ADA awalnya, kekristenan hanya komunitas kecil. Dalam catatan perikop kita ini, mereka hanya 120 orang saja. Namun lihatlah bagaimana kelompok kecil ini kemudian bertumbuh jadi saksi-saksi Tuhan yang berani. Petrus memahami pekerjaan Tuhan ini, harus berkelanjutan sehingga pasca kematian Yudas. Posisinya harus diganti. Dan untuk mengantikan posisi Yudas, maka yang dipilih haruslah benar-benar orang yang mau jadi saksi Tuhan. Ada yang menarik dalam proses pemilihan pengganti Yudas ini. Ditetapkanlah kriteria bahwa yang bisa dipilih adalah ia yang bersama-sama dengan kesebelas murid itu, serta yang hadir dan mengikuti perjalanan Yesus sejak baptisan hingga kenaikan-Nya ke sorga. Mereka adalah murid-murid yang sempat takut, kecewa dan lari dari Tuhan. Namun di dalam kekurangan itulah nyata kuasa Tuhan.
Sobat obor, murid-murid yang rapuh itu dipulihkan dan mereka menjadi saksi. Kesaksiannya benar karena bukan untuk mencari keuntungan sendiri, melainkan menyaksikan dan meneruskan karya Yesus Kristus. Mereka berbela rasa memulihkan yang sakit dan terpinggirkan. Mereka menyuarakan pertobatan dan pengampunan di dalam nama Yesus sebagaimana amanat Yesus ketika memulihkan mereka. Mereka tidak mengambil keuntungan sedikit pun dari apa yang namanya kesaksian. Bagaimana dengan kesaksian kita, kesaksian gereja kita? Kita tidak pernah bisa bersaksi dengan benar apabila: tidak mengalami perjumpaan dengan Yesus yang memulihkan kita dari kerapuhan kita, tidak bertekun dalam pengajaran dan tidak mengandalkan kuasa Roh Kudus!
Sayangnya, dunia modern membuat kita menjadi manusia-manusia yang begitu sibuk. Kita begitu sibuk dengan pekerjaan, keluarga, pelayanan yang sifatnya rutinitas. Namun kita lupa bahwa ditengah kesibukan tersebut kita tetap dapat mengerjakan tugas dan tanggung jawab kita sebagai murid Kristus. Dengan bersaksi sebagai murid Kristus dan dengan saling mengasihi. Kerajaan ini tidak datang dengan senjata dan kekuatan militer. Kerajaan ini datang dengan mengubah orang-orang berdosa menjadi pengikut Kristus. Amin (BFP)