Martin Luther berkata “To be a Christian without prayer is no more possible than to be alive without breathing. Menjadi orang Kristen tanpa doa adalah sama tidak mungkinnya dengan hidup tanpa bernafas”. Karena dalam doa kita berkomunikasi dengan Tuhan. Sehingga menjadi perenungan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk berdoa? Adakah doa menjadi nafas kehidupan bukan hanya sekedar formalitas belaka? Dalam doa, sudakah kita mendoakan sesama kita?
1 Timotius 2 : 1 – 7, merupakan bagian dari surat yang di tulis oleh Rasul Paulus yang bersifat pribadi karena di alamatkan kepada Timotius, yang disebut Paulus sebagai anak yang sah di dalam iman (1 Timotius 1 : 1 – 2). Timotius bergabung dengan Paulus pada perjalanan kedua. Timotius, memiliki ibu seorang keturunan Yahudi yang beriman bernama Eunike, dan seorang ayah keturunan Yunani penyembah berhala. Sebab itu Paulus menugaskan Timotius di Efesus (1 Timotius 1 : 3), yang terdiri dari orang Yahudi dan non Yahudi.
Secara khusus, Paulus memberi nasihat dan mendorong Timotius menggerakan jemaat untuk : menaikkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, untuk raja-raja dan untuk semua pembesar. Frase ‘untuk semua orang’ dalam ayat 1 hendak mengingatkan Timotius bahwa dia dan jemaat Kristen berada dalam kehidupan bersama dengan orang lain. Jadi doa bukan hanya untuk kepentingan pribadi, diri sendiri tetapi untuk semua orang termasuk para pemimpin, agar dapat hidup tenang dan tentram dalam kesalehan dan kehormatan (ayat 1 – 3). Di sini kewajiban kita sebagai orang Kristen diringkas dalam dua kata: Pertama, Kesalehan yaitu menyembah Allah dengan benar. Kedua, Kehormatan yaitu perilaku baik terhadap semua orang. Keduanya harus berjalan bersama-sama.
Dengan mendoakan, umat Allah sesungguhnya sedang mewujudkan kepedulian dan kesaksian yang baik sebagaimana yang tertulis dalam ayat 3, itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah. Ketika kita berdoa untuk semua orang termasuk para pemimpin, itu menjadi kesaksian dan pemberitaan keselamatan dan kasih Allah. Sebagaimana Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (ayat 4). Jadi sekalipun situasi pada waktu itu sedang berada di masa pemerintahan Kaisar Nero (tahun 37 – 68 M) yang sangat jelas melakukan penindasan, penganiayaan bahkan pembantaian orang – orang Kristen, tetaplah menaikkan permohonan dalam doa dan ucapan syukur. Sebab mendoakan penguasa merupakan wujud pernyataan iman jemaat bahwa penguasa kejam yang tampak sangat berkuasa tetaplah makhluk ciptaan lemah yang perlu didoakan. Seperti yang diajarkan Tuhan Yesus dalam Khotba di Bukit, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Matius 5 : 44).
Selanjutnya, di ayatnya yang ke-5, Paulus mengangkat tentang salah satu pokok pengakuan iman Israel bahwa “Allah itu esa”. Karena orang Yahudi menganggap mereka paling benar dan Non Yahudi menganggap ada kebenaran lain selain Yesus, yaitu keselamatan dapat diperoleh dari pemujaan terhadap dewa-dewi. Sehingga Paulus menekankan keesaan Allah dalam Yesus Kristus yang adalah pengantara antara Allah dan manusia. Menunjuk pada keesaan dengan Kristus Yesus yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia (ayat 6). Hal ini berarti keselamatan Allah bersifat universal menjangkau segala suku bangsa dan seluruh aspek kehidupan manusia, sehingga di ayatnya yang ke-7, Paulus memberi penjelasan kepada Timotius, bahwa ia di tetapkan Tuhan sebagai pemberita, rasul, dan pengajar dalam kebenaran untuk memberitakan anugerah keselamatan dan kasih Tuhan bagi semua orang.
Sebagai pengikut Kristus kita terpanggil untuk menaikkan permohonan, berdoa syafaat dan mengucap syukur kepada Tuhan untuk semua orang termasuk para pemerintah sebab hanya di dalam doa ada ketenangan dan ketentraman. Bahkan doa merupakan hal yang baik dan berkenan kepada Allah. Melalui tema perenungan minggu ini, sebagai warga gereja dan warga negara kita terpanggil menaikkan doa untuk ketentraman bangsa. Maka perlu bagi kita selalu meneladani Yesus Kristus Sang Juruslamat untuk menghadirkan kasih di dalam dunia, dengan menjadi saksi yang memberitakan anugerah keselamatan lewat mendoakan dan mengambil bagian dalam pemilihan umum dari daerah sampai pusat pada tanggal 14 februari 2024. Kita yang terbatas berdoa kepada Tuhan yang kuasa-Nya tidak terbatas sehingga Pemilihan Umum berlangsung dengan tenang dan tentram, bersyukur untuk pemerintah yang ada, bermohon agar hikmat Tuhan yang menuntun siapa yang hendak dipilih, mendoakan yang nantinya terpilih maupun belum terpilih, juga mendoakan para penyelenggara Pemilu Damai dapat melaksanakan tugas dengan jujur, netral dan adil. Selamat kasih suara dan kasih sayang, Tuhan mengasihi kita semua.Amin.