SOBAT obor, pernahkah kamu merasa sangat lelah karena menunggu kekasih hati yang tak kunjung memberikan kepastian terhadap hubungan kalian? Atau, pernahkah kau pernah merasa sangat lelah untuk menunggu kedatangan seseorang yang selalu kau sebut namanya dalam doa? Berbicara cinta, memang unik. Bila ingin mendapatkan sesuatu yang diinginkan terkadang orang perlu menunggu lama. Namun hal tersebut terasa sia-sia jika tidak ada hasil yang menyenangkan setelah lama menunggu. Waktu merupakan hal utama yang akan dibuang ketika orang-orang memutuskan untuk menunggu. Tak hanya waktu, namun tenaga dan materi juga bisa terbuang karena menunggu hal yang sia-sia. Terkadang kita merasa lelah saat menunggu hadirnya cinta di hati kita. Moment di mana kita menanti atau menunggu kekasih pujaan datang dan memastikan kelanjutan hubungan kita memang sangat melelahkan. Apalagi, jika kekasih atau orang tercinta tak menunjukkan tanda-tanda bahwa akan membawa hubungan kalian ke arah yang lebih serius. Tapi tahukah kita bahwa menunggu sesugguhnya merupakan bukti cinta sejati? Kita harus bersyukur jika ada orang yang mau menunggu kita di dunia ini. Itu pertanda bahwa kita adalah orang penting bagi dirinya. Memang, menunggu dan menanti cinta sejati adalah bukti dari kesabaran serta kesungguhan akan sebuah rasa yang disebut cinta, dan waktu adalah alat uji kesetiaan.
Sobat obor, berbicara menunggu atau menanti, kurang lebih 400 tahun, masa antara akhir Perjanjian Lama (PL) dan awal Perjanjian Baru (PB), Tuhan tidak menyatakan firman pada umat Israel. Umat tidak memperoleh wahyu dari Tuhan. Para pakar Alkitab menyebut masa ini dengan sebutan “masa sunyi”. Masa dimana umat tidak memperoleh wahyu atau penyataan dari Tuhan, sehingga umat sangat menanti-nantikan datangnya penyataan Allah di dalam kehidupan umat. Dan akhirnya penyataan itu datang melalui Yesus Kristus. Allah akhirnya menjumpai umat-Nya. Itulah sebabnya kitab Injil Markus diawali dengan pernyataan : “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah”. Yohanes Pembaptis kemudian menjadi pelopor atau perintis jalan bagi kedatangan Yesus. Kehadiran Yohanes Pembaptis mengarahkan umat pada siapa yang akan datang nanti, yakni Yesus. Dia ini tokoh yang jauh lebih besar yang diberitakan oleh Yohanes sendiri. Sehingga Yohanes mengatakan mengenai yang akan datang: “Sesudah aku akan datang Ia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus”.
Kepada Dia yang akan datang itu, maka umat harus mempersiakan diri. Persiapan diri itulah yang dimaksud Yohanes dengan bahasa “bertobatlah”. Tentu ajakan untuk bertobat akan kedengar aneh, bagi bangsa Yahudi yang merasa bangga dengan status mereka sebagai bangsa pilihan Allah. Berita ini akan mendobrak kebiasaan lama dan kemapanan yang ada. Mereka yang ingin mempertahankan status quo akan merasa risih dengan berita ini. Status sebagai “bangsa pilihan Tuhan”, membuat ada “kesombongan rohani” untuk merasa tidak perlu bertobat. Tapi dalam hati yang rindu akan pengampunan, berita ini jadi berita sukacita, suatu berita yang dinanti-nantikan karena membawa kelegaan.
Sobat obor, saat ini umat Kristen sedang mempersipakan hari kelaharin Yesus Kristus , Tuhan dan Juruselamat dunia. Masa persiapan tersebut yang kita sebut dengan Minggu Advent. Di dalam Minggu Advent ini terkadung sebuah harapan agar umat Tuhan, termasuk kita kaum muda gereja dapat mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Pertanyaan bijak bukanlah “kapan so Yesus mo datang?”, melainkan ”bagaimana kita mo sambut pa Yesus?”. Ada suara dari padang gurun yang perlu kita dengar : “Bertobatlah”. Seperti kita akan mempersiapkan segalanya untuk bertemu dengan kekasih hati kita, maka demikian juga “Persiapkanlah hati kita, dan sambutlah Yesus”. Berita Yohanes Pembaptis ini telah melintasi segala zaman, namun tetap relevan. Masih ada saja orang yang hidup nyaman dalam dosa, sehingga jangan anggap enteng berita ini, jangan keraskan hatimu. Jangan biarkan diri kita dijumpai di dalam “kekotoran dosa”. Amin (bfp)