SOBAT obor, pernahkah kita mengalami salah jalan atau alamat karena tuntunan dari orang yang tidak benar- benar tahu tapi merasa tahu?
Bahkan aplikasi canggih seperti google maps pun terkadang memberi
tuntunan yang keliru. Ada pengalaman menyebalkan sekaligus menggelikan ketika alamat yang kita tuju ternyata berakhir di jalan buntu atau bahkan selokan dan lubang. Ternyata pengalaman kita ini selaras dengan yang disebutkan Tuhan Yesus: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh dalam lobang?” Tapi, Tuhan Yesus dalam ayat ini sebenarnya pertama- tama sedang menunjuk kepada orang Farisi dan Saduki. Mereka berpikir menuntun umat ke jalan yang benar padahal mereka tidak tahu mereka sementara menjerumuskannya dalam kehancuran.
Orang Farisi sendiri berarti “yang terpisah” atau “yang murni”. Kaum Farisi mengabdikan diri mereka untuk mempelajari dan mengajarkan Alkitab Ibrani. Orang Saduki adalah kelompok Yahudi yang makmur. Menurut mereka, yang paling penting adalah pergi ke Bait Allah untuk mempersembahkan korban di sana. Mereka sering disebut munafik oleh Tuhan Yesus karena tampilan mereka dengan jubah panjang terlihat indah, bersih dan mulia, tapi hati mereka penuh dengan kebusukan dan rakus dengan materi. Mereka mengklaim menjalankan perintah Tuhan dalam aturan Taurat yang ketat dan kaku tapi mereka lupa tentang esensi melakukan Taurat itu yakni mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama. Contohnya: mereka tega membiarkan seseorang kesakitan terluka di jalanan saat mengalami kecelakaan, dengan alasan tak boleh berbuat apapun di hari sabat. Tuhan Yesus mengecam hal ini dan juga mengarahkan manusia untuk mampu menuntun manusia lain dalam kebenaran Tuhan. Seorang yang benar dan hidup kuduslah yang mampu menuntun orang lain menjadi teladan. Bahkan tanpa kata- kata yang muluk atau indah sekalipun kita bisa menjadi teladan bagi orang lain dengan perilaku dan tindakan kita yang benar dan menjadi terang bagi orang lain.Amin. (DLW)