DALAM Perjanjian Lama kita mengenal istilah El-shaddai, Tuhan yang dahsyat dan berdaulat atas segala sesuatu. Segala ciptaan dimulai dari Dia, dan seluruh ciptaan yang ada di dunia ini berasal dari Dia. Karena itu betapa berharganya hidup manusia jika didasarkan kepada Allah dan bukan yang lain. Tapi pada kenyataannya, hidup dibawah otoritas Tuhan terlampau sulit bagi masyarakat modern saat ini. Hampir semua yang penting-penting dalam hidup manusia mulai kita ukur dalam ukuran-ukuran materi. Kesejahteraan atau kebahagiaan diukur dengan banyaknya target material yang dicapai. Status dan kedudukan dalam masyarakat diukur dengan materi yang mereka kuasai. Banyak yang kini terjebak dalam “over-materialistic”: hidup manusia menjadi dangkal, kosong, hampa, hambar, tanpa arah dan melayang-layang sebab semuanya hanya diukur dan dinilai dengan materi. Makanya jangan heran jika timbul kejahatan dimana-mana. Terror-meneror, bunuh membunuh, perampokan, korupsi dan perang. Hidup menjadi over-materialistic karena uang, kekuasaan dan dendam.
Mari kita perhatikan apa yang Maleakhi katakan dalam perikop ini: “Ia akan duduk seperti orang yang mentahrikan perak; dan Ia akan mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan”. Nabi Maleakhi hendak mengingatkan umat agar menanggalkan segala perbuatan-perbuatan dosa dan kecemaran, supaya mereka layak dimurnikan dan dibersihkan. Ketika mereka membuka diri untuk dimurnikan dan dibaharui olehNya, mereka layak mempersembahkan korban yang benar di hadapan Allah.
Sobat obor, menghindari diri dari sikap ‘over-materialistic’, sikap sombong dan cemburu merupakan bentuk kesiapan kita untuk menyambut kedatanganNya. Kita diingatkan agar tidak lagi memelihara kebiasaan-kebiasaan buruk yang justru mendatangakan dosa. Pengharapan akan kedatangan Mesias, justru harus membuat hidup kita menjadi lebih berguna, lebih baik, lebih bergairah, dsb. Kita diingatkan agar tidak mengukur kebahagiaan lewat materi dan harta benda. Tapi, selalu menyadari bahwa kebahagiaan manusia hanya didapatkan melalui Allah. Amin (MT)