Penulis : Pdt. Deni Leiden Waljufri, S.Th
SOBAT obor, apa yang terasa sangat berbeda dalam dunia yang kita tinggali saat ini dibandingkan beberapa dekade sebelumnya? Kalau rekan pemuda berusia di rentang belasan sampai dua puluhan tahun saat ini, kita bisa memperhatikan ada perubahan drastis selama kurun sepuluh tahun terakhir dalam hal keterbukaan informasi media. Ya, salah satunya tentang mudahnya mengakses berita apa saja secara realtime. Kejadian apa saja di seluruh dunia dapat tiba di tangan kita dalam sepersekian detik. Dan biasanya yang langsung viral adalah hal-hal negatif. Fakta kemudian menunjukkan, betapa jahatnya manusia. Perundungan (bully), caci maki, saling serang secara verbal sudah menjadi bagian dari hidup manusia sekarang. Disana begitu banyak orang Kristen yang terlibat dan sepertinya tak terlihat lagi kasih itu, begitu mudah sebuah relasi hancur hanya karena ketikan jari di gadget kita. Dunia ini sungguhsungguh membutuhkan pemulihan.
Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia menuliskan dengan gamblang tentang bagaimana memulihkan hubungan sesama murid Kristus kalau berhadapan dengan perselisihan. Maklumlah, di zaman itu pun, sesama orang percaya saling berselisih paham tentang hal- hal yang seharusnya tidak usah dipersoalkan. Misalnya, ada guru- guru palsu yang mengajarkan bahwa mereka harus menaati hukum taurat agar dapat menjadi anak- anak Allah. Heloouu! Begitu kira-kira sindir Paulus kalau ia hidup di zaman sekarang. Tuhan Yesus sudah membeli manusia dengan darah-Nya sehingga manusia bebas dari kutuk dosa. Kenapa kalian masih saja ribut dengan persoalan tentang taurat seperti makanan, hari dan sebagainya? Tuhan kita bukan Allah yang mengurus makanan, minuman atau hari tertentu untuk menyelamatkan manusia, karena karya-Nya jauh lebih hebat dari itu, yakni la datang dengan mengorbankan diri-Nya dengan kematian di kayu salib, dan lebih lagi dari itu, la bangkit dari maut supaya kita semua selamat.
Itulah sebabnya, sebagai orang yang menerima selamat karena anugerah, cara kita menghadapi persoalan adalah dengan melakukan hukum Kristus! Apa hukum Kristus itu? Itulah Kasih. Kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap sesama. Kalau seorang didapati berdosa, maka kita yang benar harus merangkulnya dalam kasih Tuhan. Karena kalau kita menghakiminya, berarti kita juga tenggelam dalam dosa yang sama. Kebanyakan orang memperlakukan orang lain yang dianggap berdosa dengan menjauhinya. Prasangka kita telah terlebih dahulu menghalangi kasih Tuhan. Pemuda yang tidak pernah beribadah, yang duduk minum alkohol bersama dunianya sendiri, harus kita rangkul dengan lemah lembut. Mungkinkah? Pastilah bisa. Kalau belum pernah dicoba, mana bisa kita membuktikannya. Setiap orang harus menguji dirinya. Kata Paulus, menguji pekerjaannya sendiri. Artinya, seorang hamba Tuhan yang baik tidak boleh langsung menghakimi orang lain karena pekerjaannya, tapi seharusnya mengoreksi diri terlebih dahulu apakah saya sudah berbuat benar atau tidak. Banyak orang yang matanya sigap sekali memperhatikan orang lain, jarinya cepat sekali menunjuk kekurangan orang, tapi sulit sekali memeriksa kekurangan sendiri. Perilaku seperti ini sering sekali menghancurkan relasi teristimewa dalam relasi pekerjaan di mana kebersamaan atau kerja tim sangat dibutuhkan. Tema perenungan minggu ini ditekankan pada pemulihan terhadap hubungan kerja harus berdasarkan firman Tuhan. Karena kalau tidak, orang akan mempertahankan egoisnya masing- masingtanpa berusaha membantu satu dengan yang lain. Setiap orang percaya harus mempertanggung jawabkan apa yang dikerjakannya, karena barang siapa menabur dalam daging, ia akan menuai kebinasaan. Tapi barang siapa menabur dalam roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari roh itu.
Akhirnya, Paulus sesungguhnya sedang menekankan tentang Kristus. Karya Allah dalam Kristus sudahfinal dan tak boleh diganggu gugat lagi, apalagi karena hal sepele, bukan substantif. Semua yang kita kerjakan, harus berdasarkan kasih Allah yang dikerjakan untuk kita. Jangan ada orang yang memegahkan dirinya sendiri, apalagi tak mau memulihkan hubungan dengan sesama karena merasa diri benar. Kasih karunia Yesus Kristus menyertai kamu. Amin (DLW)