Amsal 24:17-18
SOBAT obor, kadang-kadang ketika seseorang sedang berjalan atau berkendara, tiba-tiba ia tersandung atau terpeleset sehingga jatuh, ia akan merasa kesal. Terkadang keluarlah ucapan-ucapan yang mengungkapkan kekesalannya ataupun caci maki. Begitu juga saat kita melihat orang lain yang jatuh, kebayakan kita akan tertawa lebih dahulu, melihat hal itu sebagai sesuatu yang lucu. Normalnya, anda harusnya ikut senang melihat orang lain senang, dan sedih ketika melihat orang lain sedih. Namun, tidak dapat disangkal bahwa kita sering justru merasa senang melihat seseorang menderita atau tertimpa musibah. Contoh sederhananya saja kita yang mungkin kegirangan ketika melihat teman tiba-tiba tersandung dan jatuh di jalan. Atau jika yang jatuh itu adalah lawan atau musuh kita, maka dengan bangga dan bahagia kita melihat kejatuhan dari orang yang kita benci. Menertawakan orang yang malang merupakan cara untuk meremehkan orang lain. Karena merasa bisa meremehkan orang lain, lantas merasa seperti mendapat kekuasaan. Memang jika orang yang jatuh itu tidak dikenal dan tidak dekat secara personal, maka ketika dia jatuh lebih mudah memicu tawa dan bahkan tidak memicu empati. Beda halnya jika peristiwa itu terjadi pada orang dekat seperti ayahnya sendiri, ibunya sendiri, saudara sendiri, ataupun dirinya sendiri
Firman kali ini mengingatkan kita untuk tidak bersukacita kala musuh kita jatuh. Sebagai anak Tuhan, kita diingatkan untuk tidak beria-ria kalau musuh terpeleset jatuh. Jika kita bergembira dengan kejatuhan orang lain, maka Tuhan akan menilainya sebagai sebuah kejahatan. Orang yang berhikmat, tentu akan bersikap baik. Senang disaat yang lain mengalami kesusahan bukanlah tindakan yang bijaksana. Sebaliknya anak Tuhan harus memiliki rasa empati untuk peduli dan sayang. Kasih Tuhan harus bisa mengalir dalam diri kita, untuk siapa saja termasuk musuh kita. amin (bfp)