ALASAN PEMILIHAN TEMA
Era digital adalah masa di mana teknologi digital, terutama komputer dan internet, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Selain manfaat, era ini juga menghadirkan tantangan seperti ketergantungan teknologi, kesenjangan digital, dan penyebaran informasi yang salah. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi juga telah mengubah cara kita mengakses, memproduksi, dan berbagi informasi. Inipun membawa tantangan baru, misalnya terjadi “infodemic” (wabah informasi yang salah) dapat menyebabkan kebingungan, mispersepsi, bahkan perpecahan dalam masyarakat. Fenomena lainnya, Nomophobia, “No Mobile Phone Phobia” yaitu rasa takut atau kecemasan berlebihan ketika seseorang terpisah dari ponselnya atau tidak dapat menggunakannya. FOMO, “Fear of Missing Out” yaitu perasaan cemas atau takut yang timbul ketika individu merasa tertinggal dari pengalaman, peristiwa, atau tren yang sedang dinikmati oleh orang lain, khususnya yang terlihat di media sosial. Semua ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, kesejahteraan dan iman kita.
Teknologi bukanlah musuh yang harus ditakuti. Teknologi memiliki manfaat yang besar, namun, tentu saja ada juga hal-hal yang perlu diwaspadai karena dampak negatifnya. Karena itu tema mingguan “Buanglah kebodohan, maka engkau akan hidup, dan ikutilah jalan pengertian” relevan di tengah derasnya arus perkembangan teknologi digital saat ini.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Para ahli Perjanjian Lama sepakat bahwa kitab Amsal merupakan bagian dari kitab kebijaksanaan. Isi kitab Amsal ini merenungkan makna hidup yang sejati dan bagaimana menjalani kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan. Kitab ini menyentuh berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari hubungan antar sesama, etika dalam bekerja, hingga pengelolaan keuangan. Selain itu, kitab Amsal juga mengandung nilai-nilai teologis yang mendalam, seperti pentingnya takut akan Tuhan sebagai dasar dari segala hikmat dan pengetahuan, serta bagaimana seharusnya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, sesama, dan alam semesta. Amsal pasal 9, menggunakan bahasa kiasan yang kaya untuk menyampaikan pesan moral dan spiritual. Beberapa pokok pikiran dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Pilihan antara hikmat dan kebodohan (ayat 1-6, 13-18):
Amsal pasal 9 memberikan kontras antara hikmat dan kebodohan, masing-masing dipersonifikasikan sebagai perempuan yang mengundang orang-orang ke perjamuan. Hikmat (Ibr. khokhmah) mencakup pengetahuan intelektual, pengertian, keterampilan, dan kebijaksanaan dalam membuat keputusan yang benar. Hikmat digambarkan telah membangun rumahnya yang kokoh dengan tujuh tiang, melambangkan kestabilan dan kesiapannya menyambut mereka yang mencari kebenaran. Sebaliknya, ayat 13 menggambarkan “kebodohan” sebagai perempuan “cerewet” (Ibrani: hamah) dan “tidak berpengalaman” (Ibrani: peti), bahkan “tidak tahu malu.” Kata-kata ini tidak hanya menunjukkan kurangnya pengetahuan, tetapi juga kebodohan moral dan spiritual yang mendalam, ketidakmampuan untuk membedakan yang baik dan jahat, keengganan belajar dan kemalasan.
- Kontras antara kebenaran dan kepalsuan (ayat 2-5, 14-17):
Amsal 9:2-5 menggambarkan bahwa hikmat telah “memotong ternak sembelihan” dan “mencampur anggurnya,” menyiratkan persiapan yang matang dan teliti. Kebenaran yang ditawarkan hikmat adalah sesuatu yang berharga dan melambangkan berkat-berkat yang melimpah. Hikmat juga mengutus pelayan-pelayan untuk mengundang orang-orang, artinya kebenaran harus dibagikan secara aktif. Sebaliknya, Kebodohan hanya “menawarkan makanan,” tanpa detail lebih lanjut, menunjukkan bahwa apa yang ditawarkannya adalah sesuatu yang dangkal dan tidak membawa kesejahteraan. Hanya kata-kata manis yang menjanjikan kenikmatan dan kepuasan semu.
- Bijak memilih: hikmat atau kebodohan?
Kata “memanggil/berseru-seru” (Ibrani:qara’) digunakan sebagai ajakan hikmat (ayat 3) maupun kebodohan (ayat 15). Namun, ada perbedaan mencolok dalam substansi panggilan mereka. Hikmat dan kebodohan memanggil “orang yang tak berpengalaman” (Ibrani: peti) dan “orang yang tak berakal budi” (Ibrani: khasar-lev). Kata peti dan khasar-lev, menggambarkan sasaran utama dari panggilan hikmat dan kebodohan. Mereka adalah orang-orang yang naif (lugu, kurang pengalaman), tetapi juga rentan terhadap pengaruh buruk. Hikmat memanggil dengan tujuan untuk mengajar, membimbing, dan memberikan kehidupan sejati kepada mereka. Kebodohan menawarkan kesenangan semu dan kepuasan sesaat (ayat 16-17), tetapi jalannya mengarah pada kematian (ayat 18). Undangan ini mencerminkan godaan yang menipu dan menyesatkan. Karena itu penting untuk bijaksana dalam memilih suara mana yang akan didengarkan dan peka mengenali taktik-taktik manipulatif yang digunakan oleh kebodohan dan memilih untuk mengikuti hikmat Tuhan.
- Hikmat membawa berkat dan umur panjang (ayat 10-12):
9:10 menegaskan bahwa “permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian” menunjukkan bahwa pengetahuan sejati dimulai dengan pengakuan akan Allah dan ketaatan pada perintah-Nya. Kata takut (Ibrani: yir’ah) bermakna menuruti, bersikap tunduk atau patuh (Ing. Submissive). Ini adalah fondasi penting untuk membangun kehidupan bijaksana dan bermakna. Ayat 11 juga menyatakan bahwa “Karena oleh aku umurmu diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah.” Menekankan bahwa hikmat tidak hanya membawa manfaat rohani, tetapi juga umur panjang dan kualitas hidup yang lebih baik. Selanjutnya, ayat 12 menegaskan bahwa hikmat adalah investasi berharga bagi diri sendiri, sedangkan pencemooh hanya akan membawa kerugian.
- Setiap keputusan memiliki konsekuensi (ayat 12, 18):
Amsal 9 menggambarkan konsekuensi dari pilihan antara hikmat dan kebodohan. Ayat 12, “Jika engkau bijak, kebijakanmu itu bagimu sendiri, tetapi jika engkau mencemooh, engkau sendirilah orang yang akan menanggungnya,” menunjukkan bahwa setiap keputusan yang diambil memiliki konsekuensinya. Ayat 18 memperingatkan “Tetapi orang itu tidak tahu, bahwa di sana ada arwah-arwah dan bahwa orang-orang yang diundangnya ada di dalam dunia orang mati.” Menunjukkan bahwa orang yang tergoda oleh kebodohan seringkali tidak menyadari konsekuensi mengerikan dari pilihannya. Mereka dibutakan oleh kenikmatan sesaat dan tidak melihat bahwa jalan mereka mengarah pada kehancuran.
Secara keseluruhan, Amsal 9 relevan bagi kita. Ketika menghadapi banjir informasi, kita harus memilih untuk hidup menurut hikmat yang berlandaskan pada takut akan Tuhan dan kebenaran-Nya. Kita perlu mengembangkan kemampuan membedakan antara informasi yang benar dan salah, serta menolak godaan-godaan yang dapat menjerumuskan ke dalam kebinasaan dan maut.
Makna dan Implikasi Firman
- Di era digital, banyak orang menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar ponsel. Kita harus bijaksana dalam menggunakan waktu di dunia digital, dan lebih memprioritaskan kegiatan yang konstruktif.
- Di dunia maya, hoaks dikemas secara menarik, provokatif dan menyebar dengan masif. Oleh karena itu, penting untuk memiliki literasi digital yang baik dan teguh berpegang pada firman Tuhan.
- Di era digital, pengetahuan berkembang dengan pesat. Namun, banyak orang yang terjebak dalam pola pikir sempit dan tidak mau belajar hal baru. Amsal 9 mengingatkan bahwa kebodohan adalah penolakan terhadap pembelajaran. Jika ingin hidup bijaksana dan bermakna, kita perlu terus belajar, memperbarui pengetahuan, dan mengembangkan diri.
- Setiap keputusan yang diambil memiliki konsekuensi. Dalam dunia digital ini, prinsip tanggung jawab pribadi menjadi penting. Setiap tindakan di dunia maya, mulai dari klik hingga postingan, adalah jejak digital yang memiliki konsekuensi jangka panjang.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Bagaimana perbedaan karakteristik dan tindakan antara hikmat dan kebodohan menurut Amsal 9?
- Apa saja tantangan khusus yang dihadapi orang percaya dalam mencari hikmat di era digital?
- Bagaimana kita dapat menghindari jebakan kebodohan dan membuat pilihan yang bijaksana di era digital?
NAS PEMBIMBING: Amsal 9:6
POKOK-POKOK DOA
- Pengertian yang mendalam agar kami tidak tersesat di tengah lautan informasi dan bebas dari jerat kecanduan teknologi dan informasi yang menyesatkan.
- Jemaat secara bijaksana menggunakan teknologi sebagai alat untuk memuliakan nama Tuhan dan melayani sesama.
- Jemaat sebagai agen-agen perubahan yang membawa dampak positif di dunia digital.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: HARI MINGGU BENTUK III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN
Persiapan: NNBT No 2. Dunia Tercipta Oleh Kar’na Tuhanmu.
Ses Nas Pembimbing: PKJ. No. 153 Pakailah Seluruh Hidupmu.
Ses Pengakuan Dosa: PKJ No. 47. Buatlah Hatiku Lapang dan Bersih.
Ses Pemberitaan Anugerah: PKJ No. 126. Hanyalah Yesus Juruselamat.
Ses Pembacaan Alkitab: PKJ. No. 53. Alkitab Pedoman Yang Berharga.
Persembahan: NKB No. 197. Besarlah Untungku
Penutup: KJ. No. 356. Tinggallah Dalam Yesus
ATRIBUT: Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu Di Atas Gelombang.