HAMAN bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan diatas semua pembesar yang ada dihadapan baginda. Semua pegawai raja di pintu gerbang istana harus berlutut dan sujud kepadanya. Mordekhai yang berlatar belakang Yahudi tidak melakukannya. Disinilah masalah muncul. Ketika Haman melihat bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hatinya, tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman berikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros. Rencana Haman sulit dipahami; masakan hanya karena seseorang yang menolak untuk sujud kepadanya; ia merencanakan membunuh semua orang Yahudi di wilayah kekuasaan raja Ahasyweros? Hanya karena merasa tidak dihormati, kemudian melakukan tindakan yang sangat jahat. Sangat jelas Haman tidak pantas menjadi orang nomor dua di kerajaan Ahasyweros. Karakternya tidak layak mendapatkan kedudukan setinggi itu.
Akar masalahnya yaitu; Mordekhai. Coba jika Mordekhai mau sujud kepada Haman, pasti masalah ini tidak terjadi. Mengapa Mordekhai tidak mau sujud? Apakah Mordekhai juga orangnya sombong seperti Haman? Jawabannya bukan. Mordekhai menolak untuk sujud akan dapat kita pahami apabila kita memperhatikan apa yang dikatakan dalam teks, yakni bahwa Haman adalah orang Agag. Berarti kemungkinan besar Haman adalah keturunan Agag, dan seorang Amalek. Ketika orang Amalek berperang melawan orang Israel yang berada dalam perjalanan menuju ke tanah perjanjian, Amalek dinyatakan oleh Allah sebagai musuh-Nya. Keluaran 17:14-16 memberikan kesaksian tentang hal itu. Tindakan Modekhai mewakili semua orang Yahudi yang tidak mau sujud dan menyembah Haman. Mordekhai dan orang Yahudi punya dua pilihan: menghormati Haman, yang adalah musuh Allah dan tidak melakukan Firman Allah atau menghormati firman Allah dan menolak sujud kepada Haman? Bacaan kita saat ini memperlihatkan kepada kita bahwa Mordekhai tidak mau berkompromi dan memilih pilihan yang sukar.
Sobat obor, terkadang dalam hidup kita diperhadapkan dengan pilihan. Melakukan firman Tuhan konsekuensinya kita harus melewati jalan terjal ataukah berkompromi dengan dosa demi memperoleh jalan mudah dan nyaman. Firman ini mendorong kita menaati firman dan melakukannya. Amin (fpk)