Hidup ini tidak mudah. Tapi tatkala kita menengok ke belakang, memandang ke depan dan menengadah ke atas dengan beriman maka hidup ini akan terasa indah dan menjadikannya sangat berharga. Karena pada kenyataannya, Tuhan begitu menghargai hidup kita. Dia selalu menolong dan tak pernah tinggalkan kita. Hagar contohnya. Seorang perempuan yang merupakan budak pada keluarga Abraham dan Sara di Mesir.
Nama Hagar menjadi tidak asing dalam keluarga tersebut, dikarenakan pada saat Sara majikannya tak kunjung memiliki keturunan, Sara meminjam rahim Hagar dengan tujuan agar Hagar dapat memberikan anak kepada Abraham atas nama Sara majikannya itu (Kej 16 : 2-4). Hagar akhirnya mengandung dan kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismael. Akan tetapi, Sara pun akhirnya mengandung. Ia melahirkan pula seorang anak laki-laki yang diberi nama Ishak. Anak yang telah lama mereka nantikan (Kej 21 : 1-3).
Seolah kehadiran Ismail dan Hagar tidak lagi diperlukan, Sara menyuruh Abraham untuk mengusir Ismael dan Hagar dari keluarga mereka. Mendengar permintaan itu tentu sebagai seorang ayah Abraham menolak. Tidak terlintas dalam pikirannya untuk harus mengusir mereka karena Ismael juga merupakan anaknya dan ia mengasihinya. Tetapi Allah memerintah Abraham untuk menuruti kemauan Sara istrinya dan mengingatkan dia bahwa melalui Ishaklah ia akan mendapat keturunan yang dijanjikan itu.
Suatu ujian besar bagi Abraham karena Ismael pun dicintainya. Maka untuk membesarkan hatinya, Allah menjanjikan kepadanya bahwa Ismael juga akan menjadi suatu bangsa yang besar sebab dia juga merupakan anak Abraham. Akhirnya perintah Allah ini dituruti Abraham dengan penuh iman sekalipun sebagai manusia hal itu berat baginya.
Hagar adalah hamba maka Abraham yang adalah tuannya berhak melakukan apapun atas dirinya. Abraham memerdekakan Hagar dengan cara menyuruhnya pergi. Demikianlah, Hagar dan Ismael pergi meninggalkan keluarga itu, berjalan menyusuri padang gurun, sebuah tempat yang sangat sulit bagi manusia untuk bisa bertahan dan memperjuangkan hidup. Ditambah saat itu mereka pergi dengan hanya bermodalkan makanan dan sebuah kantong kulit berisi air pemberian Abraham sehingga dalam beberapa hari saja bekal yang mereka bawa itu habis. Sementara tidak satupun nampak suatu sumur ataupun mata air dipandangan mereka saat itu.
Mari kita sejenak membayangkan, betapa hancurnya hidup Hagar. Diusir, pergi tanpa tahu akan ke mana, anaknya kehilangan sosok ayah, belum lagi menderita karena menahan haus dan lapar, merasakan sengatan terik matahari dan dinginnya malam yang menusuk, tidak ada tempat perteduhan, tidak ada kawan selama perjalanan. Hagar benar-benar putus asa, dia kehilangan harapan hidup hingga puncaknya ia sempat berpikir untuk membiarkan Ismael mati. Hingga akhirnya ia mengangkat anak itu ke bawah serumpun semak-semak, membaringkannya di tempat sejuk itu sehingga tidak terkena matahari yang panas membakar kemudian ia sendiri pergi kira-kira sepemanah jauhnya dari tempat Ismael berbaring karena tak sanggup melihat anaknya menderita dan menangis dengan suara nyaring. Begitupun Ismael berseru kepada Allah.
Allah mendengar mereka. “Apakah yang engkau susahkan, Hagar ? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anak itu dari tempat ia berbaring. Bangunlah, angkatlah anak itu, dan bimbinglah dia, Aku akan menjadikan dia suatu bangsa yang besar”. Demikianlah suara malaikat-Nya dari langit. Allah membukakan mata Hagar sehingga dia bisa melihat sumber kehidupan, sebuah sumur di tengah padang gurun yang tidak jauh dari tempatnya berada. Dengan demikian mereka beroleh air minum, mereka tetap hidup, sehingga bangkit melanjutkan perjuangan hingga janji Allah kepada Ismael menjadi kenyataan.
Kehidupan kita mungkin seperti yang dialami Hagar. Kita diabaikan. Tidak diperhitungkan. Kita menjalani kehidupan yang rasanya sulit dan tidak adil. Seolah kita tengah berada di padang gurun yang tandus. Panas dan dingin bergantian menyiksa kita. Kita kelaparan dan menderita. Berjuang sendiri tanpa seorang kawan. Mungkin kita kecewa, putus asa dan hilang harapan. Ada berbagai macam hal yang membuat kita bergumul dan menderita. Telah banyak hal yang mungkin telah hilang dan kita korbankan. Entah itu menyankut perasaan, keluarga, pekerjaan termasuk waktu, karir, materi, atau apapun itu.
Jika demikian, kita pun harus belajar dari kisah ini. Kita lihat Hagar. Walau awalnya ia putus asa dan hilang harapan, tapi ia tidak terus menerus menangisi hidup. Ia juga tidak menyalahkan Allah dan mengabaikan tanggung jawabnya kepada Ismael. Melainkan ia mendengar suara Allah, ia menaati perintahNya. Ia tidak hanya melihat kesusahannya saat itu, tetapi ia memandang kepada Allah yang memberinya pengharapan dan percaya kepada janji Allah bagi anaknya Ismael.
Tuhan mengasihi tanpa memandang apa latar belakang kita, dari keturunan siapa, dari suku mana kita berasal atau apa kedudukan dan jasa kita ? DimataNya kita semua sama, orang-orang yang Ia kasihi dan cintai, yang merupakan sasaran pertolongan dan berkatNya. Betapa kenyataan ini melegakan kita tatkala mengembara di dunia yang kian panas dan membara ini.
Jangan takut dan putus asa. Dengar perintahNya, percaya janji-janjiNya dan berharap selalu padaNya. Mari bangun dari keputusasaan hidup, bangkit mengalahkan pergumulan dan penderitaan, kasih Allah membimbing kita tuk menemukan air kehidupan, pelepas penat dan dahaga, untuk mengembalikan stamina dan semangat kita melanjutkan hidup dan memperjuangkan janji-janji Allah yang luar biasa dalam hidup kita. Amin