SOBAT obor, pernahkah kita memperhatikan lilin yang menyala keil.0 tidak ada penerangan listrik? Terasa sangat berguna sekali lilin kecil yang menyala di tengah kegelapan itu. Dimulai saat api dinyalakan pada sumbunya, maka detik demi detik, jam demi jam berlalu, ia akan terus menerus bersinar, entah diperhatikan atau tidak. Dihargai atau tidak ia akan tetap menyala walaupun tak seorangpun mengucapkan terima kasih padanya. Berbuat baik, harus dikenakan pada falsafah lilin ini. Mungkin inilah yang dinamakan tidak jemu- jemu berbuat baik. Dihargai atau tidak, kita tetap akan berbuat baik. Ya, berbuat baik itu sebenarnya adalah bagian dari nurani manusia. Nurani artinya perasaan dasar yang pasti ada dalam diri manusia. Berbuat baik juga adalah kesempatan. Kesempatan untuk menjadi berkat bagi sesama.
Namun, sayangnya ada orang yang tak mau berbuat baik. Mungkin karena terlalu sering dikecewakan, apalagi saat perbuatan baik yang kita lakukan sering tidak mendapat respon yang diharapkan. Begitu juga saat kita melakukan perbuatan baik, terkadang hal- hal buruk malah menyertai entah itu hinaan, cercaan, cibiran, fitnah dan lainnya. Kita lalu mulai merasa bosan berbuat baik, mulai berpikirseribu kali saat hendak berbuat baik, dan akhirnya berhenti berbuat baik.
Sobat obor, berbuat baik sebenarnya adalah identitas orang yang diselamatkan Tuhan Yesus. Karena kita mendapat keselamatan itu dari perbuatan baik anugerah Allah yang tak membedakan siapa kita. Dengan demikian, perbuatan baik itu haruslah tak berpikir menerima pamrih. Karena Allah menyelamatkan kita tanpa melihat identitas dan latar belakang kita. Maka Paulus mengingatkan kepada umat agar jangan jemu- jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai. Kesempatan kita untuk berbuat baik bagi kita di dunia ini sebenarnya tidaklah lama, karena tak seorangpun manusia yang dapat mengetahui batas hidupnya. Seperti lilin yang menyala, meski habis tubuhnya, berbuat baiklah selagi masih ada kesempatan. Amin (DLW)