EZRA 8 : 15 – 30
(Oleh Pdt. Maxi Mantow M. Th. Penulis adalah pendeta di jemaat GMIM Zaitun Madidir Weru)
HIDUP kita ini bagaikan sebuah perjalanan di mana ada awal dan ada akhir. Seumpama berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain; bagai perjalanan dimana kita keluar dari penderitaan,kekuatiran, atau dari kehidupan yang fana di dunia ini menuju kehidupan yang kekal di sorga.
Setiap perjalanan harus memiliki arah tujuan yang pasti, harus tetap ada di jalan yang benar supaya tidak sesat dan binasa. Dalam perjalanan ini kita sebagai manusia memang memiliki keunggulan tapi juga keterbatasan untuk menghadapi berbagai kompleksitas persoalan diperjalanan kita.
Persoalan itu bisa berbentuk tantangan, hambatan dan ancaman yang bisa membinasakan kita. Untuk itu kita memerlukan Juruselamat dalam perjalanan hidup ini supaya sampai di tujuan dengan selamat. Sebagai orang Kristen kita senantiasa diajak untuk terus belajar dari Firman Tuhan, bahwa dalam perjalanan hidup ini, wajib untuk mencari Tuhan dan, serta bagaimana kita merawat semua pemberian Tuhan dalam perjalanan hidup ini hingga akhir.
Alkitab juga memberi sebuah kesaksian perjalanan umat Tuhan, di antaranya perjalanan orang Israel dari Babel kembali ke Yerusalem setelah tujuh puluh tahun menjadi orang buangan. Sekitar tahun 460 – 440 SM Ezra dipakai Tuhan untuk memimpin orang Israel dalam perjalanan kembali ke Yerusalem.
Dalam Ezra 8:15-30 diceritakan bahwa orang Israel berada dan berkemah selama tiga hari di tepi sungai Ahawa yang berada di Babelonia. Jarak tempu untuk ke Yerusalem ada sekitar 800 km dengan waktu tempu kira-kira empat bulan lamanya perjalanan. Kondisi alam sangat menantang bahkan tidak sedikit tantangan dan ancaman siap menghadang bahkan membinasakan.
Hal itu terlihat sangat disadari oleh Ezra sebagai seorang pemimpin, sehingga Ezra berupaya untuk mengenali orang Israel dengan baik saat itu, serta mempersiapkan orang Israel untuk bersiap melaksanakan perjalanan. Pada saat itu Ezra melakukan hal yang paling mendasar dan prinsip bagi umat, yaitu dengan membawa umat Israel dalam perjumpaan dengan Tuhan dengan berupaya menata kembali pelaksanaan kebaktian mereka sebagai umat Tuhan, yaitu mengusahakan keberadaan orang Lewi yang bertugas untuk mengatur kebaktian, sebagaimana yang dikemukakan dalam ayat 17, yaitu “… supaya mereka mendatangkan kepada kami orang-orang yang harus menyelenggarakan kebaktian di rumah Allah kami.”
Berkenaan dengan itu ada dua hal penting yang dilakukan oleh Ezra di tengah-tengah umat saat itu.Pertama, Ezra memaklumkan atau menyerukan kepada umat Israel untuk berpuasa. Puasa dimaksudkan supaya orang Israel betul-betul merendahkan diri dihadapan Tuhan Allah untuk beribadah dan menyembah kepadaNya. Sekaligus mereka memohon kepada Tuhan untuk memberi jalan yang aman bagi mereka, bagi anak-anak dan harta benda mereka untuk mereka kembali dengan selamat ke Yerusalem.
Seruan melakukan puasa oleh Ezra mengajarkan juga kepada umat Israel bagaimana seharusnya hidup sebagai umat yang hanya mengandalkan Allah saja, serta hidup berpegang teguh pada komitmen iman di hadapan Allah untuk selama-lamanya. Itu jelas pada ayat 22, “Karena aku malu meminta tentara dan orang-orang berkuda kepada raja untuk mengawal kami terhadap musuh di jalan; sebab kami telah berkata kepada raja, demikian: “Tangan Allah kami melindungi semua orang yang mencari Dia demi keselamatan mereka, tetapi kuasa murka-Nya menimpa semua orang yang meninggalkan Dia.”
Lebih dalam lagi kita memahami pernyataan Ezra itu, menyangkut beberapa aspek edukasi kepada umat Tuhan, yaitu:- Belajar untuk yakin benar tentang pertolongan tangan Tuhan yang menyelamatkan orang yang mencari Dia. – Belajar untuk tidak mengandalkan kekuatan dan kekuasaan dunia berupa “tentara berkuda raja” untuk mengawal, menolong dan menyelamatkan mereka dalam perjalanan menuju ke Yerusalem. – Belajar malu untuk mengingkari atau mengkhianati Tuhan Allah dalam situasi yang sesulit apapun.
Pada ayat 23 Ezra menyaksikan bahwa ketika mereka berpuasa merendahkan diri dan mengandalkan Tuhan, yang intinya mencari Tuhan, maka apa yang mereka dapatkan? Tuhan Allah mengabulkan permohonan mereka. Pernyataan Ezra ini mengingatkan kepada umat Tuhan, bahwa carilah Tuhan dalam segenap keberadaan hidup ini, maka Tuhan akan memberikan pertolongan, saat engkau berjalan; Ia akan memberikan kekuatan; saat engkau mengalami pergumulan, Ia akan memberikan semangat; saat engkau menghadapi musuh, Ia akan memberikanmu kemenangan; dan Ia akan membawamu ke tujuanmu dengan selamat.
Hal kedua, yaitu Ezra mengatur persembahan bagi Tuhan dengan baik dan benar. Ezra mengatur seluruh persembahan khusus dan sukarela baik yang diberikan oleh raja dan pejabat serta semua orang Israel dan diserahkan kepada para imam untuk dibawa ke Bait Allah di Yerusalem.
Ketika memberikan persembahan itu Ezra berpesan pada para imam bahwa mereka kudus bagi Tuhan, juga semua persembahan bagi Tuhan itu kudus, sehingga mereka bertanggung jawab untuk rawat dan jaga sampai ke Bait Allah di Yerusalem. Hal itu jelas dalam ayat 28 dan 29, yaitu Dan aku berkata kepada mereka: “Kamu kudus bagi TUHAN, dan perlengkapan-perlengkapan ini pun kudus, dan perak dan emas ini adalah persembahan sukarela kepada TUHAN, Allah nenek moyangmu; rawatlah dan jagalah itu sampai kamu dapat menimbangnya di depan para pemuka imam serta orang-orang Lewi dan para pemimpin kaum keluarga orang Israel di Yerusalem, di dalam bilik-bilik rumah TUHAN.” Pernyataan Ezra yang berkaitan dengan kata kudus, mengingatkan para imam bahwa untuk merawat dan menjaga semua yang dipercayakan kepada mereka adalah dengan cara hidup terus dalam kekudusan sampai akhir di hadapan Tuhan tanpa ada kecurangan dan kenajisan.
Merefleksikan berita Ezra 8:15-30 dalam kehidupan umat Kristen yang ada dalam sebuah perjalanan dikehidupan di dunia ini yang sambil menantikan kedatangan Kristus yang ke dua kali, maka dua hal yang menjadi perhatian Ezra dalam mempersiapkan umat Israel untuk berjalan kembali ke Yerusalem, juga menjadi dua hal penting dalam perjalanan umat Kristen, supaya dalam perjalanan hidup ini carilah Tuhan; dengan penuh kerendahan hati; hiduplah selalu dalam persekutuan yang beribadah kepada Tuhan, seperti diingatkan dalam I Timotis 4:7-8, untuk melatih diri beribadah karena ibadah berguna dalam segala hal, baik untuk sekarang serta masa depan, atau yang diingatkan dalam Ibrani 10:25, janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah tapi harus semakin giat melakukannya. Termasuk di dalamnya adalah tidak lupa untuk berdoa puasa sebagai gereja Tuhan.
Sebagai warga gereja kita juga bertanggung jawab untuk menopang pembiayaan pelayanan gereja dengan memberi persembahan, sebagaimana yang berikan oleh raja, pejabat dan orang Israel yang diatur dengan baik dan benar oleh Ezra.
Dukungan jemaat membiayai pelayanan lewat persembahan harus diikuti dengan kesadaran iman yang kudus oleh hamba-hamba Tuhan yang dipercayakan untuk mengelola semua itu dengan jujur di hadapan Tuhan.Bila kita semua sebagai orang Kristen yang adalah gereja Tuhan hidup mencari Tuhan dan merawat pemberiannya dalam kekudusan hidup maka pasti perjalanan kita akan baik karena tangan Tuhan yang akan menolong, memberkati dan menyelamatkan kita kini dan selamanya. Amin.(dodokugmim/nataliatamangunde)