SETIAP penabur yang menabur benih di tanah, tidak punya daya untuk menumbuhkan benih. Mereka berusaha untuk mengemburkan lahan. Memusnahkan hama. Menaman sesuai waktu. Tapi tak satupun yang punya hak untuk memberi pertumbuhan pada setiap benih. Untuk itu mereka was-was, cemas jika benih yang di tabur tidak berbuah lebat. Begitu juga dengan kehidupan yang kita alami. Kadang kita cemas, kuatir jika kita tidak menghasilkan buah dalam kehidupan ini.
Dalam bagian bacaan ini, Yesus memberi gambaran tentang tanaman anggur yang buahnya tergantung dari kondisi pohon. Dari tanaman anggur kita bisa mendapat ide tentang makna relasi manusia dengan Tuhan. Artinya, dalam pucuk-pucuk yang baru muncul, yang nantinya akan menjadi ranting-ranting, haruslah dijaga baik oleh petani sehingga menghasilkan buah dan bunga. Kalau tidak diperhatikan, maka ranting-ranning itu akan mati dan tidak menghasilkan buah apapun. Pokok anggur merupakan tanaman yang minta banyak perhatian jika ingin berbuah banyak. Tanaman ini begitu subur, sehingga jarak tanam antara satu dengan lainnya, harus 12 kaki, karena ia merambat dengan cepat diatas tanah. Pohon anggur yang mudah tidak boleh berbuah selama 3 tahun pertama, dan tiap tahun ia harus dipangkas secara drastis untuk menyimpan kekuatannya. Bila sudah dewasa ia dipangkas pada bulan desember atau januari. Ia punya dua macam ranting. Yang berbuah dan tidak berbuah. Ranting yang tidak berbuah dipotong, agar supaya tidak menghambat dan menghabiskan kekuatan pohon itu.
Sobat obor, melalui gambaran ini, Yesus mau mengungkapkan bahwa pengikutnya juga demikian. Beberapa pengikutnya merupakan ranting-ranting yang berbuah lebat, sedangkan yang lain tidak ada gunanya karena tidak berbuah. Kita diajak untuk menjadi pohon anggur yang berbuah lebat. Kita diajak agar hidup ini bisa berbuah dan berguna bagi sesama. Kita diajak untuk bersyukur karena Tuhan memberikan kita kesempatan untuk merawat hidup ini. Sehingga kita berbuah lebat bagi banyak orang. Amin (MT)