SOBAT obor, pernahkah kita merasa tidak diperdulikan orang? Merasa orang yang ada di lingkungan kita begitu egois karena tidak mendengar keluh kesah kita? Atau ada pula yang merasa apa yang menjadi gagasan tidak pernah diapresiasi dengan positif? Dalam politik kita sering mendengar ada wakil rakyat yang tidak sensiitif dalam mendengar dan menyuarakan kehendak rakyat. Kekecewaan muncul atas sikap para politisi yang jelas mengkhianati suara rakyat. Bukannya memperjuangkan aspirasi publik, mereka justru semakin jauh dari suara rakyat. Sering kali kita ingin terlalu cepat berbicara tanpa terlebih dahulu dilatih untuk mendengar. Tuhan memberikan kepada kita dua telinga, namun hanya satu mulut. Itu berarti bahwa kita harus terlebih dahulu terlatih untuk mendengar sebelum kita berbicara. Mendengar itu bukanlah sekadar persepsi indrawi, tapi merupakan suatu sikap hati.
Umat Tuhan dalam bacaan ini, digambarkan sebagai umat yang tidak peka pada suara dan maksud Tuhan. Melalui Musa, Allah menyatakan diri-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Ini dimaksudkan agar umat Israel peka dan bisa memberikan respon. Namun mata mereka telah buta dan telinga mereka telah tuli untuk bisa melihat dan mendegar akan maksud Tuhan. Sapaan Tuhan tidak dipahami, sehingga akhirnya sikap acuh tak acuh yang nampak.
Sobat obor, orang yang peka secara spiritual akan mendengar suara Tuhan. Tidak selalu mudah untuk mendengar suara Tuhan di tengah dunia yang semakin bising. Mendengarkan adalah disiplin spiritual dan keterampilan yang harus terus dipelajari. Bagaimana kita belajar mendengarkan suara Tuhan di saat-saat seperti ini? Kita harus belajar untuk diam dan siap mendengarkan suara Tuhan. amin (bfp)