ALASAN PEMILIHAN TEMA
Saat ini kita sedang berada di tengah kemajuan dunia yang ditandai dengan kemudahan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain. Sangat berbeda dengan keadaan di masa lalu, di mana untuk menyampaikan informasi, Hukum Tua harus mengutus seorang warga berjalan ke seluruh kampung dengan suara yang nyaring mengumumkannya kepada semua masyarakat. Hal tersebut menjadi cara yang dipilih agar suatu informasi dapat disampaikan kepada masyarakat. Saat ini, dengan kemajuan teknologi informasi, Hukum Tua/Kepala desa ataupun pemimpin di semua kelompok, jemaat, kolom dan di desa, dapat dengan mudah menggunakan aplikasi Whatsapp dalam handphone untuk menyampaikan informasi. Demikian pula, dengan informasi yang jelas dan benar, masyarakat atau jemaat dapat mengetahui maksud dan tujuan penyampaian informasi tersebut. Contoh yang sangat jelas dapat dilihat ketika suatu kelompok orang hendak mengadakan kegiatan tertentu. Proses persiapan hingga pelaksanaannya dapat dengan mudah dikerjakan karena informasi penting disampaikan dengan jelas dan benar menggunakan sarana komunikasi canggih yang ada.
Dalam mempersiapkan para murid-Nya, dan orang-orang yang mengikuti-Nya, maka Yesus Kristus menyampaikan atau memberitakan kepada mereka segala sesuatu yang akan Ia lakukan dan alami, termasuk kematian-Nya. Di Minggu Sengsara Keempat ini, kita akan dituntun dengan tema “Yesus Memberitakan Kematian-Nya.”
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Injil Yohanes adalah salah satu dari empat Injil dalam Alkitab Perjanjian Baru yang berisi cerita tentang kehidupan, ajaran, mujizat, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus. Para ahli PB berbeda pendapat dalam menentukan siapa penulis Injil ini. Namun, siapapun penulisnya, Injil ini dituliskan kepada jemaat Kristen yang sementara berbeda pendapat dengan para pengikut Yohanes dan orang-orang Yahudi. Melalui Injilnya ini, penulis menggambarkan perjalanan hidup Yesus Kristus dari permulaan sampai pada penyaliban dan kebangkitan-Nya untuk keselamatan banyak orang.
Bacaan kita, Yohanes 12:20-36, adalah bagian dari keseluruhan Injil Yohanes yang menceritakan peristiwa ketika Yesus berbicara tentang kematian-Nya yang akan datang dan makna dari pengorbanan-Nya. Pemberitahuan tentang kematian Yesus seringkali sulit dipahami oleh para murid-Nya, yang pada saat itu masih memiliki pengharapan bahwa Mesias akan menjadi raja yang memerintah secara duniawi. Namun, Yesus menekankan bahwa kematian-Nya adalah jalan menuju kehidupan kekal dan kemenangan atas dosa serta maut. Dengan memberitahukan bahwa kematian-Nya akan tiba, Yesus menegaskan tentang penderitaan dan kematian-Nya sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa-Nya. Ini juga bentuk kesadaran akan misi-Nya, dan kasih-Nya yang besar bagi seluruh umat manusia. Selain itu, dengan memberitakan kematian-Nya, Yesus mengundang para pengikut-Nya untuk memahami dan menerima penderitaan sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah, dan untuk meneladani ketaatan serta pengorbanan-Nya.
Ayat 20-22 menjelaskan bahwa Yesus Kristus tidak hanya sosok yang penting bagi orang Yahudi tetapi juga bagi beberapa orang Yunani. Selain datang untuk merayakan Paskah, mereka ingin bertemu dengan Yesus. Mereka mendatangi Filipus yang kemudian bersama Andreas, menyampaikan permintaan itu kepada Yesus. Orang Yunani di sini mewakili bangsa-bangsa non-Yahudi yang tertarik untuk mengenal Yesus Kristus lebih dekat.
Yesus bertemu dengan mereka dan memberikan beberapa perkataan. Ia menegaskan bahwa telah tiba saatnya bagi Anak Manusia untuk dimuliakan (ayat 23). Pernyataan ini merujuk pada kematian-Nya di kayu salib, yang akan membawa kemuliaan bagi-Nya. Agar mereka mengerti perkataan Yesus, Ia menggunakan analogi biji gandum yang harus mati agar dapat menghasilkan banyak buah. Ini menggambarkan bahwa kematian-Nya akan membawa kehidupan bagi banyak orang. Gambaran ini juga hendak menjelaskan kepada mereka bahwa siapa yang mencintai nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi siapa yang membenci nyawanya di dunia ini akan mempertahankannya untuk hidup yang kekal (ayat 25). Kata membenci di sini menggunakan kata Yunani mison yang artinya: hate (benci, membenci); reject (menolak); dan not choose (tidak memilih). Kata ini bisa dipahami sebagai tindakan yang tidak memilih atau tidak menjadikan nyawanya atau kehidupannya sebagai yang utama. Dengan demikian, teks ini mengajak para murid dan pengikut Yesus untuk menyerahkan hidup mereka hanya kepada-Nya (ayat 24-26).
Pada saat itu, Yesus sedang menghadapi situasi yang membuat-Nya menyatakan bahwa jiwa-Nya terguncang. Tetapi Ia memilih untuk tidak meminta Bapa-Nya menyelamatkan-Nya dari penderitaan sebab justru untuk itulah Ia datang ke dalam dunia. Hal yang dilakukan Yesus ketika menghadapi keadaan genting ini adalah Ia berdoa agar Bapa-Nya memuliakan nama Bapa-Nya, dan suara dari surga terdengar, menegaskan bahwa nama Tuhan sudah dimuliakan dan akan dimuliakan lagi (ayat 27-30). Kemuliaan diberikan hanya kepada Allah Bapa. Apa yang Yesus lakukan ketika berada di saat genting adalah memuliakan Bapa-Nya dan taat kepada kehendak Bapa-Nya.
Pada ayat 31-33, penulis memaparkan bagaimana Yesus menjelaskan tentang keadaan saat itu dengan menyatakan bahwa sekarang adalah saat penghakiman bagi dunia ini, dan penguasa dunia (Yunani: archoun tou kosmou, artinya: ruler [penguasa]; demonic power [kuasa jahat]) akan disingkirkan atau dilenyapkan (Yunani: ekblethesetai; artinya: throw out [mengusir]; remove [menghapus, menyingkirkan]. Penyataan Yesus ini hendak menjelaskan kepada para pendengar-Nya, bahwa kematian-Nya akan membawa kemenangan atas dosa dan kuasa jahat. Ia juga menyatakan bahwa ketika Ia ditinggikan dari bumi melalui peristiwa penyaliban, Ia akan mengajak semua orang yang mendengar setiap ajaran-Nya untuk datang kepada-Nya. Ini memberi arti bahwa peristiwa penyaliban-Nya menjadi pusat penyelamatan bagi semua orang.
Pada bagian selanjutnya, ayat 35-36, penulis menjelaskan bagaimana orang banyak yang mendengar ini menjadi bertanya-tanya. Hal ini diakibatkan oleh karena mereka memiliki pemahaman yang berbeda dengan perkataan Yesus. Bagi mereka Mesias akan tetap tinggal selama-lamanya. Mereka bertanya bagaimana Yesus bisa mengatakan bahwa Anak Manusia harus ditinggikan. Yesus menggunakan metafora tentang terang (Yunani: phos) dan kegelapan (Yunani: skotia) untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kata phos secara literal berarti terang, namun secara metafor merujuk pada Tuhan Allah sebagai Sumber terang itu sendiri. Dengan demikian ini meujuk pada Yesus Kristus. Sementara itu, kata scotia berarti gelap, kegelapan. Kata ini secara figurative merujuk pada keadaan tidak adanya pemahaman religius dan moral. Suatu situasi yang jauh berbeda atau bertolak belakang dengan situasi phos. Yesus dengan tegas menasihati mereka untuk berjalan dalam terang sementara terang itu ada, agar mereka tidak menjadi anak-anak kegelapan. Kata berjalanlah, peripateite berarti walk (berjalan); behave (berperilaku); live (hidup); kind of life (jenis atau bentuk kehidupan). Nasehat Yesus untuk berjalan dalam terang mengaskan ajaka untuk hidup sesuai kehendak dan teladan yang telah ditunjukkan-Nya. Dengan demikian, ini juga adalah peringatan agar mereka percaya kepada-Nya sebelum terlambat (ayat 35-36).
Makna dan Implikasi Firman
- Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat. Ia datang ke dalam dunia untuk mewujudkan kasih Tuhan Allah yang tulus kepada manusia dan dunia, agar tidak ada yang binasa melainkan semua manusia beroleh hidup yang kekal. Dan inilah tujuan dari pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib.
- Kematian Yesus Kristus telah mendatangkan keselamatan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Kematian yang mendatangkan sukacita, kebahagiaan dan kehidupan kekal.
- Setiap orang yang percaya dan diselamatkan oleh pengorbanan dan kematian Yesus Kristus, terpanggil untuk tidak hanya percaya dan hidup dalam keselamatan, melainkan mewujudkannya dengan mengambil bagian dalam pelayanan-Nya di tengah dunia. Mengikuti Yesus Kristus dalam pelayanan-Nya bagi dunia menuntut ketaatan, kesetiaan, dan bahkan kesediaan untuk menyerahkan seluruh hidup kepada-Nya. Yesus Kristus mengatakan, bahwa barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa tidak mencintai nyawanya atau tidak mengutamakan kehidupannya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
- Melalui penderitaan dan kematian-Nya, Yesus Kristus dimuliakan dan melalui-Nya penghakiman atas dunia terjadi serta kemenangan atas dosa dan kuasa jahat dicapai. Yesus Kristus mengajak semua orang yang percaya untuk dengan sungguh-sungguh yakin kepada-Nya dan mengikuti-Nya, agar dapat menjadi anak-anak terang.
- Penghayatan akan sengsara Yesus Kristus, akan membuat kita semua teguh dalam iman dan percaya kepada-Nya. Inilah kekuatan untuk mengikuti dan melayani-Nya di sepanjang kehidupan kita.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI:
- Apa yang saudara pahami tentang “Yesus Memberitakan Kematian-Nya” menurut Yohanes 12:20-36?
- Mengapa masih ada orang Kristen yang meragukan tentang Yesus Kristus yang mati dan bangkit?
- Sebagai orang yang diselamatkan, apa yang akan kita lakukan sebagai bentuk ketaatan dan kesetiaan kita kepada Yesus Kristus?
NAS PEMBIMBING: Yohanes 12:23
POKOK-POKOK DOA
- Mendoakan mereka yang masih hidup dalam dosa.
- Mendoakan agar setiap orang yang diselamatkan dapat mengambil bagian dalam Persekutuan, Kesaksian dan Pelayanan.
- Mendoakan agar warga gereja diberikan kekuatan dan tahan mendrta dalam melaksanakan kesaksian imannya.
TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: MINGGU SENGSARA IV
NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ. No. 355 Yesus Memanggil Mari Seg’ra
Sesudah Nas Pembimbing dan atau Nyanyian Masuk: KJ. No. 34 Di Salib Yesus Di Kalvari
Pengakuan Dosa dan Pemberitaan Anugerah Allah: KJ. 178 Kar’na Kasih-Nya padaku
Ajakan untuk mengikut Yesus di jalan sengsara: KJ. No. 408. Di Jalanku ‘Ku Diiring
Pembacaan Alkitab: KJ. No.49. Firman Allah Jayalah.
Persembahan: KJ. 169 Pada Kaki SalibMu
Penutup: NKB No. 189 Pegang Tanganku
ATRIBUT Warna Dasar Ungu dengan Simbol XP (Khi-Rho), Cawan Pengucapan, Salib dan Mahkota Duri.