
Salam Kasih dari Kristus Yesus Tuhan kita.
Saat ini kita telah memasuki Perayaan dan Penghayatan Minggu sengsara yang kedua. Kristus yang menderita karena kasih-Nya bagi kita. Sehingga kita mengerti bahwa bukan Penderitaan hidup yang tidak kunjung usia yang membuat kita sering menangis melainkan Kasih Kristus yang tidak kunjung selesai.
Seorang hamba Tuhan tidak putus asa saat dikritik, dihina, dijelek-jelekan (Ghiba) tapi juga tidak lupa diri saat dipuji. Surat 2 Korintus di tulis Paulus saat berada di Makedonia, sesudah menghindar dari Efesus di karenakan ia akan dibunuh. surat 1 Korintus di tulis Paulus saat di Efesus kira-kira tiga tahun sesudah ia meninggalkan Korintus. Ia menerima kabar bahwa kehidupan jemaat disana mengalami berbagai masalah, tantangan dan kekacauan. Sesudah mengirim suratnya, Paulus menunggu dan akhirnya menerima kabar dari Titus bahwa surat 1 Korintus telah banyak berpengaruh dan berhasil tetapi juga, di Korintus masih terdapat beberapa pemimpin yang tak mengakui Paulus sebagai rasul sejati dari pada Kristus. Meragukan kerasulan Paulus maupun Injil yang di beritakannya. Para pemimpin ini atau rasul-rasul Palsu ini menyebarkan berita dan mempengaruhi jemaat Korintus bahwa Paulus orang yang lemah, penakut (ayat 1), Paulus hanya tegas dan keras kalau di surat tetapi kalau berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak berarti (ayat 10). Jadi, Paulus justru menulis apa yang dituduhkan baginya oleh orang-orang Korintus (ayat 1). Yang menarik bahwa kritikan yang disampaikan itu di respon oleh Paulus bahwa ia telah menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (ayat 5). Berpikir seperti Kristus dan bahwa baik ia maupun jemaat Korintus adalah milik Kristus (ayat 7).
Apa yang dapat kita pelajari dari bacaan ini?
1. Berpikir seperti Kristus dan menyadari kita adalah milik Kristus.
Baik kita sebagai pemimpin, pelayan, jemaat menyadari selalu ada kritikan-kritikan yang akan kita temui, bahkan mungkin juga akan ada orang-orang yang tidak menyukai kita, mungkin di tempat kerja, di lingkungan tempat kita tinggal atau dimanapun kita berada. Ada yang mungkin mengkritik kita, menjelek-jelekkan di belakang kita, menyebarkan rumor yang tidak benar tentang kita. Dan sebagai manusia, respon paling wajar adalah marah, ingin membalas. Tapi mari kita belajar dari Paulus yang selalu berpikir apakah ini seperti yang dipikirkan Kristus, dan kita adalah milik Kristus. Sehingga respon kita selalu berpatokan pada apakah ini seperti yang dipikirkan Kristus, itulah yang dimaksudkan Paulus kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus.
2. Lemah dan Ketidaklayakan
Sebuah kisah dari abad ke-2 menulis Paulus “seorang yang berperawakan sedang, rambut berikal, kaki yang pendek dan bengkok, bermata biru dan keningnya lebar serta berkernyit, berhidung panjang, dan bahwa ia penuh dengan anugerah serta kasih Tuhan, kadang-kadang tampak sebagai manusia, tetapi kadang-kadang pula sebagai malaikat. Tradisi lain mengatakan “ia berperawakan kecil,berkaki bengkok, keningnya berkerut, rupa hidungnya baik, dan ia penuh dengan anugerah Allah”. dalam keterangan Perjanjian Baru bahwa ia sering sakit mata dan menderita sakit ayan (Gal 6:11, Gal 4:14,15). Dalam segala rintangan tersebut Paulus telah menempuh perjalanannya sekitar 9.000 km, baik berjalan kaki maupun dengan berlayar dengan kapal-kapal kecil. Para rasul palsu itu mengatakan Paulus lemah adalah hal yang tidak mungkin,karena bagaimana mungkin seorang yang lemah itu dapat bepergian ke berbagai kota untuk mengabarkan Injil.
Kadang kita berpikir bahwa kita terbatas, banyak kekurangan baik kita sebagai pelayan dalam Gereja tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat. Rasa Ketidaklayakan itu kadang timbul, disitulah kita sungguh-sungguh menghayati bahwa ini adalah kuasa dan karunia Tuhan.Saya banyak menyaksikan dan mendengar bagaimana Tuhan memakai orang-orang yang dahulu hidup dalam dosa yang Tuhan pakai menjadi pelayan-Nya, ada yang menjadi penatua, diaken, panji Yosua dan pelayan-pelayanan lainnya yang Tuhan percayakan. Seperti Saulus yang diubah Tuhan menjadi Paulus yang melayani Tuhan. Banyak hamba Tuhan merasa dirinya besar, tetapi orang besar yang sesungguhnya tak pernah merasa bahwa dia besar. Dan siapa saja dapa dipakai Tuhan untuk melayani-Nya. Dalam menghayati Minggu sengsara ini, kita menghayati Kesengsaraan dan Penderitaan Kristus sehingga kita sungguh-sungguh menyadari kasih Kristus yang besar itu dalam hidup kita. AMIN.