TEMA BULANAN :“Misi Dan Pendidikan Yang Membebaskan”
TEMA MINGGUAN :“Mengucap Syukur Menurut Cara Yang Berkenan”
BACAAN ALKITAB: Ibrani 12:18-29
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Bagi orang Kristen, mengucap syukur adalah kewajiban. Karena hal mengucap syukur bukan dilakukan atas kehendak manusia melainkan kehendak Tuhan. Hal mengucap syukur itu adalah perbuatan atau tindakan “Sakral”. Sebagai sebuah tindakan sakral mau tidak mau harus mengetahui tata cara mengucap yang benar sebelum mengungkapkan syukur. Ini penting agar ungkapan syukur itu berkenan di hadapan Tuhan.
Motivasi kita beribadah pengucapan syukur dan membawa persembahan akan menentukan apakah ungkapan syukur berkenan kepada Tuhan atau tidak. Karena itu minggu ini kita diajak merenungkan tema: “Mengucap Syukur Menurut Cara Yang Berkenan.”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Kita tidak menemukan nama penulis kitab Ibrani ini. Dipekirakan Kitab ini ditulis sebelum tahun 95. Para ahli menyimpulkan bahwa penulis kitab ini adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan tentang kebudayaan Yunani dan Yahudi. Demikian juga dengan alamat surat ini. Kata Ibrani, bukan menunjuk pada tempat penulisan kitab ini, melainkan menunjuk pada sekelompok orang Kristen asal Yahudi di perantauan yang telah hidup bersama dengan orang-orang Kristen asal Yunani. Mereka ini adalah orang kristen generasi kedua dan ketiga (Ibrani 2 : 1 – 4, 5: 12, 10: 32). Oleh karena berbagai penganiayaan, terdapat kecenderungan meninggalkan keyakinan Kristen. Semangat beriman menjadi lesuh (12 : 1-3) sehingga ingin kembali menganut agama Yahudi dengan praktik “Ibadat Korban” sebagai sarana mendapatkan keselamatan dari Tuhan.
Ayat 18-21 : menunjuk pada pengalaman orang Israel di Gunung Sinai (Kel. 19 : 16-22 ( 20 : 18-21). Allah sendiri melarang orang Israel untuk berjumpa langsung dengan-Nya. Mereka harus menjaga jarak aman agar tidak binasa. Fenomena yang terjadi di gunung sinai, seperti : api yang menyala-nyala, bunyi sangkakala, kelaparan dan angin badai membuat orang Israel takut dan memohon supaya Allah jangan langsung berbicara kepada orang Israel. Karena jika Allah berbicara berhadapan langsung mereka pasti binasa (Kel. 20 : 18-21).
Ayat 22 – 24 : berbeda dengan suasana di Gunung Sion. Di sini orang Kristen diajak untuk datang ikut serta bergembira, bertemu dengan beribu-ribu malaikat.Dan jemaat anak sulung, bertemu dengan Allah dan Yesus Kristus, pengantara perjanjian baru, yang mencurahkan darah-Nya sebagai korban penghapus dosa. Kematian Yesus di salib merupakan Ibadah Korban-Nya sekali untuk selamanya, yang dengan itu Yesus Kristus telah menjadi Imam Besar Agung. Kematian Yesus di kayu salib disejajarkan dengan upaya perdamaian seperti yang digambarkan dalam Imamat 16.
Ayat 25-27 : ajakan kepada orang Kristen, agar dalam keadaan bagaimanapun, jangan menolak Allah yang telah berfirman dalam diri Yesus Kristus. Sebab baik orang yang menolak maupun yang berpaling dari Firman Allah akan menghadap Allah. Di gunung Sinai bumi bergoncang ketika orang Israel mendengarkan suara Allah berfirman. Tapi digunung Sion orang Kristen berhadapan dengan Allah yang berbicara dengan penuh belas kasih melalui Yesus Kristus. Sebab sebagaimana nubuatan dalam Hagai 2 : 7, bahwa, Allah terus menyatakan karya selamat-Nya bagi alam semesta yang memuncak pada diri Yesus Kristus dalam suatu penghakiman yang akan menggoncangkan langit dan bumi serta yang akan tetap ada hanyalah Firman-Nya.
Ayat 28 : Oleh karena karya keselamatan Allah yang mengagungkan di dalam dan melalui Yesus Kristus, kita diajak untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Ungkapan syukur ini akan mendorong kita melayani Tuhan. Beribadah kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada-Nya dengan hormat dan takut kepada-Nya.
Ayat 29 : Kendati Allah itu penuh belas kasih, Allah kita adalah api yang menghanguskan, bahwa Allah menghendaki kita untuk hidup kudus dan menentang dosa.
Makna dan Implikasi Firman
Sebagai orang Kristen, kita boleh bermegah (Roma 5:11) atas ibadat korban penebusan yang dikerjakan Allah dalam Yesus Kristus.
Allah tetap menuntut dari kita tanggungjawab iman atas ibadat korban penebusan itu. Salah satu bentuk tanggungjawab kita adalah mengucap syukur kepada Tuhan. Setiap bentuk ungkapan syukur kita, baik dalam kata dan perbuatan bukan lagi sebagai “ibadat korban” pendamaian seperti yang lazim dalam PL (Imamat 16) melainkan sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan atas karya selamat-Nya untuk kita.
Bahwa Tuhan tetap menguji setiap ungkapan syukur kita, berkenan atau tidak berkenan di hadapan-Nya. Karena itu jangan asal mengucap syukur. Bersyukurlah dengan cara yang berkenan kepada Tuhan, dengan rasa takut dan hormat atas semua karya selamat Tuhan atas perjalanan hidup kita.
Tidak peduli dengan keadaan kita, entah dalam senang-susah, untung-malang, gagal-sukses. Berusahalah untuk menemukan alasan untuk bersyukur kepada Tuhan. Karena Tuhan menghendaki kita mengucap syukur dalam segala hal (1 Tesalonika 5:18).
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Jelaskan perbedaan antara “ibadah korban” dan “ibadah syukur!
- Apa seharusnya yang menjadi motivasi kita bersyukur kepada Tuhan?
NAS PEMBIMBING: Mazmur 116:12
POKOK – POKOK DOA:
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:
HARI MINGGU BENTUK III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian masuk : KJ No 2 Suci, Suci, Suci
Ses Nas Pembimbing: NNBT No. 20 Kami Bersyukur Padamu Tuhan.
Pengakuan Dosa : KJ No. 27 Meski Tak Layak Diriku.
Pemberitaan Anugerah Allah: NKB No. 34 Setia-Mu, Tuhanku, Tiada Bertara.
Ses Pembacaan Alkitab: Firman-Mu Pelita
Pengakuan Iman: DSL.. Iringlah Tuhan Dalam T’rang
Persembahan : KJ No. 289 Tuhan Pencipta Semesta
Penutup : Peganglah Tanganku Roh Kudus
ATRIBUT:
Warna dasar hijau dengan simbol salib dan perahu di atas gelombang.