SOBAT obor, dalam sebuah seminar, seorang peserta mengungkapkan tentang sebuah peristiwa yang pernah dialaminya di masa lalu. Peristiwa itu begitu menyakitkan hati karena perilaku seseorang yang tidak manusiawi dan sungguh- sungguh merendahkan martabatnya. “Aku mau melupakan peristiwa itu dan mengampuni pelakunya!”, katanya dengan suara yang gemetar menahan tangis dan kelihatan marah. Selesai memberi kesaksian, dengan lembut pembawa materi berkata kepadanya: “Kamu belum sepenuhnya mengampuninya!”.
Cara kita memulihkan diri atas peristiwa yang menyakiti hati di masa lalu bukan dengan melupakan semuanya dari pikiran kita. Karena selagi hidup dan berpikir, mustahil bagi kita mengosongkan memori kita dari apapun yang terjadi. Demikian juga, dosa atau perbuatan jahat kita di masa lalu tak selamanya harus kita lupakan seluruhnya. Jadi apa gunanya? “Dan kamu akan teringat-ingat kepada kelakuanmu yang jahat dan perbuatan-perbuatanmu yang tidak baik dan kamu akan merasa mual melihat dirimu sendiri karena kesalahan-kesalahanmu dan perbuatan-perbuatanmu yang keji” (ayat 31). Tuhan mengatakan kepada kita bahwa dosa-dosa dimasa lalu harus membuat kita mengoreksi diri untuk hidup sekarang yang lebih baik. Perbuatan keji di masa lalu membuat kita malu dan hancur. Betapa buruknya pribadi kita yang berdosa. Inilah langkah-langkah kita menuju pertobatan: mengingat-ingat kelakuan kita yang jahat, merenungkan dengan sungguh akan dosa-dosa yang kita telah perbuat dan melihat kembali dengan terperinci. Lihatlah apa yang senantiasa menyertai pertobatan sejati, yaitu merasa muak dengan diri sendiri, melihat betapa kamu telah menjadikan dirimu menjijikan di hadapan Allah. Tapi tentu saja dengan satu tekad: tidak akan pernah mengulangi dosa dan berjanji untuk hidup kudus dalam pertobatan. Tahun baru ini harus direfleksikan dengan cara seperti ini. Masa lalu menjadi sebuah pelajaran, dan masa depan adalah sebuah tantangan untuk hidup dalam Tuhan. Amin. (DLW)