mungkin berpikir, Aku pasti sedang melakukan sesuatu yang salah.
Sering, kita mengalami kesulitan bukan karena kita melakukan sesuatu yang salah, melainkan karena kita melakukan sesuatu yang benar. Yesus bersama mereka di dalam perahu itu, para murid masih merasakan ketakutan dan kekhawatiran. Mungkin kalau Yesus bangun mereka bisa menyaksikan bahwa Yesus ada bersama mereka. Tapi kenyataannya Yesus ada bersama mereka tapi “sedang tidur di buritan di sebuah tilam” dan mereka menganggap ini sebagai ketidakpedulian.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus
Suasana pandemi covid 19 di saat ini, tak berbeda dengan suasana para murid Yesus. Ada ketidakpastian, ada kekhawatiran. Permasalahannya adalah kekhawatiran, dan tindakan para murid mencari dan membangunkan Yesus patut dicontohi! Kalau ada badai dalam kehidupan kita, jangan pergi kepada para normal, Hong Sui, atau pun pada kekuatan manusia lainnya. Jika kita berbalik kepada Tuhan, cepat atau lambat kita akan mengalami keajaiban Tuhan. Jika engkau mencari Tuhan maka engkau tidak binasa. Mereka berkata: “Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?” (ayat 38). Mereka melakukan sesuatu yang benar yaitu mengajak Yesus terlibat dalam persoalan dan percayalah Tuhan pun bangun.
Kita mungkin berada dalam satu badai sekarang ini. Situasi kita mungkin kelihatan sangat sulit, tetapi saya di sini untuk mengatakan kepada kita, “Badai ini pun, akan berlalu.” Memang perlu iman yang besar untuk mempercayai bahwa Tuhan ‘yang sedang tidur’ tetap memperhatikan kita. Inilah jenis iman yang ingin dibangun Tuhan dalam diri para murid, hingga mereka dapat menyadari bahwa Yesus juga berkuasa atas alam semesta. Dan Ia yang berkuasa itu, peduli juga pada mereka.
Tuhan tidak membawa para murid bertolak ke seberang hanya untuk binasa. Tuhan Yesus juga tidak membawa kita sejauh ini hanya untuk gagal. Dia peduli tentang persoalan hidup kita. Jalannya mungkin bergelombang dan ada taufan, tetapi Yesus Kristus berkuasa atas alam semesta sedang mengatakan, “Aku masih memiliki suatu cara. Aku adalah Jehovah Jireh, Tuhan Yang Menyediakan. Aku adalah Jehovah Rapha, Tuhan Yang Menyembuhkan. Aku adalah El Shaddai, Tuhan yang Lebih dari Cukup.”
Ketika sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi, jangan bingung dan panik, nantikanlah Tuhan untuk muncul dan mengubah situasi. Nantikanlah kemurahan Tuhan, nantikanlah kuasa-Nya. Markus 4:39 menulis, “Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.”
Tuhan ingin mengubah ujian kita menjadi kesaksian. Itulah sebabnya mengapa Tuhan mengizinkan kita menghadapi kesulitan. Menjadi murid Yesus tidak membuat kita kebal terhadap kesulitan. Tetapi Tuhan berjanji jika kita tetap beriman. Ia akan mengambil apa yang membahayakan kita dan menggunakannya tidak hanya untuk kemenangan kita tetapi juga untuk menunjukkan kebesaran-Nya kepada orang lain.
Tuhan bersama dengan kita hendak mengatasi persoalan kita. Yang tak boleh kita lupakan adalah covid 19 merupakan persoalan Tuhan. Bagian kita adalah bersama dengan Dia, tetap bertahan dan menjadi kreatif. Percayalah Tuhan menyertai kita.
Kita tidak akan bisa mengelak dari badai kehidupan. Namun, kita memiliki Tuhan Yesus yang bukan hanya tenang dalam badai, melainkan juga dapat menenangkan badai. Amin.