Penulis : Pdt. Deni Leiden Waljufri, S.Th
SOBAT obor, tahun kembali berganti. Kita memasuki tahun 2023 dengan penuh syukur. Syukur karena kita masih diberi kesempatan untuk hidup. Syukur karena kita tahu jaminan keselamatan dari Tuhan Yesus untuk kita tak akan pernah lekang oleh waktu. Apa yang sudah kita persiapkan tahun ini? Apakah kita sempat berdoa tadi malam saat pergantian tahun. Atau kita lebih sibuk dengan persiapan pesta malam tahun baru, petasan, makanan yang berlimpah bahkan minuman yang tak jarang menimbulkan masalah. Sadar atau tidak, persiapan kita lebih banyak berorientasi pada hal-hal lahiriah. Sebagian kita mungkin cemas kalau di perayaan tahun baru kita tak memiliki makanan yang berlimpah. Sebagian juga mungkin menyediakan minuman yang menguras kantong yang telah disimpan berbulan-bulan. Bahkan, pakaian menjadi alasan kita untuk merasa mood ke gereja di tahun baru. Kita haru sadar bahwa, semua itu begitu fana. Begitu banyak energi terkuras untuk hal yang segera habis, tapi kita lupa melihat dan mempersiapkan hal kekal yang berasal dari hati atau jiwa kita.
Bagian kedua pasal 36 kitab Yehezkiel memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai motivasi Allah untuk kembali memberikan pengharapan kepada bangsa Israel; bukan karena Israel yakni dirinya sendiri layak mendapatkan pemulihan, tidak pula karena Israel telah berbuat baik, tetapi semata-mata karena Allah ingin menguduskan nama-Nya kembali. Ketika bangsa Israel dihukum, maka Allah dianggap tidak menepati perjanjian-Nya dengan Daud. Sikap ingkar janji bertentangan dengan kekudusan Allah karena di dalam kekudusan hanya ada kesempurnaan, kebaikan dan kesetiaan. Ini menjelaskan OBOR 17 mengapa cemoohan bangsa-bangsa kafir merupakan pencemaran nama Allah yang kudus. Kini Allah ingin menunjukkan bahwa diri-Nya tetap kudus. Ia menghukum bangsa Israel seakan-akan mengingkari janji-Nya, justru karena Ia kudus. Namun demikian, Ia tidak mungkin diam ketika bangsa- bangsa lain salah menafsirkan hukuman Allah sebagai tanda ketidaksempurnaan-Nya. Ia kembali menyelamatkan Israel dengan kekuasaan-Nya. Nama Allah harus ditinggikan oleh segala bangsa. Inisiatif Allah ini yang disebut kasih yang tak bersyarat. Ia tidak melihat latar belakang Israel tapi Ia melihatnya sebagai umat yang membutuhkan belas kasih. Meskipun mereka berdosa dan mempermalukan Allah, tapi mereka tetap menerima anugerah dan pemulihan dari Tuhan.
Anugerah Allah yang berupa penyelamatan bagi bangsa pilihan-Nya ini harus dibarengi dengan respon yang tepat. Allah tahu umat-Nya terbatas untuk mengusahakannya sendiri. Maka Allah mengaruniakan lagi hati dan roh yang baru bagi mereka. “Kamu akan kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh- Ku akan kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan- peraturan-Ku dan melakukannya”. Ternyata hati yang baru juga adalah anugerah Tuhan. Demikian pula dengan roh yang baru. Hati dan roh yang baru ini dibutuhkan untuk menjawab anugerah penyelamatan Tuhan. Karena apalah gunanya pemberian Tuhan yang berharga kalau umat tidak memahami dan membuka hati terhadap belas kasih Tuhan ini. Jadi, pemulihan yang Tuhan akan lakukan bagi umat pilihan-Nya Israel, bukan sekedar bangunan atau kota yang baru, bukan juga sekedar upacara keagamaan yang merdeka, tapi lebih dari itu, pemulihan dari Tuhan bukan sekedar reformasi (perubahan bentuk), tapi transformasi (perubahan yang bersifat dari dalam ke luar) hati.
Sobat obor, memasuki tahun baru, kita harus betul- betul melakukan transformasi hati. Kenali setiap pelanggaran dan dosa di tahun yang sudah berlalu, dan kita harus memiliki kesadaran untuk menyesalinya. Baru setelah itu, kita mengikrarkan janji atau komitmen yang baru di tahun yang baru. Mengapa orang begitu peduli dengan fisiknya tapi sering kali menganggap remeh hati dan jiwa? Pemulihan diri di tahun baru harus bersifat menyeluruh baik jasmani maupun kerohanian dan iman di hadapan Tuhan. Amin (DLW)