DODOKUGMIM. Syalom aleihem, saudara-saudara! Bagaimana jawabnya? Wa aleihem syalom. Bahasa Ibrani dan bahasa Arab itu satu rumpun – rumpun bahasa semit. Dalam bahasa Arab, salam itu berbunyi: assalamualaikum, yang dijawab: wa’alaikum salaam. Bahasa Ibrani dan bahasa Arab itu satu rumpun, sehingga perbedaannya terletak pada pengucapannya. Namun, kalau saya bilang, selamat siang, jangan dijawab: siang selamat, ya?
Mari kita buka Roma 16:1-16 yang menjadi pemberitaan warga GMIM di minggu pertama di Tahun Baru ini. Saudara-saudara yang dikasih Yesus Kristus, Lembaga Alkitab Indonesia memberi judul: “Salam”. Salam semacam ini lazim ditemui dalam surat-surat di antara sesama teman. Namun, melalui ungkapannya yang sedap didengar, Paulus menguduskan kata-kata yang lazim itu.
Salam ini dicatat sebagai sebagian dari penutup surat Paulus yang di bawa oleh Febe ke jemaat di Roma. Febe adalah seorang pelayan jemaat di Kengkrea, yang karena punya usaha maka ia perlu pergi ke Roma, tempat yang masih asing baginya. Oleh sebab itu, Paulus memperkenalkan dia dengan pujian kepada orang-orang Kristen di situ, sebagai ungkapan persahabatannya yang sejati dengan Febe. Supaya jemaat memperlakukan dia dengan baik, sebagai seorang yang pantas diperhatikan dengan hormat khusus.
Febe telah menolong banyak orang yang kekurangan dan mengalami kesusahan. Ini adalah teladan yang pantas ditiru oleh para perempuan dan kita juga yang memiliki kemampuan seperti dia. Dia baik hati kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan, dan hal ini tersirat melalui bantuan yang diberikannya kepada mereka. Kekayaannya pasti berlimpah, sebab dia mampu membantu orang banyak. Amatilah rasa terima kasih Paulus saat menyebutkan kebaikan hati Febe terhadap dirinya: “juga kepadaku sendiri.”
Penghargaan terhadap kebaikan hati seseorang adalah ungkapan balas budi terkecil yang bisa kita tunjukkan. Demi kehormatannyalah Paulus mencatat hal ini, karena di mana pun surat ini dibaca, kebaikan hati Febe terhadap Paulus disebutkan demi mengingat dia.
Sudahkah orang mengingat kita dengan kebaikan hati seperti yang dilakukan oleh Febe? Tinggal di kota besar dengan banyak kesibukan membuat kita kurang
dapat memberi perhatian kepada orang lain, apalagi di masa pandemi. Paulus mengingatkan kita agar menyambut dan melayani mereka yang bekerja keras bagi Injil, tentunya di masa seperti ini dengan protokol kesehatan. Melalui firman Tuhan ini kita diingatkan untuk lebih hormat dan mendukung para pelayan Tuhan di mana pun kita beribadah.
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus
Paulus begitu menghormati dan mendukung rekan kerjanya yang berjuang bagi Injil Kristus. Dengan karunia berbeda, mereka bersatu melayani gereja. Ia ingat seperti Priskila dan Akwila yang telah mempertaruhkan nyawa baginya; yang pernah di penjara bersama-sama dia.
Alangkah beragamnya orang-orang yang disapa Paulus: ada laki-laki dan perempuan, ada orang Yahudi dan ada orang non Yahudi. Dalam persekutuan Kristen, setiap orang dengan berbagai latar belakang apa pun boleh menikmati kasih persaudaraan dan bahu-membahu dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Paulus amat terkesan, mengingat, memuji dan menghargai pengabdian rekan- rekannya kepada Tuhan guna melayani jemaat. Dengan karunia berbeda, mereka bersatu melayani gereja. Paulus tidak melupakan kebaikan mereka yang membantunya dalam pelayanan.
Ada 28 orang Roma yang dicatat mendapatkan salam dari Paulus. Meskipun setiap harinya Paulus disibukkan dengan urusan semua jemaat di mana-mana, hingga mampu membuat pusing siapa pun, dia tetap tidak lupa untuk mengingat begitu banyak orang. Hatinya begitu dipenuhi dengan kasih dan kasih sayang sehingga ia mengirimkan salam kepada masing-masing mereka, lengkap dengan sifat-sifat mereka serta ungkapan kasih dan perhatian bagi mereka. Sampaikan salam kepada mereka, salam untuk mereka. Istilah yang sama digunakan adalah aspasasthe: “Biarlah mereka tahu bahwa aku mengingat mereka, mengasihi mereka, dan mengharapkan yang baik bagi mereka.”
Jemaat yang dikasihi Yesus Kristus
Bersalaman secara biasa dianggap kurang menyalurkan perasaan sehingga rasul Paulus berpesan, “Bersalam-salamlah kamu dengan cium kudus” (ayat 16). Paulus menutup suratnya dengan anjuran mereka saling mengasihi dan memeluk satu sama lain dalam kekudusan, yaitu cium kudus. Berciuman ada
pada tiap budaya. Ada budaya yang tertutup. Ada pula yang terbuka terhadap ciuman. Secara universal ciuman adalah tanda keakraban. Mungkin ciuman adalah ungkapan perasaan yang paling universal. Pada segala golongan usia orang berciuman. Demikian pula, baik laki-laki maupun perempuan suka berciuman.
Bicara soal lelaki dan perempuan, siapa yang lebih suka ciuman? Coba dengar cerita ini. Sambil mengintip dari jendela, sang istri berkata kepada suaminya, “Cepat ke sini! Lihat itu! Tetangga yang baru. Tiap pagi sebelum berangkat istrinya dicium dulu! Apa kamu tidak mau?” dengan mata genit sang suami menjawab, “Mau sekali! Tetapi mana berani aku mencium dia? Aku belum berkenalan dengan perempuan itu!” Nah, apakah lelaki atau perempuan yang ingin ciuman? Dua-duanya juga ingin. Yang berbeda sang istri ingin dicium suaminya, sedangkan suaminya ingin mencium tetangganya.
Saudaraku, dalam menutup suratnya, Paulus menambahkan salam secara umum bagi mereka semua atas nama jemaat-jemaat Kristus: “Salam kepada kamu dari semua jemaat Kristus,” yakni jemaat-jemaat yang bersama Paulus dan biasa dia kunjungi. Saya juga, mau menutup khotbah saat ini, dengan menyampaikan salam kepada 1110 jemaat di 128 Wilayah pelayan GMIM, “Selamat Tahun Baru dan Selamat Berhari Minggu Pertama di tahun 2021, Pakatuan wo pakalawiren, Somahe kai Kehage, Sansiote Sampate-pate, Pakatiti Tuhema, Pakanandu Mangena, Boleng Balang Singkahindo”. Tuhan Yesus Memberkati! Amin.