SOBAT obor, waktu Marthin Luther menyatakan pembaharuan terhadap gereja berdasarkan Alkitab, ia harus berhadapan dengan apa yang disebut tekanan massa pada waktu itu. Ia tidak hanya berhadapan dengan tekanan pimpinan gereja, tapi juga banyak orang yang mengintimidasinya. Tekanan ini membuatnya berucap suatu kali: “sekalipun ada setan di Worms sebanyak genteng yang di atas rumah- rumah, saya tetap akan memasukinya”. Tekanan massa memang terbukti bisa membuat seseorang ketakutan. Kita boleh melihat realitas sekarang bahwa respon terhadap suatu perkara atau masalah di masyarakat menjadi lebih cepat ketika ada tekanan massa. Contohnya kasus yang viral di media sosial dan dijadikan bahan perbincangan banyak orang lebih cepat mendapatkan respon dari aparat yang berwenang.
Intimidasi adalah tindakan menakut- nakuti (terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu). Pengertian lain menurut Smith dan Sharps (1994) berarti penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan secara sistematis. Cara ini yang dilakukan oleh wali negeri bersama- sama dengan imam- imam kepala dan orang- orang Yahudi yang terkemuka untuk menghakimi Paulus. Syukurlah Paulus begitu kokoh dan teguh. Dalam mempertahankan kebenaran dan ketaatan pada aturan, Paulus disebut tidak takut bahkan tidak takut mati sekalipun untuk mempertahankan kebenaran. Semua orang Yahudi yang datang dari Yerusalem berdiri mengelilinginya dan mereka mengemukakan banyak tuduhan berat terhadap dia yang tidak dapat mereka buktikan (ayat 7). Kita belajar bahwa intimidasi bukan cara yang baik untuk memaksa seseorang bicara. Terkadang intimidasi malah membuat orang terpaksa biacara atau malah berbohong. Intimidasi bisa mengarah kepada perundungan/ bully yang sekarang dilarang dan dikenakan sanksi hukum. Sebagai orang percaya juga kita harus berani berkata benar meskipun tekanan massa menyerang kita. Tapi pada akhirnya kebenaran akan berpihak kepada kita seperti yang dijanjikan Tuhan bagi orang percaya yang taat dan setia. Amin. (DLW)