![](https://www.dodokugmim.com/wp-content/uploads/2024/06/IMG-20240621-WA0099-225x300.jpg)
Ada satu ungkapan mengenai “mengampuni dan melupakan”. Mungkin kita tidak akan benar-benar dapat melupakan kesalahan seseorang yang sudah berlaku buruk kepada kita apalagi yang sudah sangat menyakiti kita. Melupakan dalam hal ini adalah supaya kita tidak lagi mengungkit-ungkit kesalahan itu lagi atau menjadikan kesalahan itu sebagai pemicuh untuk datangnya rasa untuk membalas dendam. Tapi di saat kita kembali teringat akan kesalahannya, di situlah kita harus kembali menyatakan kasih kita dengan tetap mau mengampuni dan tidak timbulnya rasa dendam dan amarah. Saat kita kembali teringat dengan perlakuannya dan tetap mau hidup dalam mengasihi, kita mengalami perubahan hidup dan cara pandang kita tidak sama dengan kasih yang dunia mau. Ya, memang itulah makna di balik ajaran Yesus ini. Dia mau umat-Nya dapat memiliki hidup yang berbeda dengan yang tidak mengenal Dia. Makanya pengenalan akan Allah akan sangat menuntun kita untuk mengalami perubahan hidup.
“Kasihilah Musuhmu dan Berbuatlah baik”. Satu kalimat sederhana tapi punya makna yang sangat dalam. Tema ini memberikan satu refleksi bagi kita yaitu sudah sejauh mana kita melakukan kasih bahkan kepada seteru kita? Yang seharusnya terjadi adalah kita mengasihi sesuai dengan perintah Yesus, namun kenyataan pada umumnya adalah kasih yang menyesuaikan dengan keinginan kita. Kita bisa keluar dari zona nyaman, tapi kita bertingkah seakan kita tidak bisa karena hati kita sudah dikuasai oleh keinginan untuk membuat dia merasakan sakit dan kesusahan yang kita rasakan. Dampaknya adalah timbulnya akar pahit dalam diri kita, sehingga tanpa kita sadari kitalah yang dirugikan. Kita tidak boleh hanya menuntut orang lain mengasihi dan berbuat baik kepada kita, tapi kita juga harus mengevaluasi bagaimana cara kita mengasihi diri sendiri dan bagaimana cara kita mengasihi orang lain. Jika kita ingin diperlakukan baik, perlakukanlah demikian. Meskipun kita berlaku baik pada seseorang tapi tidak dibalas dengan kebaikan, ingatlah bahwa cara Tuhan membalas kebaikan kita bukan hanya terbatas pada satu orang atau pada satu cara tapi ada begitu banyak cara yang dapat Dia lakukan. Yang diperlukan adalah kita melakukan kasih dengan tulus bukan dengan pura-pura.
Jika kita merasa bahwa Yesus menuntut suatu hal yang tidak mungkin, sadarilah bahwa dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Dia sudah menyatakan dan membuktikan kasih itu lewat kematian-Nya di kayu salib bagi semua orang termasuk orang yang berdosa. Ajaran Yesus ini memang sangat berbeda karena Dia ingin kita tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Dia ingin kita menjadi serupa dengan Dia dalam mengasihi.
Di ayat 27-28, Dia memberikan perintah bukan hanya sampai kita mengasihi mereka yang sudah berbuat jahat kepada kita. Tapi Yesus juga memberikan perintah supaya kita tetap berbuat baik kepada mereka bahkan harus sampai mendoakan dan memohon berkat Tuhan bagi mereka. Sungguh tidak mudah bukan? Tapi ingatlah bagaimana rupa kasih yang sudah Dia anugerahkan untuk kita wujudkan kepada semua orang.
Ayat 29 bukan menyuruh kita untuk diam saja ketika diperlakukan dengan buruk. Menampar pipi bukan hanya untuk menyakiti, tapi itu adalah suatu tindakan penghinaan. Dengan ayat ini, Yesus mau supaya mereka tidak melakukan pembalasan, walaupun ia dihina dan disakiti.
Saat itu murid-murid Yesus juga mengalami kekerasan. Yesus mengajarkan supaya murid-murid tidak membalas kejahatan itu. Jubah adalah adalah suatu barang yang sangat penting. Menurut hukum Yahudi, jubah ini tidak boleh dipisahkan dari pemiliknya pada waktu malam. Yesus memakai hukum Yahudi ini untuk mengajarkan pada murid-murid-Nya kalau ada yang merampas jubah murid-murid-Nya, biarkan saja. Maksudnya adalah murid-murid jangan membalas kekerasan yang mereka alami dengan kekerasan juga.
Ayat 30 mengajarkan bahwa yang penting adalah tentang cara kita memperlakukan orang yang meminta dengan cara baik-baik dan orang yang mengambil kepunyaan kita dengan kekerasan. Yesus mengajarkan bahwa seorang pengikut Yesus harus rela melepaskan miliknya. Ayat 32-34 adalah mengapa kita harus hidup berbeda. Semua orang dapat melakukan kasih kepada orang yang mengasihi mereka, tapi tidak semua orang dapat melakukan kasih kepada orang yang tidak mengasihi mereka. Semua orang dapat melakukan kasih kepada orang yang berbuat baik, tapi tidak semua orang dapat melakukan kasih kepada orang yang berlaku jahat kepada mereka. Semua orang dapat mengasihi mereka yang memberikan keuntungan, tapi tidak semua orang dapat mengasihi mereka yang tidak memberikan keuntungan apapun.
Karena di balik semua perbuatan kasih kita yang melewati sekat-sekat pembatas itu, kita mendapatkan keuntungan atau upah yang sangat besar. Ketika kita mampu menguasai diri dan mampu untuk berjuang melawan semua niat untuk melakukan pembalasan dan mampu hidup dalam kasih, berkat kemurahan Tuhan akan seperti air mengalir dalam kehidupan kita termasuk mendapatkan kelayakkan menyebut Allah Yang Mahatinggi itu sebagai Bapa kita.
Ini adalah ajaran yang mudah untuk didengar dan dipelajari tapi begitu sulit untuk dilakukan. Bagi sebagian bahkan mungkin sebagian besar orang, mungkin permasalahannya sangat mendalam. Maksudnya bukan hanya sekedar melakukan kesalahan, tapi sudah sangat menyakiti sampai berdampak pada kondisi psikis atau mental seseorang. Ada juga yang menyakiti secara fisik, ada juga kisah masa lalu yang membuat dia kehilangan hal-hal yang berharga dan sangat bernilai. Serta banyak hal lainnya yang menimbulkan trauma yang mendalam.
Bahkan ketika kita juga menjadi korban atas kesalahan orang lain dan ketika kita tidak mampu membela diri karena kita tidak punya “kekuatan”. Di saat yang bersamaan kita diharuskan untuk berdamai dengan mereka dengan cara mengasihi bahkan harus mendoakan mereka. Logika dan hati pasti akan sangat bertentangan untuk bertindak pada hal-hal itu.
Orang-orang itu telah menjadi penyebab begitu banyak penderitaan terjadi dalam hidup kita, sehingga mustahil untuk membangun hubungan sosial dengan mereka lagi. Namun bukan berarti kita tidak bisa mengasihi mereka. Tidak bisa dibantah kalau semuanya butuh proses. Seringkali ada begitu banyak emosi yang harus kita tata dan kita bangun, begitu banyak rasa sakit yang harus kita hadapi, amarah yang harus kita Atasi. Semua itu tidak hanya akan dilalui dalam waktu yang singkat. Bisa saja kita sudah maju jauh, tapi kita masih dapat mundur lagi. Cara kita untuk mengasihi mereka adalah jangan menaruh dendam dan amarah. Hubungan dan pengenalan kita akan Allah akan sangat membantu kita untuk mengasihi mereka. Jika kasih Kristus sudah menguasai kita, maka meskipun harus melewati berbagai proses pasti kita akan tiba pada satu titik di mana kita akan berdamai dengan semua hal itu. Hasilnya kita menikmati sukacita hidup dan dengan banyaknya berkat yang Tuhan sudah sediakan. Terpujilah Tuhan, amin.