DODOKUGMIM. Saudara – Saudara yang dikasihi Tuhan Yesus
Kita sudah melewati masa Pandemi sejak bulan Maret 2020. Semua serba terbatas, tidak boleh berada dalam kerumunan, aktivitas harus dilakukan di dalam rumah, harus mematuhi protocol kesehatan yang telah ditetapkan, bagi yang akan bepergian atau melakukan tugas – tugas khusus harus melewati tahapan Rapid atau juga harus Swab, yang mungkin bagi sebagian orang sangat membuat tersiksa, bagaikan ditindas oleh keadaan. Hal – hal yang terbilang tidak biasa itu, dimaksudkan untuk memutus mata rantai penyebaran Virus Covid 19. Walau kita sudah memasuki masa new normal tetapi hingga hari ini kita masih menunggu vaksin agar bisa beraktivitas seperti semula. Kita masih menunggu, Tuhan memulihkan keadaan yang sempat membuat kita takut dan cemas.
Bagi orang yang berada dalam tekanan, berita kelepasan menjadi berita yang dinanti-nantikan. Tidak ada hal yang lebih menggembirakan bagi orang-orang yang berada dalam tekanan, dalam penindasan selain kebebasan dan kemerdekaan. Bila ada pilihan-pilihan lain selain kebebasan, sudah dapat dipastikan umat pasti memilih untuk bebas. Tak ada orang yang tahan hidup dalam penindasan. Penindasan membuat kehidupan tidak akan berkembang, karena serba dihambat, serba dibatasi, serba diawasi oleh para penindas. Terlepasnya kehidupan dari berbagai ikatan-ikatan yang membelenggu adalah bagaikan mimpi indah bagi umat. Inilah yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya untuk orang-orang Yahudi yang dibuang ke Babel. Menjadi perenungan kita di awal Masa Raya Adven ini. Karya Yesaya sebagai nabi dimulai ketika ia menerima penglihatan dari Tuhan di dalam Bait Allah. Bagian ini diawali dengan ungkapan janji di ayat 23 ”Tetapi tidak selamanya ada kesuraman untuk negeri yang terimpit itu. Kalau dahulu Tuhan merendahkan tanah Zebulon dan tanah Naftali, maka di kemudian hari Ia akan memuliakan jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan”. Zebulon dan Naftali adalah dua suku Israel di utara. Tahun 733 SM Raja Asyur Tiglat Pileser pernah menjadikan tanah mereka sebagai wilayah Asyur. Orang – orang yang tinggal diancam dan ditawan oleh Asyur.
Keadaan ini memang sangat membuat umat tidak bebas, tertekan dan menderita. Nabi Yesaya datang dengan seruannya yang melegakan bahwa ”bangsa yang berjalan di dalam kegelapan, telah melihat terang yang besar, mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (ayat 1). Kalau selama ini, umat berada dalam penindasan, bagai berada dalam kegelapan, serba dibatasi, tak dapat menghirup udara bebas, ditekan, diancam maka terdengarlah seruan Tuhan bagi umatNya bahwa mereka akan melihat terang yang besar. Bagi yang hidup bagai di lembah kekelaman, serba sulit, maka terang telah bersinar di atas mereka. Ungkapan simbolik ini berarti mereka akan melihat kekuasaan Tuhan yang membawa mereka keluar dari kegelapan masuk ke dalam terang. Tanda kepedulian Tuhan yang besar pada umatNya. Orang yang percaya kepada Tuhan tidak akan pernah lepas dari pergumulan hidup. Pergumulan adalah bagian dari kehidupan, bisa datang silih berganti dalam berbagai bentuk. Datangnya pun seringkali tidak terduga, seperti badai yang menggoncangkan. Apakah kita angkat tangan untuk menyerah atau angkat tangan menyerahkan segala sesuatu dalam tangan Tuhan. Orang yang percaya pasti akan angkat tangan dan menyerahkanNya pada Tuhan, supaya Tuhan bertindak seperti pengalaman umat di zaman Nabi Yesaya. Ketika mereka dalam tekanan di pembuangan, sebuah berita yang menggembirakan datang yaitu kabar selamat bahwa gelap akan berganti menjadi terang.
Karena keadaan yang sulit itu akan berubah maka di ayat 2 disebutkan ”Engkau telah menimbulkan banyak sorak – sorak dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapanMu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak – sorak di waktu membagi jarahan”. Siapa yang tidak akan bersukacita jika harapannya untuk bebas terkabul??siapa yang tidak akan bersukacita jika tekanan yang selama ini membuatnya menderita telah diangkat??siapa yang tidak akan bersukacita jika sakitnya sembuh??Tentu sukacita yang dialami sangat melimpah. Tetapi bersukacitalah karena Tuhan menolong, bersukacitalah di dalam Tuhan. Jangan sampai sukacita kita menjadi tidak sempurna karena terpusat pada kesombongan manusia. Jangan sampai yang dinomorsatukan justru peran manusia. Terbebasnya kita dari pergumulan besar, sering membuat kita tersandung untuk memuji diri dan kualitas iman kita, dari pada memuliakan Tuhan yang telah melakukan perkara besar. Sukacita kita harus diletakkan dalam pujian dan penyembahan pada Tuhan yang telah melakukan segala yang terlihat tidak mungkin menjadi mungkin.
Tuhan dapat mengerjakan berbagai perkara yang tidak ada dalam rancangan manusia sekalipun. Mungkin umat sempat berpikir bahwa Tuhan telah meninggalkan mereka. Karena memang manusia, kadangkala kalau bergumul dan sepertinya tidak menemukan jalan keluar, mulai berpikir negatif pada sesama dan pada Tuhan. Padahal waktu kita bukan waktu Tuhan. Akan ada waktunya Tuhan membebaskan kita dari berbagai persoalan itu. Kuk yang menekan, gandar yang di atas bahu, tongkat adalah simbol – simbol tekanan manusia. Dikatakan disini telah dipatahkan. Tuhan telah mematahkan semua yang menindas, semua yang menekan, semua yang menyebabkan umat menderita. Apa yang dibanggakan manusia, seperti sepatu tentara dan jubah semua akan dilenyapkan oleh api, semua tidak ada gunanya di hadapan Tuhan Allah yang Mahakuasa. Tidak lagi menakutkan, tidak lagi menggentarkan karena Tuhan hadir di tengah dunia untuk membebaskan. Ayat 5 mengungkapkan ”Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang penasihat ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang kekal, Raja damai”. Inilah nubuat yang mendatangkan sukacita besar, bahwa akan hadir seorang penyelamat dari keturunan Daud.
Kehadiran Gereja dalam artian orang-orang percaya harus membawa pembebasan bagi orang-orang yang terbelenggu bukan malahan sebaliknya orang-orang yang mengaku diri percaya kepada Tuhan yang menjadi penyebab penindasan itu. Gereja harus menciptakan iklim yang nyaman bagi setiap orang yang datang supaya tidak lari mencari kenyamanan di tempat lain. Keselamatan yang utuh dari Tuhan harus dihadirkan dalam pelayanan Gereja. Kita bukan hanya memenuhi dengan kebutuhan rohani seperti doa dan firman tetapi kebutuhan sosial untuk diterima dan dijamin perasaannya. Pelayanan kasih harus benar – benar menyentuh, semua anggota jemaat tanpa terkecuali. Kalau masih ada yang terikat dengan berbagai bentuk persoalan dan masih enggan mengambil bagian dalam pelayanan, mari saling menegur dan menasehati dengan kasih, supaya terang itu benar – benar bercahaya di antara kita, sukacita itu benar – benar ada, ungkapan syalom dan damai di hati bukan sekedar slogan tetapi nyata teralami dalam hidup persekutuan Gereja Tuhan ini. Kiranya Gereja tetap menjadi tempat yang aman, nyaman dan tenteram bagi semua orang tidak terkecuali karena di dalam persekutuan kita ada untuk saling membebaskan dari belenggu penindasan, saling membantu untuk keluar dari berbagai persoalan hidup.
Memasuki masa raya Adven, kita akan disibukkan dengan berbagai Ibadah menyambut natal. Kiranya cahaya lilin yang menjadi simbol terang yang sesungguhnya terus menerangi hati kita yang gelap karena persoalan, masalah, tekanan. Sehingga terang itu akan memulihkan hubungan yang retak dengan sesama karena berbagai perbedaan warna dan pilihan. Kedatangan Raja damai yang kita rayakan mendorong kita untuk menjadi pembawa damai yang membebaskan. Perayaan ini bukan sekedar seremoni dan akan berlalu ketika Desember berganti Januari, tetapi akan membawa sukacita dan damai sejahtera dalam kehidupan beriman dalam relasi kita dengan Tuhan dan sesama. Tuhan Yesus Memberkati. Amin