Penulis : Pdt. Meifira Tanor, M.Th
KEHIDUPAN umat Tuhan dimasa Maleakhi memperlihatkan kehidupan yang jauh dari Tuhan. Ibadah hanya sekedar rutinitas dan formalitas. Bait Allah yang dibangun dengan susah payah, tidak digunakan sebagaimana mestinya. Para pemimpin agama atau para imam melakukan praktek korupsi. Kondisi seperti ini membuat keadaan orang-orang Israel semakin menderita. Tidak ada lagi yang dapat menjadi panutan dalam kehidupan mereka. Mereka merasa bahwa Tuhan tidak mengasihi mereka. Orang-orang telah menjadi sinis, meragukan kasih dan janji-janji Allah, mereka tidak percaya lagi bahwa ketaatan kepada perintah-Nya itu berguna. Mereka menjadi umat yang acuh tak acuh terhadap tuntutan hukum Taurat dan kecemaran dianggap biasa.
Namun diatas segala yang mereka lakukan, mereka bahkan tidak merasa bahwa mereka berbuat dosa, mereka salah dihadapan Tuhan. Mereka membenarkan perbuatan-perbuatan dan kebiasaan yang keliru. Dan ini menjadi masalah serius bagi nabi Malekhi. Saat ia harus menegur keberdosaan umat Tuhan, yang merasa diri tidak berdosa. Bahkan dengan lantang mereka berkata: “Di manakah Allah yang menghukum?” (ay. 2:17).
Tuhan menjawab ketidakpercayaan umat itu melalui Maleakhi dengan menekankan kepastian kedatangan Mesias. Sebelum Ia datang, Ia akan mengutus seorang untuk membuka jalan. Nubuat ini digenapi ketika Yohanes Pembaptis tampil sebagai pendahulu Yesus Kristus. Maleakhi menubuatkan bahwa hari penghakiman yang disebut “Hari Tuhan” akan segera tiba dan umat Israel diminta bertobat dan meninggalkan dosadosa mereka supaya tidak dihukum. Kedatangan-Nya adalah untuk menghakimi umat Israel karena ketidaktaatan dan pelanggaran-pelanggaran mereka.
Mesias digambarkan Maleakhi sebagai api tukang pemurni logam dan sabun tukang penatu. Mesias digambarkan sebagai api dan sebagai sabun: pribadi yang memurnikan sekaligus membersihkan. Tugas-Nya ialah memurnikan sesuatu yang cemar dan membersihkan sesuatu yang kotor. Karena itulah, Maleakhi berkeyakinan tak banyak orang yang akan tahan terhadap kedatangan Mesias. Bagaimanapun, dalam pemahaman Maleakhi, kebanyakan manusia ialah pribadi yang cemar dan kotor. Maleakhi menubuatkan Mesias sebagai api. Api yang dimaksudkan di sini memang bukan api yang menghanguskan, tetapi api yang memurnikan. Dalam pembuatan emas, api dimaksukan untuk memisahkan antara kotoran dan emas murni. Dengan api tersebut, tukang pandai emas dapat memisahkan emas murni dari logam-logam lainnya. Itulah yang kita maksudkan dengan logam mulia, tanpa dicemari oleh logam-logam lainnya. Tugas dari api itu bukanlah menghancurkan emas tersebut. Sekali lagi tidak! Bukan menghancurkan emas, namun memurnikan emas. Emas sendiri tidak akan musnah dalam nyala api tersebut. Semakin panas nyala api, semakin ketahuanlah mana yang tulen dan mana yang palsu. Maleakhi dengan baik menggambarkan Mesias tersebut sebagai sabun tukang penatu. Menarik untuk disimak: “Mengapa sabun yang dipilih?” Tugas sabun di sini memang membersihkan pakaian. Tugas sabun bukanlah menghancurkan pakaian, tetapi menghilangkan kotoran yang menempel pada pakaian. Jadi tugas sabun di sini tidaklah membuat warna pakaian semakin kusam. Sabun yang dimaksudkan disini ialah sabun yang menghilangkan noda, tetapi tidak menghilangkan warna pakaian.
Sobat obor, seringkali kita mengaggap bahwa diri kita jauh dari kesalahan. Kita merasa tindakan kita selalu benar dibandingkan orang lain. Untuk apa ada pemurnian? Untuk apa kita harus dibersihkan? Bukankah kita telah melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Konsep berpikir seperti ini dianggap keliru oleh Maleakhi. Baginya, manusia harus mengakui kenyataan diri terlebih dahulu. Manusia harus mengaku, tulus dan tanpa paksaan, apakah dia memang cemar dan kotor. Tanpa pengakuan, tentulah dia tidak membutuhkan pemurnian dan pembersihan. Kedatangan Mesias dimasudkan Malekahi agar manusia dapat layak mempersembahkan kurban kepada Tuhan. Dengan kata lain, manusia dapat layak berdiri di hadapan Tuhan. Dan oleh karena itu segala kecemaran yang ada dalam diri manusia harus dibersihkan.
Sobat obor, setiap kita diberikan tugas supaya tetap bersih dan murni sampai kedatagan-Nya kembali. Karena itu mari kita sambut kedatangan-Nya dengan hati yang bersih dan murni. Hati yang penuh dengan ketaatan dan kasih. Agar setiap orang percaya tetap setia sampai akhir. Amin (MT)