SOBAT Obor, kita segera teringat akan perumpamaan tentang pengampunan yang diceritakan Yesus dalam Injil. Seorang raja yang mendapati hambanya berhutang banyak dan pantas dihukum ia beserta keluarganya. Tapi hati raja itu segera tergerak ketika hamba itu sujud meminta ampun. Maka raja pun membebaskan dan menghapus hutangnya. Tapi ketika hamba itu keluar, ia mencekik seorang hamba yang lain yang berhutang jauh lebih sedikit. Hamba yang lain itu meminta pengampunan tapi ditolaknya dan diserahkan ke dalam penjara. Mendengar hal ini, marahlah raja dan menghukum hamba yang jahat itu.
Demikian pula kira- kira tentang kasih Allah. Allah telah lebih dahulu mengasihi manusia. Dengan inisiatifnya ia mengangkat manusia dari kehancuran dan hukuman. Manusia yang seharusnya dihukum sekarang malah mendapat hadiah besar yang cuma- cuma yaitu anugerah keselamatan pemberian Tuhan. Nah, kalau demikian betapa tak tahu malunya kita jika kita tidak bisa mengasihi orang lain, apalagi tidak bisa mengampuni mereka. Kita seharusnya menjadi tidak layak untuk dikasihi Allah. Teladan Allah harusnya menggerakan kita seperti Allah pula. Sasaran kasih ilahi harus menjadi sasaran kasih kita. Akankah kita menolak untuk mengasihi orang- orang yang sudah dikasihi oleh Allah yang abadi? Kita harus menjadi pengagum kasih-Nya dan pelaku kasihNya pula. Kasih Allah atas seluruh dunia ini seharusnya menghasilkan kasih atas semua orang di antara umat manusia. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak- anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. Kasih istimewa Allah terhadap jemaat kasih istimewa terhadap sesama jemaat pula. Pertanyaan bagi kita sekarang adalah: bisa kita mengasihi seperti Allah mengasihi? Amin. (DLW)