SOBAT obor, kekerasan merupakan antitesis dari agama, akan tetapi seringkali agama menjadi penyulut munculnya kekerasan. Agama manapun pada dasarnya tidak menghendaki kekerasan, atau menuntun untuk berbuat kekerasan. “Perang suci atas nama agama” (holy war), yang interpretasinya sarat dan identik dengan kekerasan. Agama tidak pernah mengajarkan dan menuntun pemeluknya untuk merugikan diri sendiri, orang lain, atau pun makhluk Tuhan lainnya. Perilaku buruk apapun yang mengatasnamakan perintah agama, sebenarnya perlu dikaji ulang. Sehingga agama tidak selalu dijadikan dalih dan alasan untuk menjadikan pihak lain menderita.
Sebagai orang Kristen, kita terutama ingin tahu tentang sikap Yesus terhadap kekerasan, lebih-lebih karena kita mengenal zaman Yesus dan jemaat perdana sebagai abad yang penuh kekerasan yang dilakukan oleh pelbagai pihak: pemerintah Romawi maupun kalangan agama Yahudi. Yesus adalah salah satu tokoh yang dikenal mengajarkan tindakan-tindakan tanpa kekerasan. Yesus selalu mengajarkan dan bersikap mengedepankan nilai kasih dan pengampunan. Kisah tentang Yesus menolak kekerasan bisa kita temukan dalam bacaan ini. Disaat Yesus hendak ditangkap, para murid-Nya hadir sebagai pembela-Nya. Mereka ingin melawan itu dengan menggunakan pedang (=kekerasan) namun hal itu ditolak oleh Yesus. Yesus bisa saja menggunakan semangat pada murid untuk membelaNya, namun potensi konflik bisa saja terjadi. Kedua belah pihak bisa jadi korban, olehnya Yesus hadir untuk meredamnya.
Sobat obor, setiap kekerasan melahirkan kesedihan dan air mata. Kekerasan dapat menjadi sebuah lingkaran yang membuat kekerasan dapat terulang kapan dan di mana saja serta dapat menimpa siapa saja. Membela agama (atau orang bisa menyebutnya membela Tuhan), janganlah disertai dengan kekerasan. Memang bisa saja kemarahan muncul saat simbol-simbol agama yang suci dilecehkan, namun kita patut belajar dari Kristus untuk tetap berjalan dalam kedamaian. “Marahnya” kita sebagai pengikut Tuhan adalah kalau kebenaran/ajaran Allah dinodai dengan cara melanggar atau mendustai ajaran itu sendiri. Amin (bfp)