SOBAT obor, sebagai pemuda gereja, apa yang kita cari setiap hari? Kesehatan, uang, pengetahuan, makanan, pasangan, pekerjaan, kebahagiaan dan seterusnya. Janganlah lupa bahwa kita sedang
mencari kebijaksanaan, hikmat. Kita membutuhkan sikap bijak. Kalau kita kurang berhikmat, bertemu dengan siapapun terjadi pertengkaran. Karena itu, kita perlu bijak untuk menjaga dari apa? Jaga lidah: pikir dulu baru bicara. Jaga telinga: tidak perlu mendengarkan gosip. Jaga perut: jangan sembarang makan. Jaga mata: hindari keinginan ini dan itu. Jaga jati: menjaga perasaan orang lain. Jaga langkah: arif dan bijak mengambil keputusan. Carilah Tuhan maka kamu akan hidup! Kedekatan dengan Allah adalah awal hikmat. Takut di sini menunjuk pada sikap hormat atau dekat dengan Allah. Takut akan Allah merupakan sikap yang terbentuk sedikit demi sedikit dalam proses hubungan yang baik dan dekat dengan-Nya. Takut akan Allah menjadi pegangan hidup kita.
Kitab Pengkhotbah menuliskan bagaimana menemukan makna hidup di dunia ini. Penulis kitab Pengkhotbah adalah anak Daud yakni Salomo, Raja Israel yang memerintah di Yerusalem tahun 970-931 SM. Salomo dikenal dengan hikmatnya (Bandingkan I Raja-raja 4:29-34). Penulis memahami bahwa hidup ini sarat makna misteri dan kontradiksi. Kerja keras merupakan pemberian Allah, tetapi pekerjaan bisa menyusahkan dan sia-sia. Mengapa demikian? Setelah mati, orang tidak mempunyai apapun untuk diperlihatkan sebagai bukti kerja kerasnya. Baik orang berhikmat maupun orang bodoh, semuanya akan mati. Allah akan menghakimi perbuatan mereka. Dimanakah kita dapat menemukan hidup? Penulis menghadapi realita kehidupan bahwa dengan menikmati hidup sebagai pemberian Allah maka disitulah bentuk sikap taat dan takut akan Tuhan menjadi
pedoman hidup. Ia menyadari bahwa anugerah Allah dan menemukan sukacita menjadi bagian hidupnya. Tetapi, jalan Allah penuh dengan rahasia. Allah mengatur masa depan. Sebab itu, ia berharap pada Allah dan mendorong umat untuk takut akan Allah serta memelihara hukum-Nya.
Sobat obor, hidup memang membingungkan, tetapi hidup ini merupakan pemberian Allah. Penulis memaknai pengamatan kehidupan dan kata-kata bijak untuk terus menyelidiki arti hidup ini. Walaupun ia tahu bahwa Allah memegang kendali atas apa yang terjadi dalam kehidupan dan bahwa Allah mempunyai kuasa atas setiap orang. Karena itu Firman Tuhan saat ini mau menyampaikan bahwa berhentilah mencari hal-hal duniawi, tetapi takutlah akan Allah, nikmati hidup sebagai anugerah-Nya. Ia mengingatkan untuk memperhatikan langkah hidup kita agar bisa menuju ke rumah Allah. Rumah Allah di sini menunjuk pada Bait Allah di Yerusalem. Menurut Hukum Taurat, umat harus membawa binatang yang terbaik kepada para imam sehingga mereka dapat mempersembahkannya sebagai kurban kepada Allah. Menurut Hikmat Israel, takut akan Allah dan menaati-Nya jauh lebih penting daripada takut pada manusia. Karena itu dalam firman Tuhan ini diingatkan, janganlah seperti orang bodoh yang terlalu banyak bicara, berdoa tanpa berpikir, dan membuat nazar yang tidak di penuhi kepada Allah. Sikap orang bodoh hanya mencuri perhatian dan pamer di depan umum, sementara kehidupannya tidak sesuai dengan perintah Allah. Mari berusaha untuk memberi diri diperintah oleh Allah dan lakukanlah kehendak-Nya. Maka semua yang lain akan diberikan Allah juga kepadamu. Manusia diberikan potensi oleh Allah untuk meraih kehendak, namun sering kita kurang bijak sehingga memutlakan kehendaknya. Pemutlakan itu tentu tidak terlaksana. Akibatnya, manusia ambruk. Itulah hakikat rangkap kita. Tangguh sekaligus rapuh. Jaya sekaligus jelata. Berkat sekaligus bencana. Tesis sekaligus anti tesis. Tegak menjulang lalu mendadak roboh tumbang. Itu seringkali terjadi dalam kehidupan kita. Karena itu, teruslah belajar bijak. Bijak untuk urusan sehari-hari seperti bijak mengungkapkan amarah atau emmosi, bijak mengelola diri alias tahu diri, bijak menjalani derita. Jadilah orang yang bijaksana, penuh hikmat Tuhan. Rajin ke Bait Allah dalam ibadah bersama Pemuda Jemaat, menjadi teladan bagi sesama dan penting bagi kita untuk menepati nazar atau janji kita kepada-Nya. Jika kita menepati nazar dan takut kepada Allah, maka Allah akan menyertai kita. Amin