PERISTIWA kematian sudah biasa terjadi di sekitar kita. Tetapi, menjadi tidak biasa apabila kita diperhadapkan dengan kematian orang yang kita kasihi. Kematian orang terdekat selalu meninggalkan luka dan duka yang mendalam. Karena itu, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih dari rasa duka tersebut. Tidaklah mudah menjalani hari-hari selepas kepergian orang yang kita kasihi. Apalagi, dalam suasana berkabung, biasanya kenangankenangan bersama orang yang kita kasihi itu semasa hidupnya, akan memenuhi pikiran kita dari waktu ke waktu. Hanya orang yang sudah pernah mengalaminya sendiri yang akan tahu persis bagaimana nelangsanya hidup ketika dia yang kita kasihi telah pergi untuk selamanya.
Saat para murid harus mendengar berita kebangkitan Yesus, mereka pastinya belum dapat mencerna secara utuh, maksud berita itu. Namun, tujuan utama dari injil ini adalah untuk menerangkan sejelas-jelasnya, bahwa kebangkitan itu adalah realitas (kenyataan). Bukan hanya suatu penglihatan, bukan isapan jempol semata dari imajinasi seseorang yang sedang bersemangat dan bergembira, tapi yang bangkit adalah Yesus yang telah mengalahkan maut. Karenanya, setelah mereka berjumpa dengan Yesus, mereka tidak bertanya lagi “siapakah Engkau”. Mereka justru medekati-Nya, memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. Mereka tahu bahwa Ia adalah Tuhan, Yesus yang hidup dan bangkit.
Sobat obor, Kristus dapat menghalau segala kegetiran dan ketakutan, saat kita benar-benar membuka diri untuk dituntunNya. Orang yang berjumpa dengan Yesus, akan merasakan kekuatan yang besar untuk berani melangkah. Perjumpaan Yesus dan para murid wanita, membangkitkan semangat dan perjuangan untuk segera mewartakan kabar baik yang mereka saksikan sendiri. Perasaan sedih dan kehilangan berganti dengan cepat lewat peristiwa paskah. Kini mereka menjadi murid yang pemberani dan penuh optimis. Dengan segera mereka mewartakan bahwa Yesus benar-benar menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan yang berkuasa atas hidup dan kematian. Yesus ingin agar kita melihat peristiwa paskah s