SOBAT obor, mungkin kita pernah mendengar atau bahkan mengucapkan kalimat-kalimat ini: “secara pikiran dia so ok, mar belum maso diperasaan kwa” atau “pahami kwa kita pe perasaan, jangan pake logika terus”. Sebagai manusia ciptaan Tuhan, kita dilengkapi oleh Sang Pencipta dengan pikiran dan perasaan. Kedua hal ini tentu berbeda namun tidak bisa dipisahkan. Ini bagaikan kedua sisi mata uang yang saling melengkapi. Perasaan terkadang diuji oleh pikiran begitu juga sebaliknya. Kedua hal ini bisa saling bertentangan namun bisa juga saling melengkapi. Ada saat dimana kita berada pada situasi dimana hati berkata ya, namun pikiran tidak. Begitu juga sebaliknya. Disinilah muncul dilema, sehingga membuat kita ragu melangkah ke tahap selanjutnya. Untuk menghasilkan keputusan yang akurat dan tepat, selanjutnya membuat hati dan pikiran kita bersatu untuk berkerja sama serta memanfaatkannya agar jawaban dan keputusan yang dipilih tidak penuh kebimbangan. Ibarat sebuah mobil, logika adalah mesinnya, dan perasaan adalah bahan bakarnya. Sebelum menggunakan mobil, kita harus mengisi bahan bakar terlebih dahulu, lalu dengan cukup bahan bakar dan mesin yang kuat, kita akan dapat melesat maju ke tujuan manapun yang kita mau.
Sobat obor, dalam bacaan ini, rasul Paulus mengingatkan jemaat yang ada di Filipi bahwa dalam hidup bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Kita diciptakan segambar dengan rupa Allah. Hal ini berarti pikiran, perasaan, kemauan kita akan sejalan dengan kemauan dan kehendak Allah. Tetapi hal ini kemudian menjadi rusak karena dosa. Pikiran, perasaan, kemauan kita cenderung melakukan dosa. Dosa ini menjadi kendala untuk dapat menaruh pikiran, perasaan, kemauan kita kepada Kristus. Memiliki perasaan dan pikiran di dalam Kristus berarti kita menaruh hati dan lekat pada Tuhan. Memang untuk itu tidaklah mudah, namun untuk itu dibutuhkan kerendahan hati dan ketaatan pada Tuhan. Belajarlah sehati dan sepikiran dengan Tuhan. Amin (bfp)