SOBAT obor, mungkin kita pernah menghadiri acara pernikahan sahabat atau saudara kita yang salah satu pasangannya adalah anggota TNI/Polri. Beberapa instansi militer Indonesia dikenal punya tradisi unik dalam prosesi pernikahan para anggotanya, yaitu dengan menyambut kedua mempelai dengan pedang pora. Dari rangkuman beberapa sumber di peroleh bahwa Upacara Pedang Pora adalah suatu perayaan pernikahan bagi seorang alumni/lulusan Akademi Ilmu Pemasyarakatan dan Politeknik Ilmu Pemasyarakatan yang dilaksanakan dalam rangka melepas masa lajang dengan diiringi rangkaian pedang berbentuk gapura yang dibentuk oleh hunusan pedang dari rekan-rekan.
Sobat obor, jika dalam tradisi ini, kedua mempelai dijemput dengan pedang. Demikian juga dalam kisah ini. Yudas dan rombongannya menghampiri Yesus di taman dengan membawa pedang. Jika di dalam tradisi Pedang Pora, pedang dimaknai dengan positif, namun dalam kisah Alkitab ini pedang merupakan senjata ancaman bagi yang dijemput. Setelah Yesus menyelesaikan doa di taman Getsemani (43), datanglah sekelompok orang untuk menangkap Dia (43-46). Salah seorang di antara mereka adalah Yudas (43), yang notabene merupakan salah seorang dari murid Yesus sendiri. Dengan menjumpai Yesus dengan membawa rombongan yang membawa pedang dan petung, seolah-olah Yesus itu adalah penyamun (48).
Sobat obor, Yesus adalah pribadi yang kemana-mana berbuat baik. TanganNya memberi makan yang lapar, merangkul yang tersisihkan, mengangkat yang jatuh, menyembuhkan orang malah dianggap sebagai ancaman dan olehnya dijemput dengan memaki pedang dan pentung. Dan semua rencana ini bermula dari pemufakatan jahat ahli-ahli Taurat dan tua-tua bersama Yudas. Sungguh ironis, mereka yang disebut tokoh agama malah kemudian menjadi perencana dalam suatu kejahatan. Jika Yudas menjemput Yesus dengan membawa pedang dan pentung. Bagaimana dengan kita? Adakah diantara kita yang menjumpai Yesus dengan “tangan yang berisi apa?” Apakah berisi sesuatu yang akan menyakiti-Nya atau menyenangkan-Nya?. Amin. (bfp)