Markus 2:6-7
(6) Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya:
(7) ”Mengapa orang ini berkata begitu? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?”
YESUS telah menjadi seorang guru yang terkenal dan banyak orang ingin mendengar ajaran-Nya. Kondisi di Kapernaum saat itu memang sangat ramai sehingga tidak ada tempat kosong baik di dalam maupun di luar rumah. Orang-orang berkumpul untuk mendengarkan firman Allah yang diajarkan oleh Yesus. Namun selain mengajar, Yesus menyatakan mujizatNya di depan banyak orang. Ia menyembuhkan orang lumpuh, baik secara fisik maupun mental. Yesus mengampuni dosa-dosa orang lumpuh itu. Sekalipun tindakan tersebut dianggap sebagai suatu pelanggaran.
Bagi para Ahli Taurat, pengampunan yang dilakukan Yesus telah menjadi batu sandungan. Mereka tidak bisa menerima kalau Yesus berani mengampuni dosa. Mangampuni dosa hanyalah hak Allah pribadi. Karena itu, apa yang Yesus lakukan dianggap sebagai bentuk penghujatan kepada Allah. Terhadap tuduhan mereka, Yesus tidak tinggal diam. Yesus balik bertanya kepada mereka: “manakah yang lebih muda mengatakan, dosamu sudah diampuni, atau mengatakan bangunlah dan berjalanlah”. Para Ahli Taurat begitu yakin bahwa tak ada seorang sakitpun yang dapat bangun dan berjalan kecuali dosa-dosanya diampuni. Mereka sungguh percaya akan sakit yang disebabkan oleh dosa. Sobat obor, keberanian Yesus untuk mengampuni dosa manusia adalah benar. Dengan tindakaNya itu maka jelaslah bahwa Yesus memang mampu membawa pengampunan terhadap jiwa seseorang dan juga mampu membawa kesembuhan terhadap jasmani seseorang. Dan sampai sekarangpun adalah benar bahwa kita tidak akan memiliki tubuh yang sehat kalau jiwa kita tidak sehat. Kesehatan jasmani berkaitan erat dengan kedamaian jiwa di dalam Tuhan. karena dibalik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Oleh karena itu, kita harus mengerti bawah pengampunan dosa merupakan karunia Allah yang besar. Yesus dengan rela mengampuni dosa orang lumpuh itu tanpa syarat. Ini mengingatkan kita, bahwa kita semua membutuhkan pengampunan Allah. Kita bersyukur atas karunia-Nya yang begitu besar. Amin (MT)