TEMA BULANAN :“Pengharapan Mesianis”
TEMA MINGGUAN :“Saling Mengasihi sebagai Tanda Hidup Baru”
BACAAN ALKITAB : 1 Yohanes 3 : 11 – 18
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Gereja hidup dan bersaksi di era masa kini yang terus mengalami percepatan perubahan (Accelaration of Change) yang luar biasa. Apa dan bagaimana situasi dan kondisi era kedepan, kita memiliki Tuhan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang adalah Alfa dan Omega yang menjadikan kita sebagai tujuan kasih dan karya penyelamatan-Nya, sehingga kita terus hidup dalam pengharapan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa hidup takut akan Tuhan dan mengasihi sesama serta hidup dalam kebenaran yang harus menjadi utama dalam eksistensi sebagai orang percaya, semakin memudar. Makin banyak orang percaya kehilangan komitmen dalam keluarga, berkurang kasih sayang suami dan isteri, orang tua dan anak, kakak-beradik. Dalam hidup bergereja, orang makin tidak memiliki rasa takut akan Tuhan, ibadah dan pelayanan kasih bukan lagi menjadi sesuatu yang penting, orang semakin tidak takut melakukan perbuatan dosa. Dalam hidup berbangsa dan bermasyarakat, banyak orang tidak menghargai para pemimpin dan tidak menaati peraturan, hukum dan undang-undang karena ketiadaan kasih.
Menyikapi sikap dan perilaku warga gereja yang makin tergerus kerohanian dan komitmen kasihnya akibat dari derasnya perubahan yang membentur sendi-sendi kehidupan orang percaya, maka gereja harus terus bersaksi, memberitakan, menggembalakan warganya agar menjadikan hidup adalah anugerah Tuhan semakin indah untuk dijalani. Oleh karena itu, kasih harus ada dalam kehidupan setiap orang, sebagaimana pesan firman minggu ini di bawah tema: ”Saling Mengasihi sebagai Tanda Hidup Baru”.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Surat 1 Yohanes ini ditulis sekitar tahun 100/110 M. Kekristenan pada masa ini mengalami pergumulan iman karena diperhadapkan dengan ajaran yang meragukan eksistensi kemanusiaan Yesus Kristus. Ada orang yang awalnya merupakan satu persekutuan yang hidup dalam iman dan percaya hanya kepada Tuhan Yesus Kristus (I Yohanes 2:19), namun mereka memisahkan diri dari saudara-saudara lain karena menjadi orang yang tidak sungguh-sungguh (kehilangan komitmen) dalam iman. Kelompok yang memisahkan diri ini tidak mengakui Yesus sebagai Mesias dan sebagai Anak Allah. Kelompok ini disebut doketisme/doketis, dari kata Yunani ”dokein” (= melihat, tampak; Inggris: to appear). Kaum doketis sulit memahami tentang kasih yang dikerjakan oleh Allah Bapa melalui Anak-Nya Yesus Kristus, apalagi melaksanakan kasih kepada sesama, akibatnya terbangunlah situasi yang saling membenci dan hanya berpikir untuk kepentingan diri sendiri.
Mencermati hidup dalam keprihatinan dan pergumulan karena menjadi sasaran kebencian dan perbuatan jahat, umat Tuhan tidak dibiarkan Tuhan, mereka tetap menjadi anak-anak yang dikasihi-Nya (I Yohanes 3:1). Kaum doketis yang tidak hidup dalam kebenaran tapi hidup dalam kebencian dan kejahatan maka Penulis I Yohanes memberi motivasi bagi umat Tuhan untuk mampu memberi keteladanan bagi orang-orang untuk hidup saling mengasihi.
Panggilan hidup sebagai orang yang dikasihi Tuhan adalah menjaga dan memelihara persekutuan (Koinonia) agar di dalamnya umat Tuhan dapat memahami arti kehadirannya bagi sesama yang dimulai terutama kepada saudara-saudara. Hal hidup saling mengasihi, bukan hal baru bagi penerima surat 1 Yohanes tapi sudah sejak lama/dari mulanya (ayat 11).
Ketiadaan kasih adalah sebuah sikap yang dapat menjadikan seseorang berbuat jahat seperti Kain yang membunuh adiknya, Habel (ayat 12). Dengan mengangkat contoh perbuatan Kain yang membunuh adiknya, penulis hendak menggambarkan sebuah realita kehidupan manusia, bahwa dunia didiami oleh orang-orang yang tidak memiliki kasih dan suka melakukan perbuatan jahat kepada orang-orang yang hidup dalam kebaikan. Sebab bagaimana mungkin seseorang membunuh saudaranya sendiri, apalagi saudaranya itu hidup benar. Bagaimanapun seorang manusia tidak dapat menguasai kehidupan manusia lainnya. Hal itu bertentangan dengan kehendak Allah.
Hidup sebagai orang percaya, saling mengasihi dan melakukan semua yang berkenan kepada Tuhan bukan berarti tanpa mengalami tantangan dan pergumulan, tapi tak luput dari sikap sinis, benci, marah dan perlakuan yang tidak menyenangkan. Janganlah kamu heran saudara-saudara apabila dunia membenci kamu, (ayat 13).
Keunggulan dan keistimewaan bagi umat Tuhan yang memiliki kasih dan selalu berbuat benar adalah beroleh kasih karunia dipindahkan dari alam maut kepada kehidupan kekal. Dalam ayat 14 mengatakan bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut kedalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita”. Ayat ini menegaskan bahwa mengasihi saudara adalah tanda hidup baru. Karena kata mengasihi dalam teks ini adalah terjemahan dari istilah Yunani agapomen dari kata agapao, yang artinya mengasihi (Inggris: loving). Agapao merupakan suatu perwujudan kasih Allah kepada manusia, yang berbeda dengan kasih philia, storge atau eros. Kasih agapao itulah yang mendasari kasih lainnya. Yang dimaksudkan di sini adalah mengasihi dalam pemahaman relasi Allah dengan manusia.”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16).
Hidup dalam kebencian atau saling membenci sesungguhnya adalah sebuah perilaku yang identik dengan membunuh. Membunuh adalah perbuatan menghilangkan nyawa seseorang sehingga tidak ada perjumpaan. Perilaku membenci sama halnya dengan membunuh, perilaku hidup membenci dengan sendirinya mencipta sebuah kehidupan yang tidak harmonis, tidak ada perjumpaan satu dengan lainnya. Membenci yang identik dengan membunuh, sangat dibenci oleh Tuhan.Orang yang membenci sesamanya tidak ada hidup yang kekal baginya, (ayat 15).
Tuhan kita Yesus Kristus telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita sebagai bentuk pengorbanan-Nya yang sangat berharga. Kata ”telah menyerahkan” adalah terjemahan dari kata Yunani etheken (Inggris: laid down) yang merupakan bentuk lampau sehingga menunjuk pekerjaan yang sudah terjadi pada waktu lampau. Karena Kristus telahmenyerahkan nyawa-Nya, maka orang yang percaya wajib menyatakan kasihnya bahkan dengan menyerahkan nyawanya sekalipun. Inilah tanda hidup baru yang sesungguhnya (ayat 16).
Orang-orang yang dilimpahi dengan harta duniawi, kiranya tidak hanya dinikmati sendiri. Tetapi bersedia berbagi dengan saudara-saudara yang berkekurangan /membutuhkan. Kasih Tuhan Allah akan tetap tinggal dalam kehidupan siapapun ketika selalu membuka pintu bagi sesama yang membutuhkan pertolongan. Sebaliknya kasih Tuhan tidak tinggal dalam kehidupan seseorang yang tidak membuka pintu bagi saudara-saudara yang membutuhkan pertolongan, (ayat 17). Di tengah ketiadaan kasih dan mengalami pergumulan dari orang-orang yang tidak memiliki rasa kasih, maka untuk mengaktualkan identitas sebagai orang-orang yang hidup baru dalam kasih Kristus, maka hidup saling mengasihi tidak dibatasi dalam perkataan saja, tapi dengan perbuatan nyata sebagai sebuah kebenaran yang dikehendaki Tuhan (ayat. 18).
Makna dan Implikasi Firman
Gereja Tuhan hidup di era yang terus berubah dengan cepat. Di satu sisi merupakan peluang untuk semakin membenahi dan memberdayakan kehidupan agar mengalami peningkatan, makin sejahtera dan mapan, disisi lain, gereja terus berhadapan dengan tantangan zaman yang semakin memprihatinkan.
Perilaku Kain yang jahat tergambar dalam realita bergereja di tengah bangsa dan negara yang belum seutuhnya menikmati keadilan, ketentraman dan kesejahteraan. Gereja terus bersaksi tentang ’kasih Tuhan’, namun gereja terus bergumul dengan orang-orang yang tidak hidup dalam kasih. Gereja menjadi sasaran iri hati, kebencian dan kekerasan, baik yang datang dari luar gereja, maupun dari dalam gereja.
Perilaku yang baik dan benar dari adik Kain, yaitu Habel tergambar dalam realita bergereja sekalipun menghadapi pergumulan dan tantangan, namun tidak pernah ditinggalkan Tuhan, tetap setia melaksanakan tugas kesaksian yang tidak dapat dihambat. Gereja tidak hanya sekedar berkata-kata tentang saling mengasihi, tapi juga nyata dalam perbuatan.
Harapan dan impian kita di tahun 2020 semoga menjadi tahun yang lebih baik dari tahun yang baru kita lewati. Jangan lagi ada benci, amarah, dan ketiadaan kasih berlaku dalam hidup kita ditengah keluarga, suami isteri, orang tua dan anak, kakak beradik dan sesama, sebab hidup dalam kebencian sama halnya dengan membunuh.
Kasih Tuhan yang mengubah kehidupan, mendorong kita untuk menjalani hidup di tahun baru ini dengan saling mengasihi sebagai tanda hidup baru. Saling mengasihi, mau berkorban membantu orang-orang yang berkekurangan, tidak berdaya, mau membuka pintu bagi orang-orang yang membutuhkan pertolongan.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
1. Apa yang saudara pahami tentang ”saling mengasihi sebagai tanda hidup baru” menurut 1 Yohanes 3:11-18?
2. Bagaimana seharusnya kita mengaktualisasikan ”saling mengasihi sebagai tanda hidup baru” dalam kehidupan keluarga, jemaat danmasyarakat?
POKOK-POKOK DOA:
- Gereja semakin kuat menghadapi perubahan dan tantangan.
- Kasih Tuhan selalu dinyatakan dalam berbagai realita kehidupan .
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK II
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Kemuliaan Bagi Allah : PKJ. No. 2 Agunglah
Ses Doa Penyembahan : KJ. No. 293 Puji Yesus
Pengakuan Dosa : NNBT. No. 32 Dunia S’makin Berkabut
Janji Anugerah Allah: NKB. No. 17 Agunglah Kasih Allahku
Puji-Pujian: Karya Terbesar
Ses Pem. Alkitab : KJ No. 49 Firman Allah Jayalah
Ses. Pengakuan Iman: KJ. No. 280 Aku Percaya
Persembahan: NNBT. No. 20 Kami Bersyukur
Nyanyian Penutup : Kasih Pasti Lemah Lembut
ATRIBUT:
Warna dasar putih dengan simbol lilin dan palungan.