Penulis : Pdt. Belly F. Pangemanan MTh.
SOBAT obor, pernahkah kita mengalami kondisi seperti ini yaitu saat kita sedang menjalani proses “pedekate” pada seseorang kiz.a berupaya mencari tahu aktivitasnya melalui media sosialnya seperti FB, Instagram atau berkirim pesan lewat SMS atau WA. Berkirim pesan memang penting dilakukan untuk mengetahui kabar, keadaan sekaligus memberi kodekode atau modus sebelum menjalankan aksi selanjutnya. Selain itu, saat saling berkirim pesan tentu ada getaran-getaran lain yang membuat rasa penasaran, seperti saat menunggu balasan “si dia” atau rasa senang bukan kepalang saat “si dia” membalas pesanmu dengan cepat. Tapi kondisinya akan berbeda jika kemudian orang yang diperjuangkan dalam doamu itu tiba-tiba tidak membalas pesan tanpa memberi suatu alasan, atau lebih parahnya tiba-tiba “si dia” menghilang begitu saja tanpa kabar. Ketika dia online, namun tidak membalas pesan kita. Ketika panggilan telepon tak dijawab, kadang sampai sekian kali. Kita akan berpikir: “kenapa tak mengangkat telepon?” atau sebaliknya bila kirim mengirim pesan dan tak kunjung dibalas. Kondisi ini tentunya dapat membuat bingung dan frustrasi. Respons yang telat atau bahkan tak dibalas itu memang ticial: menyenangkan. Situasi seperti ini memang sangat menyakitkan sekali. Seolah-olah perjuanganmu tidak dihargai. Kebenaran yang menyakitkan pun tiba, saat kita ketahui bahwa dia diam dan tidak segera membalas pesan karena memang ada unsur kesengajaan. Ini yang dibilang orang “luka namun tak berdarah”.
Dalam komunikasi dibutuhkan respon untuk menentukan keberlanjutan proses komunikasi. Jawaban, respon atau tanggapan dari penerima pesan berperan penting untuk membantu seseorang memahami apa yang sedang dikomunikasikan. Demikian juga dalam hal beriman. Bagaimana mungkin seseorang akan mengikuti Kristus jika ia belum beriman? Beriman hanya dimungkinkan jika ia sudah mendengar; mendengar hanya dimungkinkan jika ada orang lain yang memberitakan kabar baik; memberitakan kabar baik hanya dimungkinkan jika ada yang diutus. Iman bukanlah sesuatu yang otomatis ada, melainkan timbul dan bertumbuh lewat pendengaran akan firman Kristus. Ini bukan berarti kita cukup hanya satu kali mendengar, tetapi harus menjadi sebuah proses berkesinambungan, terus menerus. Respon pada firman Kristus akan melahirkan iman. Inilah yang Paulus katakan: “Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”.
Namun kendala terbesar dari setiap pemberitaan adalah ketidakpercayaan. Ketidakpercayaan itu bisa dikarenakan oleh dua hal. Pertama, tidak ada yang memberitakan itu, sehingga menyebabkan ketidaktahuan (bdk. Ayat 16), atau yang kedua mendengar namun tidak memahaminya (ayat 18). Demikianlah pula keadaan Israel. Mereka mendengar, namun tidak mendengarkan apa yang penting dalam hidup mereka. Dengan mengutip Yesaya maupun Musa, Paulus menegaskan bahwa orang Israel memang mendengar, tetapi tidak mau mendengarkannya. Mereka menolak Mesias yang sebenarnya sudah dinanti-nantikan oleh bangsa Israel sejak lama. Maka Allah beralih kepada bangsa-bangsa lain (bdk. Yes. 65:10). Allah memperdengarkan berita keselamatan itu kepada bangsa-bangsa diluar Israel. Bangsa-bangsa ini kemudian merespons dengan iman dan menerima anugerah keselamatan. Walupun demikian kasih-Nya kepada Israel tetap ada, sebagaimana dalam ayat 21 dinyatakan bahwa Allah sepanjang hari mengulurkan tangan-Nya kepada mereka.
Sobat obor, jalan pertobatan seseorang tentunya berbeda-beda. Dalam Alkitab dicontohkan beberapa pengalaman iman yang berbeda ketika seseorang jadi pengikut Kristus. Paulus salah satunya, yang menjadi pengikut Kristus setelah ada perjumpaan dengan Kristus melalui penglihatan. Atau Nicodemus, seorang anggota Mahkamah Agama Yahudi yang menjadi percaya melalui proses dialektika iman. Jadi didalam Alkitab tidak hanya menekankan bahwa jalan percaya seseorang hanya melalui pengalaman rohani yang supranatural. Terkadang Roh Kudus lebih sering membentuk orang melalui proses dialektika iman. Bertumbuh melalui membaca dan mendengar firman. Yang penting bukanlah pengalaman supranaturalnya yang dicari tapi perubahan kearah yang dikehendaki Kristus yang harus diutamakan. Amin. (bfp)