ALASAN PEMILIHAN TEMA
Anak adalah buah hati setiap keluarga. Karakter anak-anak penuh kepolosan, tawa, canda, kegirangan, tidak munafik dan jujur. Setiap orang tua berharap mereka dapat memiliki pribadi yang baik dan masa depan yang bahagia. Namun terkadang anak diasosiasikan dengan sifat cengeng, manja, lemah, tidak mandiri dan tidak bisa diatur. Dan tidak semua anak mendapat kebahagiaan di lingkungan di mana mereka tinggal.
Banyak orang tua mengambil keputusan untuk anak tanpa melibatkan anak. Ada anak-anak tyang “broken home”. Gereja kurang memberi edukasi terhadap calon orang tua sehingga ibu belum siap melahirkan anaknya. Asupan makanan tidak bergizi melahirkan anak-anak stunting dan difabel (mengalami cacat, kelainan fisik dan mental). Gereja wajib mengembalikan posisi anak dari marginal (terpinggirkan) ke posisi utama.
Keberpihakan terhadap anak adalah tanggung jawab keluarga, gereja dan pemerintah. Keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat, sementara gereja adalah tempat di mana anak mendapat dukungan rohani dan pembentukan karakter. Tiga entitas ini, memiliki peran yang saling terkait dalam membentuk anak dan mempengaruhi perkembangan masyarakat secara keseluruhan.
Atas realitas inilah, maka dipilihlah tema “Sambutlah anak-anak dalam Nama-Ku”, yang menuntun perenungan firman Tuhan sepanjang minggu ini.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Eksegese)
Matius 18 ayat 1 dimulai dengan adegan para murid yang mengikuti Yesus Kristus bertanya, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” Pertanyaan ini bermaksud untuk mencari tahu siapa yang memiliki kedudukan yang tinggi dalam Kerajaan Sorga. Menjawab pertanyaan tersebut, Yesus Kristus menggunakan tanda dengan memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka. Tidak diberikan informasi spesifik tentang asal-usul anak yang tiba-tiba muncul saat Yesus Kristus mengajarkan para murid tentang pentingnya menjadi seperti anak kecil. Teks hanya mengatakan bahwa Yesus Kristus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu menjadikan anak kecil itu sebagai contoh untuk mengajarkan tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Pesan yang mau disampaikan oleh Yesus Kristus adalah mereka yang terbesar dalam Kerajaan Sorga harus berkarakter dan bersikap sikap seperti anak kecil yang tampil apa adanya dalam mengikuti-Nya; rendah hati, sederhana, polos, jujur dan tidak munafik.
Di masa itu, anak kecil dianggap tidak penting di tengah masyarakat Yahudi, sebagai kaum yang lemah dan tak berdaya. Yesus Kristus mengatakan bahwa untuk memasuki Kerajaan Sorga murid-murid harus bertobat dari sikap ambisius yang mengejar kedudukan. Kerajaan Sorga bukan terdiri dari orang-orang sombong, yang merasa diri layak bahkan berjasa untuk mendapatkan kewarnegaraan sorga. Melainkan, mereka yang taat, tunduk dan bersedia diatur, memiliki sikap rendah hati, kepercayaan yang tulus dan ketergantungan penuh pada Bapa di sorga (ayat1-5).
Lalu Yesus Kristus mengingatkan bahaya menyesatkan anak-anak kecil karena mereka akan celaka. Ia memberikan peringatan yang keras bahwa barangsiapa menyesatkan salah seorang dari anak-anak yang percaya pada-Nya akan celaka. Bahaya ini menunjukan pentingnya bertanggung jawab dalam memberikan pengajaran dan teladan yang benar, menjaga dan melindungi keimanan anak-anak agar jangan percaya terhadap penyesatan. Kata penyesatan (skandalizo) berarti menyesatkan, menggoncangkan iman, menjadi batu sandungan, membuat orang kecewa dan menolak, murtad atau memalingkan seseorang dari jalan yang benar. Dalam konteks ayat ini, Yesus Kristus memberikan peringatan tentang bahaya menyesatkan anak-anak kecil yang percaya pada-Nya. Penyesatan di sini dapat mencakup berbagai bentuk godaan atau pengaruh negatif yang dapat menghalangi seseorang dalam menjaga dan memelihara hubungan dengan Bapa di sorga.
Dalam ayat 8-9, Yesus Kristus mengajarkan pentingnya menghindari dosa dan melawan godaan dengan cara yang keras. Yesus Kristus menggambarkan bahaya yang kuat dan gambaran yang idealis untuk menekankan pentingnya mengambil tindakan yang tegas dalam menghindari dosa. Ia mengatakan bahwa jika tangan atau kaki menjadi penyebab sesorang tersesat maka tindakan yang perlu diambil adalah memotong dan membuangnya jauh. Jika mata menjadi penyebab godaan untuk berbuat dosa, maka tindakan yang diperlukan adalah mencungkil dan membuangnya.
Dosa harus dihindari dengan segala cara yang diperlukan, bahkan jika itu membutuhkan tindakan yang radikal atau mengosongkan hal-hal yang berharga. Keselamatan lebih penting daripada mempertahankan bagian tubuh yang menjadi alat dosa. Yesus Kristus mengingatkan bahwa lebih baik kehilangan bagian tubuh ini dalam kehidupan, daripada menghadapi akibat terbakar dalam api kekal yang menyala-nyala di neraka. Di sini pentingnya menghindari dosa dan memutuskan ikatan dengan segala sesuatu yang dapat membawa kita hanyut dalam godaan dan penyesatan.
Ayat 10-11, Yesus Kristus mengingatkan agar murid-murid-Nya jangan menganggap rendah anak kecil dengan mengatakan bahwa ada malaikat-malaikat mereka di sorga yang selalu memandang wajah Bapa di Sorga. Yesus Kristus mengingatkan pengikut-Nya untuk tidak menghina atau merendahkan anak-anak kecil atau orang-orang yang rendah hati, sederhana, polos, jujur dan tidak munafik. Setiap orang memiliki harkat dan martabat yang harus dihormati. Ada malaikat-malaikat mereka yang memandang kepada Bapa di sorga. Ini menunjukan bahwa tindakan terhadap orang-orang kecil tidak luput dari perhatian Bapa di sorga.
Makna dan Implikasi Firman
- Firman Tuhan menekankan pentingnya kerendahan hati, polos dan jujur dalam hubungan keluarga. Anak kecil digambarkan sebagai contoh yang mengajarkan kita untuk meninggalkan sifat sombong, egois dan tidak jujur dalam keluarga. Keluarga harus menjadi tempat di mana setiap anggota dapat belajar saling mengasihi, menghormati, merendahkan diri dan bertanggung jawab satu sama lain.
- Keluarga memiliki tanggung jawab untuk melindungi dan mendidik iman anak-anak. Orang tua harus memberikan pengajaran dan teladan yang benar serta menjaga agar tidak ada penyesatan atau pengaruh negatif yang dapat merusak iman anak-anak. Keluarga harus menjadi tempat di mana nilai-nilai iman ditanamkan dan diperkuat. Menjaga kekudusan dan menghindari dosa serta godaan yang dapat merusak hubungan dalam keluarga.
- Keluarga yang hidup dalam kasih, kejujuran, kerendahan hati, dan keteladanan iman dapat memberikan dampak positif pada lingkungannya. Keluarga yang hidup seperti ajaran Yesus Kristus dapat menjadi terang dan garam dalam masyarakat.
- Gereja mengulurkan tangan dan menyambut dengan tulus anak-anak dalam ibadah-ibadah. Gereja harus menyambut setiap orang yang datang dalam persekutuan tanpa membeda-bedakan status sosial, suku dan ras. Karena Anak Manusia datang untuk menyelamatkan yang hilang antara lain mereka yang dianggap rendah, tidak penting dan tak berdaya.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang anda pahami tentang “Sambutlah Anak-anak dalam nama-Ku” menurut Matius 18 : 1 – 11 ?
- Sebutkan persoalan anak-anak dalam keluarga, jemaat dan masyarakat?
- Bagaimana upaya-upaya Gereja dan Pemerintah dalam menjawab persoalan anak-anak ?
NAS PEMBIMBING: Amsal 29:17
POKOK-POKOK DOA:
- Anak-anak yang termaginalisasi/terpinggirkan dalam kehidupan gereja dan masyarakat.
- Keluarga yang “broken home” (keluarga yang tak utuh/ bermasalah)
- Pendidikan iman Kristen dalam keluarga
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN HARI MINGGU BENTUK III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Nyanyian Masuk : NKB. No. 1, Hai Kristen Nyanyilah
Ses. Nas Pembimbing: KJ No.67 “Hai Anak-Anak, Muda Belia”
Pengakuan Dosa: KJ No. 25 “Ya Allahku, Di Cah”yaMu.
Pemberitaan Anugerah Allah: KJ No.382 Ya Yesus Terkasih
Ses Pembacaan Alkitab: KJ No 184 Yesus Sayang Padaku”
Persembahan : KJ. No. 68 Tahukah Kamu Jumlah Bintang
Penutup: NKB No. 212. Sungguh Inginkah Engkau Lakukan
ATRIBUT: Warna Dasar Hijau dengan Simbol Salib dan Perahu di atas Gelombang.