Ayang terjadi pada hari Pentakosta, sesungguhnya tidak terselami. Yang pasti ialah murid-murid mengalami suatu kuasa Roh yang tercurah atas mereka dan yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Penulis Kisah Para Rasul, yaitu Lukas bukanlah seorang saksi mata. Dan apa yang ia tuliskan dalam cerita ini sudah tentu suatu cerita yang ia dengar. Dia menceritakan peristiwa bahwa murid-murid secara tiba-tiba memperoleh karunia untuk berbincang dalam berbagai bahasa. Orang-orang tercengang dengan bahasa lidah para murid Yesus. Sehingga ada yang menduga bahwa mereka sedang mabuk anggur manis.
Bicara soal bahasa lidah, Rasul Paulus dalam kitab 1 Korintus 14 menekankan bahwa jauh lebih berarti jika pesan yang disampaikan diucapkan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Karena, pada peristiwa Pentakosta hampir semua orang yang berkumpul dalam segala bangsa di dunia, berbahasa Yunani. Namun jauh dari pada itu, untuk pertama kalinya selama hidup, mereka mendengar Firman Allah dalam cara yang menusuk langsung ke dalam hati mereka dan mereka dapat mengertinya. Kuasa Roh itulah yang telah memberikan murid-murid yang sederhana itu suatu berita yang dapat mencapai hati setiap pendengar.
Sobat obor, jadi kita membayangkan disini bahwa sekiranya kata-kata murid Yesus sedimikian hebatnya dan tidak ada yang merespons, tidak ada yang tergerak, tidak ada yang bertobat, maka tidak akan terjadi apa-apa. Oleh karena itu, jikapun kita menghadirkan Pengkhotbah yang hebat sekelas murid-murid Yesus bahkan Petrus misalnya, itu tidak akan berarti apa-apa kalau khotbah itu hanya didengar, kalau khotbah itu hanya dinikmati, kalau khotbah itu hanya dikagumi, tetapi tidak ada apa-apa lagi yang terjadi setelah itu. Karena itu, biarlah setiap orang muda berkewajiban memperbaharui diri dalam sekian banyaknya firman Tuhan yang telah kita dengar. Amin (MT)