ALASAN PEMILIHAN TEMA
Penderitaan mempunyai arti menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang sangat tidak nyaman, sehingga mengganggu aktifitas hidup. Menurut KBBI, penderitaan adalah keadaan menyedihkan yang harus ditanggung. Saat ini, kita sedang diperhadapkan dengan bentuk-bentuk penderitaan tidak hanya secara fisik, psikhis dan rohani, tetapi juga berkaitan dengan teknologi, ekonomi, ketidakadilan sosial dan agama, dan sebagainya. Kita juga menyaksikan bentuk-bentuk ancaman terhadap generasi muda melalui narkoba, perilaku seks bebas, penyalahgunaan gadget, belum lagi penderitaan yang diakibatkan oleh kehidupan rohani yang semakin merosot. Di samping itu, mulai bermunculan ajaran-ajaran sesat, yang merohanikan ajaran mereka seperti Kristen Progresif, dan sebagainya. Hal ini menimbulkan kebingungan bagi warga gereja. Kita sepenuhnya menyadari bahwa warga gereja tidak akan mampu menghadapi semua itu tanpa bimbingan dan pendampingan Tuhan Allah melalui gereja-Nya. Teks Yesaya 52:13–53:12 menggambarkan hamba Tuhan yang menderita agar kehendak Tuhan terlaksana dan banyak orang dibenarkan, akan dibahas di dalam terang tema “Dia yang menderita untuk membenarkan banyak orang,” kiranya dapat menolong warga gereja untuk memahami makna penderitaan di dalam Tuhan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nama Yesaya (Ibrani: yesya‘yahu) berarti: Yahweh adalah keselamatan. Yesaya adalah nabi yang hidup dan bernubuat di abad 8 sM pada masa pemerintahan raja Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia, raja-raja Yehuda. Masa tersebut penuh dengan gejolak dan ketegangan sosial politik yang menentukan bagi Israel dan Yehuda.
Isi dan berita nabi Yesaya bersifat nubuatan yang menentukan masa depan Israel dan Yehuda. Teks Yesaya 52:13–53:12 membahas mengenai hamba yang menderita. Teks ini adalah nyanyian keempat dari Kumpulan nyanyian tentang hamba Tuhan dalam kitab Yesaya, yaitu: 42:1–9; 19:1–13; 50:4–22; dan 52:13–53:12.
Lalu, siapakah yang dimaksud dengan “hamba yang menderita” seperti dijelaskan dalam teks bacaan ini? Hamba yang rela menanggung kesalahan/dosa orang lain dan rela menderita sampai mati. Secara umum, pengertian “hamba” adalah “budak belian” atau “abdi.” Yesaya 52:13 dan 53:11 menggunakan kata ‘abddi dari kata ‘ebed, artinya pelayan, hamba. Ini merujuk pada posisi manusia di hadapan Tuhan Allah, baik sebagai hamba atau pelayan yang terpercaya. Perhatikan bahwa hamba-Ku, yaitu sang hamba, disebut sebagai orang benar itu. Kata Ibrani untuk orang benar adalah tsaddiq yang artinya adil, benar, tidak bersalah, takut akan Tuhan.
‘Hamba Tuhan’ di sini dapat merujuk pada tiga kelompok orang: pertama, hamba yang merujuk kepada seluruh bangsa Israel seperti yang disebut di dalam pasal 41-48; kedua, hamba yang lebih setia–apakah sisa orang Israel yang benar atau nabi itu sendiri (atau orang lain); ketiga, hamba yang melayani Tuhannya dengan sempurna (Perjanjian Baru merujuknya pada Yesus Kristus yang menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah).
Perikop yang ini menggambarkan penderitaan sang hamba yang sedemikian hebatnya. Ia dihina, dipukul, kena tulah, disakiti, ditikam, diremukkan, dianiaya, ditahan dan dihukum, menyerahkan nyawanya ke dalam maut (ayat 3–5, 7–8, dan 12). Penderitaan tersebut ditanggungnya bukan karena ia layak menerimanya, namun menyatakan bahwa ia melakukannya bagi orang banyak (ayat 4, 5, 8, 11b, dan 12). Hal menarik adalah meskipun penderitaannya sedemikian berat tetapi dia membiarkan dirinya disakiti dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; …ia tidak membuka mulutnya (ayat 7: TB2). Pernyataan ini menegaskan kerelaan hati dan kesediaan diri untuk berkorban, pemberian diri, ketaatan, untuk menanggung semua penderitaan tersebut. Sebab, dengan melakukannya, kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya (ayat 10: TB2). Sementara itu ayat 11 (TB2) menyatakan oleh pengetahuannya, hamba-Ku, orang benar itu, akan membenarkan banyak orang (Ibrani: yatsadiq, dia akan membuat benar). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sang hamba rela menanggung penderitaan tersebut karena ia tahu bahwa yang ia lakukan adalah kehendak Tuhan Alah dan dengan melakukannya, banyak orang akan dibenarkan. Sikap dan tindakan yang demikianlah yang jelas menyatakan sang hamba sebagai orang benar di hadapan Tuhan Allah.
Hal penting yang dipelajari di sini adalah bahwa sang hamba, yang benar di mata Tuhan, bersedia menderita demi kepentingan orang banyak. Dan lebih penting lagi taat dan setia untuk melakukan atau menyatakan kehendak Tuhan Allah yaitu pembenaran atau keselamatan bagi semua orang. Hamba yang telah bertindak demikian, menurut perikop ini, akan ditinggikan, disanjung, dan dimuliakan (52:13, TB2).
Berita yang disampaikan melalui teks ini adalah pengajaran sekaligus ajakan kepada umat Allah untuk tetap setia memelihara imannya di tengah penderitaan yang harus mereka alami. Mereka diajak untuk meneladani hamba Tuhan yang setia, taat, rela menderita demi melaksanakan kehendak Tuhan Allah bagi banyak orang. Pada waktunya, mereka akan ditinggikan atau dimuliakan karena telah taat dan setia dalam imannya.
Penggambaran sang hamba yang demikian kemudian ditafsirkan oleh para penulis Perjanjian Baru sebagai nubuat tentang Yesus Kristus. Sebab, apa yang dialami dan dilakukan oleh Yesus Kristus adalah tepat seperti yang digambarkan dalam teks Yesaya 52:13–53:12. Puncak dari penderitaan hamba tersebut adalah pada penyaliban Yesus Kristus. Sentralitas pada Yesus Kristus bukan hanya merupakan pemberitaan PB, namun juga merupakan nubuatan PL. Kita dapat belajar tentang karakter dari hamba Tuhan yang menderita yaitu taat, setia, dan rela berkorban. Yesus Kristus turun ke dunia, Ia mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (bnd. Filipi 2:7). Sebagai Anak Allah yang mengambil rupa seorang hamba, Yesus Kristus tampil dengan bijaksana, dan bertindak dengan hikmat. Semua yang Yesus Kristus katakan dan lakukan, di sepanjang pelayanan-Nya di bumi telah dilakukan dengan hikmat. Oleh karena itulah, sebagai Hamba, Dia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. Perikop ini menunjuk pengagungan atau pemuliaan Yesus Kristus seperti yang dilukiskan dalam Filipi 2:9-11 dan Kisah Rasul 2:33, itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama (Fil 2:9).
Makna dan Implikasi Firman
- Umumnya orang memahami penderitaan dengan konotasi negatif. Jadi orang yang menderita adalah mereka dianggap tidak memiliki harapan hidup, bernasib buruk dan sedang dihukum Tuhan Allah. Tetapi ada pandangan lain mengatakan bahwa penderitaan adalah jalan untuk membuktikan kesetiaan pada Tuhan Allah. Artinya, mereka yang setia menderita hingga akhir akan mendapatkan kemuliaan. Di Minggu Sengsara III ini, kita membaca perikop Yesaya 52:13-53:12 yang berisi pengajaran tentang hamba Tuhan yang menderita sengsara, namun kesengsaraan itu bukan akibat perbuatannya. Ia menderita untuk melakukan kehendak Tuhan Allah demi menyelamatkan banyak orang. Ia dihina, dihindari, dipukul, ditikam, diremukkan, dan dianiaya. Semua penderitaan yang dipikulnya adalah bukti ketaatan dan kesetiaan-Nya kepada Tuhan Allah. Pada akhirnya, di balik penderitaan yang ditanggungnya ada kemenangan. Sekalipun ia amat menderita, namun karena kerelaan dan kesetiaannya pada akhirnya ditinggikan, disanjung dan dimuliakan.
- Gereja telah menjalani perjalanan panjang di tengah dunia ini. Tidak sedikit penderitaan, pergumulan, dan tantangan yang dihadapi. Namun demikian, gereja harus tetap hidup, bersaksi dan berkarya di tengah dunia ini dalam ketaatan dan kesetiaan hanya kepada Tuhan Allah. Teks ini memberikan teladan tentang bagaimana seharusnya gereja dan orang percaya hidup di tengah dunia. Hal yang paling penting adalah bahwa kita juga dapat belajar dari teladan Yesus Kristus yang menyerahkan diri-Nya taat sampai mati untuk melakukan kehendak Tuhan Allah demi menyelamatkan umat manusia dan dunia.
- Perikop ini mengingatkan kita untuk tidak berpura-pura menderita atau bahkan memainkan peran sebagai orang yang menderita (playing victim), padahal dalam kenyataannya tidaklak demikian. Pengajaran tentang penderitaan hamba Tuhan dalam perikop ini adalah nubuat yang akan membawa pengampunan, pembenaran, penebusan dan penyelamatan kepada manusia. Oleh karena itu, marilah kita mengoreksi diri, dengan sikap hati yang benar, yaitu mengikuti teladan hamba Tuhan Allah yang menderita dengan mengikuti teladan Yesus Kristus. Marilah kita sabar menanggung derita dan menguatkan mereka yang menderita.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Menurut Yesaya 52:13-53:12, siapakah hamba Tuhan yang menderita itu?
- Apa pemahaman saudara tentang penderitaan ? Berikan contoh!
- Bagaimana seharusnya cara orang percaya menghadapi penderitaan dan tantangan kehidupannya?
NAS PEMBIMBING: Yesaya 48:10
POKOK-POKOK DOA:
- Berdoa bagi jemaat yang tertekan akibat masalah dan penderitaan.
- Berdoa supaya Tuhan Allah memampukan para hamba-Nya untuk mengajak umat/jemaat sabar menanggung penderitaan.
- Berdoa bagi hamba Tuhan yang menderita menghadapi hidup penuh tantangan supaya kuat dan tetap taat melayani Tuhan allah.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA III
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Panggilan Beribadah: KJ No. 454 “Indahnya Saat Yang Teduh”
Ses Nas Pemb: NNBT No. 28 “Ya Tuhan Tolong Aku”
Pengakuan Dosa: KJ No. 28 “Ya Yesus, Tolonglah”
Pemberitaan Anugerah Allah: KJ. 37a “Batu Karang Yang Teguh”
Ajakan Untuk Mengikuti Yesus Dijalan Sengsara: DSL. 99 “Pikul Salib”
Persembahan: KJ No. 174b “Ku Heran Jurus’lamatku”
Nyanyian Penutup: DSL. 181 “Yang Menabur Dengan Tangis”
ATRIBUT : Warna Dasar Ungu dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib dan Mahkota Duri.