SOBAT obor, kisah Injil bercerita kepada kita bahwa Yesus ketika disalibkan, Yesus disalibkan bersama dua orang penjahat. Ini bukan sesuatu yang kebetulan melainkan sesuatu yang sudah dinubuatkan
jauh sebelumnya (Yes 53:12b). Seorang penafsir menjelaskan posisi tengah saat itu dianggap sebagai yang paling jahat di antara para penjahat yang disalib. Demikianlah Kristus disalibkan di antara para penjahat sekalipun Ia adalah orang benar, supaya kita yang adalah penjahat, dibenarkan oleh Allah. Adalah suatu kehormatan jika seseorang mati bersama-sama dengan para pahlawan atau pejuang yang membela kebaikan. Namun dengan kematian dikelilingi para penjahat maka bisa dipastikan ini adalah suatu penghinaan. Yesus yang agung dan mulia, yang dalam hidup-Nya berkeliling melakukan kebaikan. Namun disaat mati, ia tidak dikelilingi oleh para raja, atau orang orang hebat dizaman-Nya tapi malah diperlakukan dengan semena-mena. Bahkan dua penyamun yang ada disamping kiri dan kanan Yesus, malah ikut mencela keberadaan Yesus. Mereka layak dihukum mati, tetapi Yesus tidak. Diatas Gogolta itulah diperlihatkan, bahwa ada orang yang tak bersalah namun bersedia menangung kesalahan. Tapi juga ada orang yang bersalah namun tidak menyadarinya.
Sobat obor, bukankah tiga salib di Golgota itu adalah gambaran kemanusiaan kita sebagai umat Tuhan? Kita bagaikan dua penjahat, yang memang layak menerima hukuman karena kesalahan yang diperbuat. Namun begitu mudah untuk menilai keberadaan orang lain. Tentu musibah bisa sama dialami semua manusia, tapi tidak semua musibah disebabkan karena kesalahan orang tersebut. Kita begitu mudah menjadi hakim atas kehidupan orang lain; menilai mereka dan mengolok-olok orang lain jika jatuh. Tanpa sadar bahwa diri sendiri adalah “penyamun”.
Sobat obor, janganlah kita termasuk kategori orang yang senang kalu melihat orang susah dan susah melihat orang senang. Biarlah kita menjadi pribadi yang peduli saat ada yang disekitar kita mengalami kesusahan, karena dengan demikian kita menjadi murid-Nya yang baik. Amin. (BFP)